15 September 2014


Halloha.. Gais, malam ini gue mau menuhin label “Review”, dan akhirnya gue pilih buku Creative Writing sebagai objek pembedahan review kali ini. Buku ini informatif dan menginspirasi banget buat gue. Mau tau kayak apa isinya? Yuk ambil air wudhu terus pantengin blog gue. Hahahha.
 
Buku Creative Writing merupakan karya dari seorang sastrawan bernama A.S. Laksana. Ada yang belum kenal? Baiklah. A.S. Laksana adalah seorang penulis handal yang sudah aktif sejak tahun 90-an. Terbukti dari dua cerpennya, Seorang Ibu yang Menunggu (1996) dan Menggambar Ayah (1998) dengan elegan terpilih sebagai kumpulan cerpen terbaik Kompas. Tak hanya itu, di tahun 2004 salah satu karyanya mendapat penghargaan dari Majalah Tempo sebagai buku sastra terbaik. Mahakarya itu berjudul Bidadari yang Mengembara, sebuah buku yang memuat cerpen-cerpen segar dari A.S. Laksana. Sampai-sampai salah satunya cerpennya, “Burung di Langit dan Sekaleng Lem” mendapat tempat di Festival Sastra Winternachten, Den Haag, Belanda. Di puncak kesuksesannya sebagai penulis senior, ia pun mendirikan Sekolah Menulis Jakarta School pada tahun 2004. Hingga gue beli bukunya, kini ia menulis kolom tetap “Ruang Putih” untuk edisi hari Minggu di harian Jawa Pos. Wuih... Keren-keren kan prestasinya?

Nah jadi gimana setelah tau siapa penulis buku Creative Writing? Minat? Yuk lanjut.

Buku CREATIVE WRITING berisi resep-resep jitu dalam membuat tulisan, terutama untuk cerpen dan novel. Penyampaian materi dalam buku ini terbilang friendly banget, hal ini disebabkan pembawaan bahasa yang ringan, sederhana dan super duper jelas.

Awal membaca biografi penulisnya sih gue pikir isi buku Creative Writing bakal kaku dan ngebosenin (karna melihat ia penulis angkatan 90-an... Ops! Peace Om hehehe). Apalagi desain cover bukunya yang simpel dan kelam itu. Tapi ternyata gue salah. Buku ini justru anak muda kekinian banget. Lengkap dengan ilustrasi yang menarik di sela-sela tulisannya.

 “Buku CREATIVE WRITING adalah peta bagi para penulis pemula, harus dibaca”
 Jujur saja sebelum gue kenal dengan A.S. Laksana dan membaca bukunya ini, gue sudah gemar bikin cerpen-cerpenan. Tentu saja bukan sebuah mahakarya yang membahana alam semesta. Gak jarang niatnya gue bikin cerpen malah jadi lembaran curhat yang menggelikan. Satu hal yang bikin gue tersesat pas bikin cerpen, GUE GAK PUNYA PETA.
 
Peta adalah komponen terpenting saat kita ingin menginjakkan kaki di tempat yang baru. Sama seperti menulis. Kita butuh peta, butuh arahan, butuh rambu-rambu agar tulisan kita enak dibaca. Dan disaat gue hilang kendali, gue bersyukur bertemu dengan buku Creative Writing.
 
                                                                   Buku ini RAPI
 
Yups, buku setebal 200-an halaman ini disusun dengan sangat rapi. Rapi Ahmad.
 
Semua penulis pemula pasti pernah ngerasain susah memulai tulisan. Ada yang bilang gak ada ide, gak mood, bingung mau mengawalinya gimana, macem-macem dah alesannya. Nah, secara maskulin, buku ini dibuka dengan 6 bab yang dapat membangkitkan semangat sekaligus mengajarkan kita tips memulai sebuah tulisan. Keenam bab itu diantaranya ;
 
Rahasia Kreativitas: Mendekatkan Tangan dengan Otak
Anda Hanya Perlu Action. Itu Saja!
Menulis Buruk
Menulis Cepat
Strategi Tiga Kata
Jangan Menulis Sekaligus Mengedit

 
Antara satu bab dengan bab yang lain selalu berkesinambungan, inilah yang membuat tulisan A.S. Laksana terasa harmoni. Gimana ada yang tertarik?
 
                                               Terbongkarnya Rahasia Penulis Hebat
 
Pernah nggak ngerasa tulisannya Pram itu enak dibaca? Atau ngerasa ketagihan dengan susunan cerita bikinan Ahmad Tohari? Coba bandingkan dengan tulisan kita. Hmmmmm.
 
Gue sih pernah ngerasa minder saat baca tulisan gue sendiri yang morak-marik. Gue sempet yakin kalau kemampuan nulis gue payah banget, lalu berniat buat berhenti karna ngerasa gue nggak BERBAKAT. Kendati keinginan gue buat bikin sebuah mahakarya dalam bentuk tulisan terus menghantui setiap hari, akhirnya gue mutusin buat lebih serius belajar nulis. Sampai gue yakin, menulis bukan selalu tentang bakat tapi usaha.
 
Belajar menulis dengan membaca buku Creative Writing cukup efektif. Disitu nanti secara detail dan mudah dicerna, kita akan disuguhkan oleh trik-trik menulis. Beberapa triknya terangkum dalam bab-bab seperti;

Show, Don’t Tell
Mengonkretkan Konsep-Konsep Abstrak
Deskiripsi dengan Lima Indra
Cerita dan Karakter
Mengakrabi Karakter
Menyeberangi ARUS dengan Plot
Dialog
Sudut Penceritraan (Point of View)
Sudut Penceritaan (POV) Lebih dari Satu
Adegan
Konstruksi
Paragraf Pembuka
Mengatur Gerak Cerita
Sampaikan Sekali Saja, dengan Tepat
Menghidupkan Bahasa dengan Metafora

 
Dari bab-bab itu gue banyak mendapat pemahaman baru. Mulai dari membuat tulisan yang bisa bikin pembaca bener-bener ngerasaan latar cerita, cara membuat karakter utama yang langsung jleb dihati pembaca, sampai cara membuang kalimat-kalimat tak perlu dalam sebuah paragraf. Komplit daaah.
”bisa jadi penulis itu pesulap, dibalik aksinya selalu ada trik dan latihan”
 
                                                  Bocoran Bab Pamungkas Versi Gue
 
Tuh diatas sudah gue kasih lihat berbagai bab yang ada dalam buku Creative Writing. Dan gue paling suka dengan bab Strategi Tiga Kata.
 
Mungkin teman-teman yang pernah ikut pelatihan menulis pastinya udah tau dengan trik yang satu ini. Jadi Strategi Tiga Kata adalah sebuah trik untuk membuat kalimat-kalimat yang nggak klise. Pernah semasa gue sekolah dulu buku-buku cerita di perpustakaan banyak yang memulai ceritanya dengan ungkapan “Matahari”. Semisal, “Matahari pagi menghangatkan tubuhku..”, “Sang surya terik menembus jendela kamarku”, atau “Langkahku peluh dibawah sengatan matahari..” dan lain sebagainya.
 
Nah, agar kita keluar dari kalimat-kalimat klise itu maka kita pakai sebuah alat bantu bernama Strategi Tiga Kata. Contoh nih ye (gue lagi gak ada ide bikin cerita apapun lho), gue bikin satu paragraf yang menunjukan aktivitas pagi hari. Terus gue harus pakai alat bantu berupa tiga kata secara acak, misal gelas-knalpot-tsunami. Paham? Oke gue langsung tulis sekarang secara SPONTAN !
 
                       Rasa kantuk dan benci bersatu padu membuat ekspresi tak bergairah terlihat jelas dari wajahku. Diatas meja makan tanganku memainkan garpu dengan malas. Mataku redup menatap gumpalan mie yang tampak tak sedap. Aku selalu benci jika harus sarapan dengan mie gelas. Karna beberapa jam setelahnya pasti perutku jadi panas seperti knalpot motor omprengan sehabis dipakai touring. Belum lagi kalau siangnya telat makan. Sudah pasti aku harus ke toilet buat memuntahkan kembali mie yang tidak berhasil dicerna lambungku. Sampai-sampai teman-teman di sekolah memanggilku “Si Tsunami Asam Lambung”.
 
Huahahahahhahaa... Gue nulis apaan tuh? Setidaknya gue mencoba menjawab tantangan gue sendiri. Hahahaha.
 
Lihat gais, gue yakin gak ada yang ngira kalau kata Tsunami bakal dijadiin sebuah bahan ejekan. Gue sendiri aja juga gak ngira. Itulah otak kita. Mahadasyat. Jadi jangan disia-siain. Yuk nulis!
 
“Segala sesuatu adalah soal pikiran” – Tony Buzan
 
                                                                Akhir Sebuah Rahasia
 
Oke gais, diatas gue udah ngasih tau bab-bab dalam buku Creative Writing yang menyimpan banyak rahasia untuk membuat tulisan yang bagus. Nah sekarang di akhir buku, kita akan disuguhkan oleh tiga bab motivasi yaitu;
 
Disiplin itu Menyenangkan
Bacalah!
Buka Kamus

 
Yang perihal bab Bacalah! itu bagus juga lho. Banyak menulis cuma bisa dilakukan buat orang-orang yang banyak membaca. Menulis-membaca itu semacam Ying-Yang. Keduanya adalah satu kesatuan, lambang harmonisasi.
“Pembaca yang baik memiliki kekayaan imajinasi, ingatan, kosakata dan sejumlah kepekaan artistik” – Vladimir Nabakov (1899-1977)

5 September 2014


Apa yang kita rasakan ketika pertama kali melihat sebuah aksi sirkus? Atau ketika kita melihat keahlian Demian memainkan kartu-kartunya, menghilangkan kemudian memunculkannya kembali? Penasaran? Kaget? Lebih tepatnya kita sedang merasa “takjub”.

Lalu bagaimana jika kita setiap hari terus-terusan melihat aksi-aksi tadi? Sudah pasti “bosan”.

Memang pada dasarnya pengalaman pertama selalu tampak mempesona. Pesona tersebut terjadi karna “ketidakbiasaan”. Sama seperti ketika temen nongkrong lo bikin lawakan-lawakan yang bikin terpingkal-pingkal. Tapi ketika ia berulang kali melempar lawakan yang sama, sudah pasti lo bakal bosen. Setuju?

Pengalaman pertama selalu memberi efek yang luar biasa. Sayangnya itu berlaku bagi para “konsumen”. Sedangkan bagi para “produsen”, melakukan tindakan pertama adalah hal yang sangat sulit. Semisal nih, gue suka baca buku. Gue antusias banget kalo baca buku baru. Saking gue senengnya dengan buku, gue pun mencoba membuat naskah buku. Sebuah tulisan berlembar-lembar panjangnya. Hal yang paling sulit bagi gue adalah memulainya. FIRST STEP IS HARDEST.

Mengapa gue sulit memulai menulis naskah? Sedangkan banyak tuh penulis yang produktif banget. Sebut saja Agatha Cristie, JK. Rowling, Tere Liye, Andrea Hirata, Raditya Dika dan lain-lain. Jujur saja gue salut banget dengan produktivitas mereka. Namun gue percaya, apa yang menurut gue luar biasa, bagi mereka hanyalah hal yang biasa. Hingga kemudian gue masukkan sebuah kalimat dalam otak gue:
“JIKA KITA MERASA MUDAH TAKJUB MELIHAT HAL-HAL LUAR BIASA, SESUNGGUHNYA KITA HANYALAH ORANG BIASA.”
Sejak itu, gue mencoba menjejali otak ini dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel di internet. Agar pengetahuan gue bertambah. Agar gue gak mudah ndomblong melihat hal-hal menakjubkan. Tapi itu belum cukup, gue tidak boleh hanya menjadi konsumen. Gue harus menjadi produsen. Tidak hanya menikmati kelezatan sebuah roti, gue harus mampu membuat roti yang lebih lezat dari apa yang pernah gue rasakan. Namun, sekali lagi yang harus gue rasakan, mengawali itu sulit.

Tidak ada yang benar-benar praktis dan instan di dunia ini. Sebuah mie yang ngakunya instan sekalipun harus berproses. Bahkan tak jarang, mau memulai masak mie aja rasanya males banget. FIRST STEP IS ALWAYS HARDEST.

Apa sih susahnya memulai sesuatu?

Mari kita telisik bersama. Hal yang bikin kita susah memulai sesuatu adalah rasa nyaman yang selama ini kita rasakan. Semisal, gue tiap abis sholat subuh punya kebiasaan mampir kasur terus tidur lagi sekitar satu jam. Gue sadari itu bukanlah sebuah kebiasaan yang baik. Gue pun kepengen mengganti porsi tidur pagi dengan olahraga, seperti lari-lari kecil keliling kampung.

Coba tebak apa yang terjadi?

Sampe tulisan ini dimuat, gue masih suka tidur setelah sholat subuh. Kebiasaan itu pertama terjadi ketika gue kelas 2 SD. Jadi waktu itu gue pertama kalinya dilatih sholat lima waktu sama Bapak, termasuk sholat subuh yang rasanya muales banget. Biar gue mau bangun tidur buat sholat subuh, Bapak gue selalu ngebangunin dengan kalimat “sholat subuh dulu, nanti boleh lanjut tidur”. Ya, sejak saat itu kebiasaan itu terus berulang-ulang. Tanpa gue sadari, tubuh ini tersistem secara otomatis untuk lanjut tidur seabis sholat subuh. Dahsyatnya, itu terus terjadi selama 13 tahun. Tubuh gue dijajah oleh pikiran gue sendiri.

Memulai sesuatu yang baru itu susah, apa sih penyebabnya?
Gais, tau tidak kalau di kepala kita ini ada bagian otak namanya AMIGDALA. Bagian otak ini berfungsi untuk melindungi kita dari hal-hal yang tidak biasa kita lakukan. Otak ini bereaksi jika ada sebuah keinginan dari otak utama untuk melakukan hal baru. Baginya, hal baru adalah HARAM. Maka ia “menakali” kita dengan membuat rasa malas, takut, waswas, ragu dan sebagainya.

MENAHKLUKKAN AMIGDALA!

Berikut ini gue mau berbagi tips gimana melakukan sebuah awal. Gue akui gue bukan ahlinya mengawali sesuatu, tapi ada beberapa hal yang berhasil kok. Look at this..

1.    JUST DO IT !
 

Lebih singkatnya, P-A-K-S-A-K-A-N ! Jangan gunakan cara Kang Emil (walikota Bandung) yang lebih sering meminta warganya sadar diri buat ngebantu program pemerintah. Percayalah, si Amigdala kita nggak mau diajak negosiasi. Cara yang paling ampuh, PAKSA saja.
Nah, kapan kita harus memaksakan Amigdala kita? Waktu yang paling tepat adalah saat mulai muncul pikiran “ah besok aja”, “ah berani gak ya”, “ah males”, “ah nanti kalo gagal gimana”, “ah mulai dari mana ya”.
Kata kuncinya adalah “AH!”. Jika kata itu sudah mulai terlintas di sela pikiran kita, sebaiknya jangan ambil pusing. Langsung paksakan saja. Just Do It !

2.    FIRST STEP IS SMALL THING
 
Jika kita pengen memulai sebuah kebiasaan atau rutinitas. Sebaiknya kita mengawalinya dengan hal-hal kecil. Semisal kita kepengen rutin belajar setiap hari. Tentu saja kita sebaiknya memulai dari beberapa menit durasi untuk belajar. Jangan langsung menjejali aktivitas belajar selama berjam-jam, bisa langsung males belajar lagi nantinya.

Melihat tips 1 dan 2, kita dapat ambil contoh seperti kereta api. Sistem kerja kereta api cukup sederhana. Saat ia mulai melaju kita melihat rombongan gerbong itu berjalan pelan-pelan (tips 2). Padahal gaya dorong yang digunakan sangat besar (tips 1), barulah ditengah perjalanan gaya dorong diperlambat namun yang terjadi justru kereta api melaju sangat kencang. Inilah prinsip INERSIA (kelembaman), dimana suatu benda memiliki massa akan selalu cenderung mempertahankan keadaaan semula. Maka perlu gaya dari luar / external force, agar kondisi semula dapat berubah.

Demikian pula dengan manusia. Kita rentan terhadap perubahan dan cenderung mempertahankan kondisi semula. Untuk itulah kita butuh external force. Beberapa external force yang dapat membuat kita mampu mengawali sebuah tindakan adalah sebagai berikut:

a.    Ancaman
Dalam keadaan terdesak, mau tidak mau, mampu tidak mampu, kita pasti rela melakukannya. Namun, mengawali dengan ancaman tentu saja bukan hal yang menyenangkan. Sebaiknya menggunakan external force kedua, yaitu

b.    Award
Coba deh kalo Maudy Ayunda bikin syarat kalo cowoknya kelak harus mempunya 10 karya dalam musik, 10 karya dalam sastra dan 10 karya dalam seni rupa. Sudah pasti setelah tau info itu, besok bangun pagi gue langsung nulis, siangnya ngelukis, malamnya nyiptain lagu. #GAGAHBANGET #WAHAHAHA

Kemalasan adalah candu yang harus kita tahklukkan. Sekeras apapun keinginan kita buat ngebunuh si Amigdala, cara yang paling ampuh adalah dengan “melakukan”, bukan hanya sekedar memikirkan. Karna Amigdala hidup di otak kita, tentu saja kalau soal bermain mikir-memikir dia pasti menang. So, kita kalahkan dia dengan otot kita. Eits, jangan gebukin kepala lo. Maksud gue yuk kita langsung ACTION. Biarkan tubuh kita membuat sebuah ingatan otot yang kelak membentuk kebiasaan. Sama halnya kayak lo yang suka makan kulit ayam paling akhir. Secara nggak sadar, tangan-tangan kita dengan lincah menyisihkan kulit ayam untuk dimakan paling belakang. Saat itu apakah kita masih mikir “ah ntar enak gak ya”, “ah malas”, “ah kapan-kapan aja”? Enggak kan?

Okay gais, segini dolo yang tulisan gue kali ini. Moga aja ngasih manfaat buat khalayak ramai. Hohohoho. FIRST STEP IS HARDEST? YES, BUT I CAN DO IT NOW.