25 Desember 2014


Bagi saya saat ini perfilman Indonesia benar-benar memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada film-film yang disuguhkan tahun-tahun lalu. Jika saat ini anda masih bilang kalau semua film Indonesia itu sampah artinya anda sangat kudet!

Banyak yang sepakat jika The Raid adalah film yang berkelas Internasional. Banyak pula yang sependapat jika 5 CM adalah film yang berlevel tinggi di dalam negeri. Dan tentu saja banyak yang mengakui bahwasannya Comic 8 adalah film action-comedy terpaporit karya anak bangsa. Lalu, apakah karya-karya apik perfilman kita berhenti disitu?

Tidak!

Mari kita bergosip ria, saya ingin sedikit menguak kembali arus perfilman Indonesia di masa lalu. Kita tentunya mengetahui betapa busuknya film-film kita sebelum tahun 2012. Genre horor-sex menghiasi  daftar putar bioskop yang cuma menjadi panu diantara sajian film box office Hollywood. Pengalaman pertama saya nonton di bioskop kala itu saat SMP, saya dan teman-teman nonton Suster Ngesot. Bukan karna pengen, tapi karna memang gak ada pilihan lain yang meyakinkan. Setelah itu bermunculan secara membabibuta film-film horor lain yang mengusung materi sensualitas. Ditambah mengundang artis-artis bokep yang turut berkontribusi meskipun mereka tidak melakuan adegan sex beneran. Belum lagi film dramanya pun juga anjlok dan benar-benar membosankan. Masa-masa itulah negeri ini mengalami masa kegelapan dalam dunia perfilman, saya menyebutnya BENCINDOFISME (benci+indo+film+isme), paham yang menganut kebencian atas film-film Indonesia.

Namun masa-masa itu kini telah pudar. Dari waktu ke waktu film berkualitas mulai muncul, genre-nya pun semakin bervariasi. Bisa dibilang spirit itu muncul kala The Raid  mampu go internasional. Banyak kalangan semakin optimis akan perfilman indonesia yang bisa maju. Akhirnya para produser berlomba-lomba membuat film yang berkualitas. Bahkan artis luar negeri yang didatangan pun sudah bukan artis bokep lagi.

Surutnya masa BENCINDOFISME ini dapat dilihat dari pilihan genre selain horor-sex dan drama-sex; kita mengenal Java Heat, Pintu Terlarang, Philosopher, Modus Anomali, dan ada film balapan itu apa namanya? Lupa (sengaja gak googling biar natural hahahaha). Film horor pun sudah tidak semenjijikan dulu, kalau yang saya tonton beberapa bulan lalu ada SOLITAIRE. Bukan film yang mengumbar sensualitas tuh, film Solitaire lebih berkiblat ke arah horor Thailand. Saya rasa Rumah Gurita dan Danau Hitam juga bukan film esek-esek, tapi belum sempet nonton sih hehe. Adapun film olahraga juga gak kalah keren, saya saksi mata kekerenan film Garuda 19. Hati saya dibikin ngilu melihat kobaran semangat yang luar biasa. Meskipun eksekusi pertandingan bolanya masih cukup kasar, tapi setelah keluar dari bioskop saya benar-benar dalam kondisi mental yang penuh optimis. Berharap cabang olahraga lain juga diangkat jadi film.


 Film drama juga berubah. Kalau dulu kita mengenal judul Virgin, Kawin Kontrak, Mas Suka Masukin Aja, Akibat Pergaulan Bebas, Arisan Brondong, Istri Boongan dan sejenisnya, mereka masih mengusung sajian sensualitas. Meskipun fenomena pergaulan bebas memang sangat marak, tapi seolah-olah orang Indonesia ini cuman mikirin seeeex mulu. Bersyukur, karna saat ini cinema drama kita sudah semakin variatif. Seperti hadirnya Perahu Kertas, Malaikat Tanpa Sayap, eeeaaaakk film-nya Maudy Ayunda memang harus masuk shaf pertama huahahahaha. Juga ada drama-roman yang ringan seperti Refrain dan Remember When yang nggak ada unsur mesumnya sama sekali, sangat cocok disajikan untuk remaja (salut buat mbak Winna Effendi-author keduanya). Drama-komedi pun tak kalah positifnya setelah kemunculan Raditya Dika, film-filmnya sederhana dan jenaka. Hal ini membuktikan jika eksistensi perfilman Indonesia sudah tidak perlu lagi bergantung pada hal-hal yang berbau sensualitas dan sexualitas.

Desember 2014, adalah rekor dimana saya menyaksikan 3 film Indonesia di bioskop. Pertama film Kukejar Cinta ke Negeri Cina, film ini sungguh bermutu dan unik. KCKNC adalah film religi dimana kamu akan mendengar kata pisuhan legendaris Jawa :ASU: ditengah ceritanya. Hahahaha. Film yang mengangkat cinta dalam balutan agama islam yang disajikan dengan komedi ringan ini cocok untuk mereka yang muslim tapi gak pernah sholat dan cocok pula untuk mahasiswa yang gak lulus-lulus tapi sibuk mikirin cinta melulu. Hahahahaha..

Setelah itu saya menjadi saksi penayangan film Supernova yang epic banget. Ini kali pertama saya menyaksikan film Indonesia yang berbobot, gak main-main bobotnya berat banget seperti gajah –gajah pink temennya Rongrong dalam serial BoBo. Jika anda seorang pria dan bosan nonton film ini atau bahkan sampai tertidur di bioskop, silahkan pulang, nyalain laptop, buka youtube lalu search ‘Blues Clues’, nah itu tayangan yang pas untuk anda. Mengapa demikian? Secara kodrati laki-laki harus mengedepankan logika daripada perasaaan. Maka tayangan yang menuntut penontonnya untuk berpikir adalah suplemen sejati seorang pria.

Lalu yang baru saja saya tonton adalah Pendekar Tongat Emas. Film ini akan saya bahas dipostingan berikutnya. Sebab #PentongEMAS adalah film yang benar-benar fresh dan sungguh gemilang bagi alternatif pilihan tontonan dalam negeri. Saya rela nonton 2x demi film ini. Tapi tunggu dulu, ada satu lagi film Indo yang harus saya tonton dipenghujung tahun ini. Merry Riana, meski ada yang bilang filmnya terlalu lebay tapi bagi saya selama film itu jauh dari esek-esek ya baguslah.

Berikut adalah alasan saya menonton film Indonesia di bioskop:
1. Menghargai karya saudara se-tanah air.
2. Agar karya-karya mereka memperoleh untung.
3. Meningkatan popularitas mereka.
4. Agar para kreator film Indonesia terus antusias mengerjakan tontonan yang berkualitas.
5. Kalau masih ada film Indo yang esek-esek nggak usah ditonton biar mereka kalah rating dengan film yang positif, dengan begini balik lagi ke poin nomor 4.
6. Sukur-sukur kalau saya bisa ketemu sama salah satu pemeran atau sutradara filmnya di kesempatan yang tak terduga, kan bisa mbribik-mbribik sambil muji filmnya dan ngasih beberapa testimoni yang cerdas. Siapa tau kedepannya saya bisa dilibatkan dalam project film mereka. Jadi apa? Jadi penonton juga hahahahaha.

Sayangnya pertumbuhan positif tayangan layar lebar ini tidak dibarengi dengan tayangan televisi yang masih terjebak dalam zaman bencindofisme. Saya cuman tau dari berita di internet sih, karna saya sendiri sudah 3 tahun tidak menonton TV meski tinggal dirumah. Baru beberapa bulan ini TV saya diangkut ke tetangga karna gak guna juga dirumah.

Baiklah, sekian dulu tulisan saya mengenai dunia perfilman Indonesia. Jika ada yang tidak setuju silahkan saja, ini murni opini saya. Saya menyukai film lebih dari saya menyukai pacar, terbukti saya doyan ke bioskop sendirian. (Pacar ndasmu! 2,5 tahun jomblo ngaku-ngaku nduwe pacar) Hahahaha. Maklum je, zodiak aquarius + blood type AB, perpaduan menarik untuk pria penyendiri seperti saya (eh saya lebih suka menyebutnya ‘pengembara’). Nah jadi kalau saudara-saudara sekalian punya informasi kerjaan yang berhubungan dengan film kasih tau saya doong hahahahaha.
Oke gais, makasih ya sudah mampir di blog saya. Semoga sehat selaluuu... :)


Akhir tahun 2014 dapat dibilang sebagai tahunnya anak 90-an. Khususnya dalam hal tayangan film semasa anak-anak dulu. Pasalnya pada akhir tahun ini 2 manga Jepang yang jadi favoritnya anak-anak 90-an telah ditamatkan. Dimulai dari Naruto kemudian disusul Doraemon.

Saya ingat sekali dulu sewatu masih SD sering dimanjakan oleh tayangan kartun di Indosiar dan RCTI. Meskipun saya lebih condong untuk menyaksikan sajian kartun versi Indosiar, sebab lebih seru dan ‘gue banget’. Sebut saja beberapa diantaranya seperti Conan, Dragon Ball, Crush Gear, Bleach, Duel Master, Digimon, Inuyasha dan lain sejenisnya. Sedangkan versi RCTI kartunnya lebih kekanak-kanakan seperti Doraemon, P-man, Ninja Hatori dan Shincan.

Selain dua stasiun televisi itu adapula Global TV yang jam tayangnya kampret banget. Pas maghrib! Ini adalah pembodohan publik yang seasu-asunya (hahahaha Gusmul effect). Lebih parah lagi karna kartunnya bagus-bagus, salah satunya Naruto (dulu pernah tayang sore jam 4, trus ganti jam 5, dan ganti lagi jam 6). Selain itu adapula yang membekas di ingatan seperti one piece (masih jalan), eyeshield, hikaru no go, Yu-Gi-Oh, Beyblade, Nube, Yaiba, Flame of Recca (TRANS TV), Tsubasa, Whistle, bahkan sampai kartun lawas Offside (ANTV) dan MahaGo. Setelah diingat-ingat masa kecilku benar-benar penuh imajinasi mengasyikan.

Oke, balik fokus ngobrolin Naruto dan Doraemon. Saya mengikuti serial Naruto dari awal, tepatnya saat itu tayang perdana di Global TV. Rasanya saya mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama. Bagaimana tidak, kala itu Naruto menawarkan kisah tentang dunia ninja yang sangat berwarna.

Meskipun dulu sempat bosan saat misi ke desa Kabut sewaktu tim 7 melawan Zabuza. Namun setelah itu gairah menonton Naruto semakin menggila saat memasuki ujian juunin. Terlebih lagi mulai bermunculan abang-abang penjual stiker dan kartu bergambar Naruto yang sliweran di sekolah-sekolah.

Jadi inget dulu ada kejadian menarik saat aku kelas 2 SMP. Waktu itu ada temen (cewek) sekelas yang lagi ulang tahun. Awalnya dia bagi-bagi makanan, standar laah. Tapi abis itu dia juga bagi-bagi poster Naruto. Poster? Lebih tepatnya kertas HVS F4 biasa yang diprint desain poster anime naruto. Waktu itu cuma beberapa saja yang ia bagi ke temen-temen, itu pun pada rebutan sampai lecek-lecek bahkan ada yang sobek. Aneh bin ajaibnya, diem-diem si cewek ini ngasih 2 posternya yang masih mulus kepadaku. Aku sih nggak begitu antusias untuk benda-benda gak penting itu, maklum aquarius. Lalu beberapa minggu setelah itu ada kabar kalau itu cewek naksir aku. Aaaaasu! Malah mengupas masa lalu.

Maafkan kekhilafan saya barusan, anggap saja satu paragraf diatas itu tanda koma.

Oke, naruto. Setelah mengikuti ceritanya lewat TV alhasil merasa bosan saat tayangannya diulang-ulang terus. Saya pun berhenti mengikuti cerita Naruto. Sedangkan saat itu temen-temen sekolah banting setir mengikuti cerita naruto lewat komiknya.

Saya merasa sangat beruntung, di depan rumah saya ada sebuah tempat persewaan komik. Koleksi komiknya banyak banget, tempatnya pun luasnya segede mushola 7 shaff. Maka sudah pasti persewaan komik bernama PAREANOM itu ramai ditongkrongi anak-anak muka anime. Saya sendiri tentu saja menjadi pelanggan setianya. Setiap liburan sekolah saya selalu sewa 2-4 komik per hari. Begitu terus sampai saya menginjak kelas 2 SMA baru berhenti. Puluhan judul komik dari yang sekelas Detective Conan sampai yang gak terkenal seperti Gash Bell dan Kimun Kamui pun saya lahap.

Referensi komik saya sangat banyak dan hebatnya saya fasih bener kalau harus nyeritain ceritanya gimana. Jadi saya sering sebal dengan teman-teman sekolah yang kalau ngomongin anime suka ngaco. Mereka referensi dari TV sedangkan saya dari komik. Ibaratnya mereka baru tau tentang Karl Marx kemarin sore, saya seminggu sebelumnya sudah tau tentang Jeaques Derrida.

Ngelanturnya jauh amat nih. Baik, balik lagi soal Naruto.

Saya terhitung sangat terlambat ketika memutuskan untuk membaca Naruto Shippuden. Kala itu saya lagi suka baca komik yang tidak begitu terkenal. Saya memutuskan baca Naruto Shippuden saat sudah lulus SMA, itu pun saya baca online. Naluri saya pun mengajak untuk terus terus dan terus membaca serial komiknya sampai ke yang paling baru. Akhirnya saya pun menjadi budak Naruto juga. Setiap rabu selalu sange, bukti bahwa harus segera baca kelanjutan cerita Naruto melawan Ibunya Rikudo yang bernama Anita Hara Kaguya.

Finally, Naruto pun tamat. Sebagai kreatornya, Mashasi Kisimoto meraih banyak pujian sekaligus cibiran. Cibiran ini datang dari para fans yang lebih mendukung kisah cinta Naruto dan Sakura. Sampai para fans ini bikin anak Naruto tandingan versi NaruSaku.


Saya sendiri puas dengan pasangan NaruHina (Naruto-Hinata). Pasalnya Hinata adalah perempuan yang memiliki sikap dewasa yang cocok untuk mengurus Naruto yang pethakilan. Tak beda jauh dengan serial Doraemon yang mana melalui film Stand by Me telah memutuskan jika Nobita bakal menikah dengan Shizuka.

Semua tahu jika Nobita adalah pria terlemah tanpa bakat apapun. Sebelum ia mengubah masa depan, sebetulnya ia bakal menikah dengan Jaiko (antara adiknya Giant atau merk tipex). Tentu saja melalui alat canggih Doraemon ia pun memberi sentuhan tak disengaja yang membuat Shizuka mau menerima lamaran Nobita di masa depan. Meskipun H-1 sebelum resepsi, Shizuka berniat untuk membatalkan pernikahannya. Namun, ayah Shizuka justru memberi motivasi dan menguatkan keyakinan Shizuka bahwa pernikahannya dengan Nobita adalah keputusan yang tepat.

Berakhirnya dua serial itu menegaskan pelajaran penting tentang percintaan. Bahwa sepayah apapun pria tetap bakal ada wanita yang suka. Pada dasarnya kaum Venus mencintai dengan cara yang rumit dan alasan yang seringkali tak masuk akal. Sedangan kaum Mars juga memiliki selera yang cukup kompleks. Dalam hal pacaran demi kesenangan, mereka bakal milih cewek yang secara fisik oke. Sedangkan jika sudah masanya menjalin hubungan rumah tangga, mereka bakal milih sesosok perempuan yang anggun, dewasa, besar hati, besar dada dan otak tok cer.


Demikian sedikit unek-unek saya, semoga menghibur anda semua. Maaf jika struktur tulisannya awut-awutan, agak badmood soalnya tuts i,k,m dan spasi susah dipencet. Kecepatan mengetik menurun drastis. Okaaays, makasih ya sudah mampir, semoga sehat selalu.