31 Oktober 2016

Mantan dan Hal-Hal yang Tak Selesai


Berpisah dengan kekasih boleh jadi sesuatu yang teramat menyakitkan. Ditinggal nikah apalagi. Deretan mantan memang memberi banyak pengalaman-pengalaman cinta. Petualangan birahi jangan ditanya. Namun, dibalik semua itu saya percaya. Tak ada yang lebih menggemaskan dari mengingat-ingatnya.

Saya mulai berpacaran saat duduk di bangku SMA. Sementara teman-teman saya yang lain sudah memulainya saat SMP. Sebagai Romeo yang tertinggal ribuan tahun cahaya, saya belajar menjalin hubungan asmara secara otodidak. Tentu saya malu kalau harus tanya ke teman-teman yang sudah berpengalaman; saya harus bagaimana, saya harus ngapain, saya harus keluar di dalem apa di udel. Semua pertanyaan itu saya cari jawabannya sendiri, demi mewujudkan cita-cita saya sebagai Arjuna berdikari.

Jadian. Putus. Balikan. Putus. Jadian. Putus. Balikan. Putus.

Sudah. Siklus percintaan masa-masa remaja ya begitu-gitu saja. Berharap mendapat kisah asmara sastrawi macam Den Bagus Arjuna dan Dewi Sumbadra jelas perkara yang muskil. Lha wong jajan di kantin saja masih sering lupa bayar secara sadar, kok berharap cinta-cintaan yang romantis. Edan po?

Di samping itu, dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi Asean, muda-mudi bangsa ini sudah mulai berpikir dan bertindak secara kompetitif. Termasuk kompetisi cinta. Perebutan kekasih idaman tentu mewarnai hari-hari perjuangan mereka di sekolah. Mulai dari main labrak hingga nikung alus mereka lakukan demi terwujudnya hubungan asmara yang sublim. Melihat gejala positif ini pemerintahan kita semestinya segera mendirikan Badan Percintaan Kreatif untuk menampung gerakan-gerakan kompetitif dalam bercinta.

Tingginya persaingan cinta di lingkungan sekolah itulah, mau tak mau saya harus meninggalkan masa putih abu-abu dengan sederet mantan. Dalam perenungan saya, mantan adalah duta kenangan. Bagaimana tidak? Setiap kali bertemu dengan kawan-kawan lama, pasti selalu saja muncul pertanyaan ‘si Martina gimana kabarnya? Reny gimana? Masih sama dia atau ada enggak?’. Kalau sudah begitu, biasanya merembet pada hal paling absurd di dunia. Kepo instagram.

Mengobrak-abrik kenangan melalui akun instagram mantan adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Sebab di sana biasanya saya menemukan penyesalan-penyesalan yang membahagiakan. Misalnya, Martina yang dulu waktu SMA tidak begitu banyak dikenal orang. Teman sekelas saja sering kelupaan kalau Martina adalah penduduk kelas itu. Parahnya, saya sendiri juga kerap lupa kalau dia pacar saya. Nah, setelah kepo instagram barulah diketahui sekarang ia menjadi sosok yang dipuja. Dunianya tak lagi melingkupi bangku kelas dan ranjang UKS. Kini, ribuan followers menemani hari-hari travelling dan kulinernya.

Kalau sudah begitu, biasanya saya manggut-manggut bahagia saja. Seingat saya, saya tidak pernah mencoba menghubungi mantan. Apalagi ngajak balikan. Meski hasrat untuk melakukan itu seringkali menghantui. Tapi waktu tetap lah waktu. Waktu tidak pernah berjalan mundur. Cerita-cerita lama yang dibawa waktu tidak akan pernah kembali. Biarkan saya tetap menjadi bajingan terindah di masa lalu mereka. 



Kepo instagram mantan ternyata juga bisa membuat nafas tersenggal dan jantung berdegub kencang. Saya pun mengalami yang namanya kerasukan kenangan. Hal ini terjadi jika mantan yang paling saya harapkan kelajangannya ternyata sudah taken. Upload mesra kedua insan yang tengah dimabuk birahi mau tak mau harus saya saksikan. Apalagi kalau ada foto yang menampakkan si mantan gelendotan di bahu kekasihnya. Atau justru si pria kampret yang ndusel-ndusel di pelukan mantan saya. Sepertinya semakin saya scroll instagram mantan, jarak antara saya dan ajal semakin dekat.

Selain kenangan, mantan juga meninggalkan misteri dan urusan-urusan yang belum selesai. Seperti barang-barang yang terpinjam atau janji-janji yang masih mengambang. Kalau soal janji bisa dianggap lenyap ketika hubungan sudah kandas. Nah, yang jadi masalah itu barang-barang terpinjam. Kalau ingin mengembalikan barang tersebut otomatis saya harus menghubungi mantan lagi. Sebagai inlander asmara tentu saja nyali saya ciut. Alhasil, saya harus menyimpan barang-barang itu dengan baik. Meski saat membersihkan debu yang menempel di kulit mereka membuat gairah rindu saya tercabik-cabik. Apalagi kalau nemu foto, surat dan nota belanjaan. BABIK!

Dulu, saya dan Reny memiliki kebiasaan menyimpan kertas nota saat belanja atau makan di suatu tempat. Nota-nota itu sampai sekarang masih saya simpan. Beberapa ada yang masih tercetak jelas. Beberapa yang lain mulai menipis dan aus. Saking ausnya, tulisan yang pernah tercetak di selembar kertas kecil itu lenyap. Lalu masih saya simpan.

Bagi orang lain jelas kertas nota tak bernilai apapun. Bagi saya, kertas-kertas itu semacam metafora romantisme yang tak ternilai. Kertas nota tidak lagi dimaknai secara denotatif sebagai keterangan harga dari barang atau makanan yang sudah dibeli. Tapi secara konotatif, kertas nota merupakan cetakan peristiwa-peristiwa indah yang pernah terjadi di masa lalu saya.

Sebagai pria melankolis, tentu saya tidak bisa menghindari kerinduan saat membuka kembali artefak-artefak kenangan. Artefak kenangan adalah representasi syntagmatic dari konsep-konsep kontemporeris hati dimana perpaduan antara jengkel dan rindu menyatu disana. Pada akhirnya, mengobrak-abrik hal-hal yang belum selesai dengan mantan menjadi momentum ambivalen yang seasu-asunya. Jika ingin kembali kok ya masih ada rasa jengkel. Jika memutuskan untuk pergi kok ya rindunya susah hilang.

Andai saja ada jasa laundry yang bisa membersihkan masa lalu saya, sudah pasti saya akan memakai jasa itu. Sayangnya, masa lalu tak seperti kaos oblong atau sempak. Noda yang ada di masa lalu tak bisa serta merta dilenyapkan begitu saja. Ingatan manusia memang ada batasnya, celakanya yang sering diingat kok justru kenangan-kenangan mantan. Kok bukan pelajaran-pelajaran fisika beserta ilmu-ilmu kuantumnya.

Beberapa teman saya banyak yang mengakhiri masa lalunya dengan cara membuang semua barang-barang yang berkaitan dengan mantan. Jejak-jejak mantan dipercaya sebagai penghambat seseorang untuk move on. Sedangkan saya masih percaya jika hal itu hanya mitos belaka. Artefak kenangan tidak menghambat saya untuk move on.

Artefak kenangan adalah cara saya untuk mengingat betapa bajingannya saya dulu. Membuka kembali artefak kenangan memang bisa menggoyangkan niat hati yang ingin move on. Tapi justru itu tantangannya bukan? Hal-hal yang tak selesai dengan mantan tidak akan pernah selesai. Tidak sedikit pun terselesaikan meski kita membuang atau menghapus semua artefak kenangan.

Saya bukan orang yang suka dengan acara-acara simbolis. Membuang artefak kenangan tentu bagi saya hanya ceremonial belaka. Jika saya melakukannya berarti dulu saya memadu kasih hanya dalam peristiwa-peristiwa simbolis saja. Berarti dulu saya memberi kado bukan karena sayang, tapi karena itu simbol ‘wajib’ pacaran. Berarti dulu saya nraktir makan bukan karena sayang, tapi karena pria ‘wajib’ melakukan itu pada pacarnya. Apakah demikian?

Mantan menjadi mantan bukan karena hubungan kandas semata. Mantan menjadi mantan karena ia membuat saya jengkel dan rindu dalam satu waktu. Segathel apapun mantan, mereka tetap lah makhluk ciptaan Tuhan yang pernah mampir untuk membahagiakan saya. Sebagai insan berbudi pekerti luhur meski hati babak belur, saya harus mensyukuri setiap orang yang pernah datang pada saya. Karena sedikit atau banyak, mantan tetap memberi pelajaran hidup yang berarti.

Kalau terpaku pada mantan, apakah hati bisa terbuka untuk orang baru yang mau menggantikan posisi mereka?

Bisa.

Mantan ya sudah mantan. Hal-hal yang tak selesai ya biarkan saja tak selesai. Untuk membuka hati yang baru tak perlu membersihkan hati yang lama. Cukup dengan menutupnya rapat-rapat. Lalu buka ruang hati yang lain. Hati yang masih bersih. Hati yang belum tersentuh oleh mantan.

Hati ini seperti rumah yang terdiri dari kamar-kamar. Kamar satu, dua, tiga, empat dan lima sudah pernah disinggahi mantan-mantan. Jika ingin memasukkan orang baru cukup tutup rapat kelima kamar itu. Lalu buka kamar keenam. Persilakan ia masuk. Nyalakan musik yang syahdu dengan volume 90%. Rebahkan tubuhnya. Bergumul lah.

Sudah ah. Sendu amat.

Terima kasih sudah membaca tulisan ini. Kita sama-sama tahu lah jika judul tulisan ini disadur dari kumpulan essai Goenawan Mohamad, ‘Tuhan dan Hal-Hal yang Tak Selesai’. Bukan bermaksud mengganti posisi Tuhan dengan mantan. Hanya saja dalam kasus cinta kronis, saya temukan ada orang yang sulit sekali melupakan mantan. Dari bangun tidur sampai kembali tidur tetap teringat mantan. Padahal mantannya ya sudah pergi. Yang selalu ada buat kita itu ya Tuhan. Semoga ini bisa jadi bahan perenungan buat kita. Kembali lah ke jalan yang benar wahai saudaraku. Mari kita bertaubat. Cheers.

44 komentar:

  1. Mantap! Tuhan dan Hal-Hal yang Tak Selesai itu buku bagus! Aku punya. Tapi kayaknya sekarang udah nggak ada di toko buku ya?

    Bener banget katamu, "Segathel apapun mantan, mereka tetap lah makhluk ciptaan Tuhan yang pernah mampir untuk membahagiakan saya." Tapi karena mantan tetaplah mantan maka bijaklah memperlakukanlah kenangan itu sebatas kenangan mantan. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanjaaaarr.. Bijak memperlakukan kenangan. Ntaap!!

      Hapus
  2. Jadi, mantanmu ada berapa, Ham? Selain Reni dan Martina tentunya.

    BalasHapus
  3. Lagi-lagi hal yang sama, suka nyimpan struk-struk zaman pacaran. Mau belanja, makan, nonton, semua. Dan biadabnya mereka masih rapi sampai sekarang hahaha!
    Well, aku suka jawabanmu untuk pertanyaan, "Kalau terpaku pada mantan, apakah hati bisa terbuka untuk orang baru yang mau menggantikan posisi mereka?"
    Aku merasa terlalu banyak orang yang berusaha meniadakan keberadaan mantan, mau gimana pun kenangan yang ada, baik atau buruk, kurasa semuanya punya pengaruh.
    Sekali lagi mau bilang, aku suka sekali tulisanmu. Terima kasih sudah menulis dan membuat aku bisa membaca tulisanmu. Terima kasih banyak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAHAHAHAHA.. Kena deh!!
      Well, aku suka komenmu yang mengutip, "Kalau terpaku pada mantan, apakah hati bisa terbuka untuk orang baru yang mau menggantikan posisi mereka?"
      Kutipan dalam kutipan. Kutipanception.Hahaa
      Kembali kasih banyak.

      Hapus
    2. itu struk-struk dan nota belanjaan juga untuk nagih siapa yang paling banyak "berkorban" waktu pacaran nggak? hehehhehe

      Hapus
  4. Cinta dalam kardus..

    Gue jadi inget film radityadika aja, betapa udah putus pun, kenangannya masih ada, di itu gimana kita aja cara menyikapinya.. mau dibuang? Ya terserah.. mau disimpan? Ya terkenang.. satu lagi .

    Halah..

    BalasHapus
  5. Hmmm your opinion expressed here pretty much represent my own, mate. Hatur nuhun.

    Jadi gini, Ham. Seberapa bajingan kah kau? Mari beradu dengan tingkat bajingan yang sedang saya sandang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau beradu? Ayo kita saling membajingani satu sama lain tanpa sandang.

      Hapus
  6. Aku kasih tulisanku tentang mantan juga ah. Wkwk.

    Mantan.

    Sebuah kata yang memiliki banyak pengertian dari setiap orang. Buatku sendiri mantan itu adalah suatu hal di mana terjadinya penurunan jabatan seseorang di dalam suatu hubungan, dari pacar/kekasih menjadi teman.

    Mantan itu pembelajaran.

    Hal-hal tidak baik yang kita lakukan atau dia lakukan jangan sampai terulang di hubungan selanjutnya. Bisa jadi ajang untuk introspeksi diri, kemudian memperbaiki diri. Bisa juga dijadikan sebuah inspirasi dalam menuliskan kata- kata sok bijak, seperti yang tengah saya perbuat.

    Di saat menyebut mantan, berbagai kenangan timbul. Mulai dari yang ingin kamu ingat sampai yang nggak ingin kamu ingat lagi, kenangan memang ngeselin.

    Perlahan tapi pasti, kenangan membuatmu terkubur di dalamnya. Kenangan boleh dikubur tapi kamu jangan ikutan masuk ke dalamnya.

    Sesekali menggali untuk melihat ke dalam sana, silakan. Seperti yang saya lakukan ini, mengubur-menggali. Gitu terus sampai waktunya tepat untuk mengucapkan, “Aku bisa pindah.”.

    Pindah ke orang lain membuat perjalanan baru dan juga kenangan baru.

    Salam Baper
    Jaimbum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. INI KENAPA MALAH JADI BIKIN POSTINGAN SENDIRI DI MARI... (-___-)9

      Hapus
  7. KERASUKAN KENANGAN! Aku ngakak keras pas baca kalimat itu. Eh hampir semuanya sih bikin aku ngakak. Walaupun ujung-ujungnya yang sendu juga. Pake perumpamaan kamar lagi. Kan aku jadi pengen ngamar, bijingeks!

    Sebagai perempuan melankolis, aku juga masih nyimpan barang pemberian mantan. Boneka, tiket nonton. Aku pikir itu adalah suatu kegiatan yang mengandung kejingsengan tak terkontrol. Tapi setelah baca ini... Ya. Aku jadi setuju sama kamu yang nganggap kalau kita ngebuang artefak kenangan supaya bisa move on itu cuma mitos atau ceremonial belaka. Aku sendiri juga punya kotak mantan yang isinya kertas-kertas tak penting, kayak halaman belakang LKS yang dia (sang mantan) tulisin kata-kata sok mesra. Ada foto. Ada gelang busuk. Aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliatnya. Mikir kok aku dulu bisa pacaran sama dia ya. Nggak kayak dulu yang bisa nangis sambil ngegrepe barang-barang itu. Kotak itu kini di mataku ya cuma ex box. Bukan sex box, yang bisa bikin aku bergairah.

    Bajingak kelas kakap sekali tulisannya, Ham. Kepribadian kamu yang observant kelihatan di sini. Ya, kamu mengobservasi diri kamu dan perasaan kamu terhadap para duta kenanganmu~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cah edan! Kenapa malah pengen ngamar. Mending masak aer!!

      LAH.. APA PULA SAMPAI SEX BOX SEGALA !!

      Hapus
  8. Beruntunglah Martina dan Reny yang pernah merasakan ditraktir Ilham. Itu kalau ngumpul struk sama nota buat laporan keuangan juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ini saya juga mikir gini, siapa tahu di akhir tahun ada pembacaan LPJ dari sie keuangan, jadi biar jelas pemasukan dan pengeluaran untuk apa. wakakkakaka

      Hapus
    2. Btw, mereka saya traktir permen karet. Mantap!

      Hapus
  9. Jangan pernah stalking mantan. Jangan!

    BalasHapus
  10. Oiya, pntesan jdul nya kek gk asing, trnyata trinspirasi dari kumpulan essai goenawan mohammad.

    "Hati ini seperti rumah yang terdiri dari kamar-kamar. Kamar satu, dua, tiga, empat dan lima sudah pernah disinggahi mantan-mantan. Jika ingin memasukkan orang baru cukup tutup rapat kelima kamar itu. Lalu buka kamar keenam. Persilakan ia masuk. Nyalakan musik yang syahdu dengan volume 90%. Rebahkan tubuhnya. Bergumul lah." ini paragraf yg bikin orang ingin berkata kasar...awalnya udah syahdu dn mmbuat pikiran terharu dan akhirnya sungguh memilukan...

    sbagai manusia yg dilahirkan tdak pernah mngecap status "pacaran" Sya nggk bisa brkomentar banyak, kecuali mendukung penuh terbentuknya Badan Percintaan Kreatif demi terciptanya pemuda2 kreatif dalam hal percintaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan saya ingin mengacuhkan tenggang rasa dalam berasmara, hambok yo kamu gak usah sok jual mahal.

      Hapus
    2. Ingin ku bertanya terjemahan nya lalu berkata halus... :)

      Hapus
  11. Ahay ada yang baru putus nih :D *dikekep hehehe
    Aku suka dengan analogi kamar. Karena aku begituh #eaaaa :D cukup menutup rapat pintu bernama mantan dan buang kuncinya ke palung laut *tsah. Buka ruang hati yang baru untuk sesuatu yang bernama entah.
    Soal artefak kenangan, hmm sayang ih dibuang *cewek matre hahahah nggak sih, aku biarin saja artefaknya. Tapi, cara orang menangani move on itu berbeda-beda, yes.

    Konon, laki-laki itu agak susah move on perihal mantan ini :D

    Sudah lama aku nggak nikmatin tulisan curcol mengalir kayak gini *hidupmu kok berat sih mak hahahhaha

    Nice shot, Ilham!

    Akoh love dah tulisan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Ran, makasih nih sudah mampir. Meski harus menikmati bullyan dulu di grup.

      Hapus
  12. Going back to the corner where I first saw you
    Gonna camp in my sleeping bag I'm not gonna move
    Got some words on cardboard, got your picture in my hand
    Saying, "If you see this girl can you tell her where I am?"

    --

    Jadi inget tu lagu baca tulisan ini hahahha :P

    *salute untuk kenangan dan mantan

    P.S aku mah nggak suka kepo akun medsos mantan soale kublok semua.
    P.S.S lagian mantan aku udah nikahi aku *lol *ditujes Ilham

    BalasHapus
    Balasan
    1. OOOO JADI ORANG KAYAK MBAK RANNY INI YA YANG SUKANYA NGEBLOKIN GITU. HIH.

      HIH

      MALAH UDAH NIKAH !!!

      Hapus
  13. Wkwkwk...kalau ada Badan Percintaan Kreatif kayaknya Mas Ilham layak jadi menterinya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalah aku, sebutir debu yang tak ada artinya..

      Hapus
  14. cheers. penutup yang manis.
    selamat bertaubat dan berkompetisi di jalan yang sehat. semoga kisah cinta yang datang lebih bermartabat dan bermanfaat. layf.

    BalasHapus
  15. Jadi, kamu itu pernah bajingan juga, Ham? Woalah.

    Asu tenan notanya masih disimpen. Saya dong, tiket XXI dikoleksi dari zaman pacaran masih SMA sampe sekarang. XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi masih batas wajar..

      Konon, tiket XXI bisa ditukar Beef Pecel Burger di Mekdi, lho.

      Hapus
  16. stalking boleh jugaaa.. tapi nyesekkk sek rugi e tak putusin ehee

    BalasHapus
  17. Balasan
    1. aku jadi inget ada buku rangkuman bahasa inggrisku yang sudah mencerahkan banyak orang itu, digondol mantan.

      bangke!

      Hapus
    2. Modyaarr.. Huahahahakk. Rangkuman bahasa inggris, njir.

      Hapus
  18. Opening yang sangat menggugah. Ada sebuah pertanyaan besar perihal keluarin di dalam apa di udel :'))

    Gue malah pertengahan taun ini baikan sama beberapa mantan, entah kenapa pengin hidup tanpa 'musuh' karena biasanya abis putus gue langsung males hubungin lagi haha.

    Kalo lo nyimpen nota, gue malah nyimpen tiket bioskop. Efek buruknya adalah pas filmnya tayang di tv, malah keflashback dulu nontonnya sama siapa :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. (baikan sama beberapa mantan).. WOW. FRIENDLY!!

      KOK SAMA KAYAK YOGA SHOLIHIN? KALIAN BERDUA PACARAN TERNYATA. HASYUUU

      Hapus
  19. Kenapa bisa mudahnya membicarakan mantan?

    Saya tidak bisa berdamai dengan kenangan. Setan menyelinap di balik rasa yang tertahan, menghalangi untuk kembali pulang.

    BalasHapus
  20. Mantan...andai saya punya keberanian menulis ttg ini, sama sepertimu. Ah...mengingatnya saja rasanya ngilu

    BalasHapus