26 Januari 2017


Banyak orang yang sewenang-wenang mengkultuskan hari ulang tahunnya sebagai hari yang sangat penting dan spesial. Padahal saat itu terjadi, semesta tidak lantas berdendang dengan nyanyian Happy Birthday to You gubahan Robert Coleman itu. Daun yang gugur pun tidak juga melompat-lompat kegirangan menyambut hari pengulangan tanggal lahir. Bahkan rumput tetap menari-nari entah kita mau ulang tahun atau tidak, lebih jelasnya coba tanya pada Ebit G Ade yang bergoyang. Jadi, tidak usah kepedean, semesta tetap beroperasi seperti biasa.

Dulu saya pernah merayakan hari ulang tahun ketika SD. Saat itu saya memberi wafer coklat bergambar Superman kepada teman-teman satu kelas. Mereka lantas menyalami saya sambil melontarkan ucapan selamat. Seperti itu saja. Sebiasa itu saja.

Baik SMP maupun SMA saya tergolong orang yang beruntung. Saya belum pernah mengalami pelemparan air, tepung, telur dan segala sesuatu yang berkaitan dengan bahan-bahan martabak asin. Lho emang martabak asin pakai air? Hla yo dinggo ngombe sing dodol tho, Ndes. Hambok kiro ning ngarep kompor sewengi ngono kui ora ngelak opo piye?

Saya tak pernah mengerti apa yang menyenangkan dari perayaan ulang tahun macam itu. Hal yang menurut saya sedang terjadi adalah praktek bullying yang diiyakan massal. Ini sudah seperti film The Purge yang setiap satu tahun sekali diberlakukan sistem bebas membunuh di Amerika. Dalam The Purge kita diperlihatkan bagaimana manusia sejatinya memiliki naluri buas untuk melukai orang lain. Hanya saja selama ini hukum meredam tindakan itu.

Hal itu tidak beda jauh dengan perayaan ulang tahun dan tepung-tepung yang bertaburan lalala yeyeye itu, bukan? Pada hari-hari selain hari ulang tahun (atau beberapa orang menyebutnya hari biasa) sudah barang tentu menjadi masalah jika kita secara impulsif melempari teman kita dengan air dan tepung. Akan tetapi, pada hari ulang tahun, hal yang demikian seolah diperbolehkan, diwajarkan, dan lebih parahnya; diwariskan.

Jika melihat ribuan tahun yang lalu, bangsa Mesir Kuno dikisahkan selalu merayakan ulang tahun Fir’aun dengan lantunan puja-puji-peju dan memberi sesembahan berupa apa saja yang dimiliki oleh warga. Andai saja bangsa Mesir Kuno tahu jika pada abad 21 di Indonesia sudah menerapkan sistem siksa tepung, saya kira mereka akan turut melakukannya kepada Fir’aun dengan penuh suka cita. Minimal lempar Spinx, sambil nyanyi, “Suzuki Spinx.. Kau auraku..”

Menelusuri budaya perayaan ulang tahun membawa saya pada ribuan tahun silam. Selain di Mesir, hal demikian juga terjadi pada bangsa Yunani dan Romawi Kuno. Bangsa Yunani mengenalkan tradisi pemakaian simbol lilin dalam acara ulang tahun. Lilin ini diletakkan di atas kue berbentuk bulan sebagai sesembahan kepada Dewi Artemis. Sedangkan di Romawi Kuno, perayaan ulang tahun awalnya hanya berlaku bagi raja dan dewa. Hingga kemudian masyarakat ‘biasa’ turut merayakannya dengan cara berkumpul bersama saudara dan teman serta mulai mempopulerkan tradisi bagi kado. Pada masa itu, kado yang diberikan berupa tepung terigu, minyak zaitun, madu dan keju.

Saya curiga saja, barangkali masyarakat kekinian membuang-buang tepung dan telur itu sebagai wujud olok-olok terhadap tradisi kado-kadoan di zaman Romawi Kuno. Tak disangka, ternyata masyarakat milenial lebih memilih tradisi pagannya Yunani. Terbukti budaya tiup lilin sambil membaca doa masih jadi metode default dalam merayakan ulang tahun di masa sekarang.

Artemis
Pada masa tersebut kue dan lilin memang menjadi simbol rembulannya Dewi Artemis. Namun simbolisasi itu berubah ketika kue-kue ini mengalami pemugaran pada abad 18. Pada tahun terjadinya revolusi industri itulah kue-kue disajikan dalam bentuk yang lebih mewah dan artistik. Hal ini bermula dari keresahan orang-orang borjuis yang tidak ingin tampil setara dengan masyarakat miskin. Sementara roti sudah menjadi makanan yang sangat biasa dimakan oleh masyarakat luas apapun stratanya. Kemudian orang-orang borjuis membuat kue mewah untuk menegaskan kembali batas miskin dan kaya. Tapi seiring berjalannya waktu, resep kue mewah menyebar luas ke masyarakat dan bahan-bahan pembuatnya dapat mereka raih dengan mudah. Seiring terjadinya globalisasi, jadilah tradisi kue-kue ini menyebar hampir ke seluruh dunia.

Dari sejarah ulang tahun tersebut, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan sederhana. Yaitu, jika anda percaya bumi ini tidak datar, maka lekas saja ubahlah desain kue ulang tahun anda menjadi bentuk yang sebagaimana mestinya. Di atas sudah disebutkan, jika orang Yunani membuat kue menyerupai bulan sebagai wujud persembahan pada Dewi Artemis. Desain kue ulang tahun saat ini masih berkiblat pada perspektif visual orang Yunani terhadap bentuk bulan pada masanya.

Barangkali saat ini orang-orang pagan dan penganut paham bumi datar masih sering ngikik-ngikik jika melihat ada temannya yang sehari-hari mengutuk sesat paham mereka, tapi pas ulang tahun bertekuk lutut pada tradisi yang ia kutuk sendiri.

Meski, ya, memang pada masa kini kue-kue ulang tahun sudah tidak dimaknai sebagai simbol tertentu. Yang penting tampilan artistik buat difoto, murah buat dibeli, dan enak buat dimakan. Etapi, toh cara menikmatinya dengan meperin krimnya ke muka orang yang ulang tahun dan kepada para hadirin yang berada dalam radius dua meter dari letak kue itu berada. Sampai pada tahap ini, ternyata orang-orang milenial juga mengolok-olok Dewi Artemis. Hmm.. Benar-benar.

Sudah saya ceritakan di atas jika saya tidak pernah mengalami penganiayaan saat ulang tahun. Tapi semua berubah. Saat saya terjebak ulang tahun dalam program KKN.

Mengutip lagu “Sayang” yang saya dengar dari legenda hiphop koplo, NDX A.K.A, ada lirik yang berbunyi: “Hari demi hari. Uwis tak lewati. Yen pancen dalane. Kudu kuwat ati.” Nah, jadi saya sudah melewati ulang tahun demi ulang tahun dengan damai, sejahtera, sentosa, tanpa kurang suatu harga diri apapun. Lalu, seperti Hiroshima-Nagasaki pada tahun 1945, saat pagi di rumah singgah KKN itu tubuh saya dibombardir tepung demi tepung. Kalau sudah begini, ya saya cuma bisa qonaah saja.

Sebelum tragedi itu berlangsung, saya sempat menjahili teman-teman saya terlebih dahulu. Jadi, saya sudah tahu jika teman-teman KKN menyadari hari ulang tahun saya. Demi menjaga keamaman dan ketertiban diri saya sendiri, saat memasuki tanggal 25 Januari, saya sengaja menahan kantuk sebagai antisipasi jika terjadi hal-hal tak diinginkan pada pukul 00.00 WIB. Saya berhasil terjaga hingga pukul 1 pagi. Sementara teman-teman saya sudah (pura-pura) tidur (tapi kebablasan jadi tidur beneran).

Saat situasi terasa aman, saya mengobrak-abrik dapur mencari tepung dan telur. Harapannya agar kedua bahan masak martabak itu bisa saya sembunyikan. Jadi saya mau menyembunyikan apa yang disembunyikan teman-teman saya. Sungguh daur hidup ketersembunyian yang fana sekali.

Sayangnya, saya tidak menemukan kedua komponen rajam itu. Pikir saya, mereka tidak sempat membeli karena memang akses ke pasar cukup sulit, harus naik turun bukit dulu. Dengan berserah pada mata yang benar-benar ngantuk, akhirnya saya memutuskan untuk tidur.

“Selamat ulang tahun.. Selamat ulang tahun..”, nyanyian itu sayup-sayup terdengar dari balik kesadaran saya. Ketika saya membuka mata, saya dapati teman-teman saya berkumpul sambil membawa kue (berbentuk bulan datar) lengkap dengan lilin-lilin di atasnya. Senandung ulang tahun yang bergema itu semakin saya dengar kok saya jadi makin ingin tidur lagi. Bagaimana tidak? Pukul dua pagi saya bangun dan langsung mendengar paduan suara tersumbang yang pernah saya dengar. Bayangkan saja saat kamu baru bangun tidur, belum gosok gigi, bahkan belum sadar benar. Lalu suara yang kamu keluarkan pasti parau-parau mambu gitu, kan? Nha, yaudah, itu yang saya dengar dari sembilan mulut yang menyanyikan lagu ulang tahun. Sudah parau, liriknya gak kompak pula anjir.

Sekalinya saya ulang tahun ada yang menyanyikan lagu kok ya yang nyanyi lemes-lemes mblawus gini. Hmm.. Benar-benar. Akhirnya, malam itu saya tutup dengan makan sedikit kue dan banyak meperin krim.
 
Karena malamnya tidak nemu letak tepung dan telur, saya pikir perayaan ulang tahun saya ya cuma kue tahajud itu saja. Disebut kue tahajud karena kami berpesta kue di sepertiga malam terakhir. Artinya, ulang tahun saya juga turut disaksikan malaikat yang turun ke bumi. Sungguh surgawi sekali diriku.

Ternyata anggapanku salah. Sekitar pukul sembilan pagi seusai sarapan, tiba-tiba saja ada mas-mas mbois harapan bangsa yang menggrujugku dengan ulenan tepung. Selama beberapa menit saya harus melakukan sedikit gerakan perlawanan yang disebut ‘get ji get beh’, yang artinya ‘reget siji reget kabeh’.

Kemudian sadar, saya tak punya cadangan sempak kering. Fak.

cdn.shopify.com
Saya sangat bersyukur tahun ini tidak perlu merasakan simulasi lempar jumroh itu lagi. Bahkan tidak banyak orang yang tahu. Kekasih saya pun mengucapkannya dengan begitu biasa. Yeah, she knows me so deep.
 
Saya ingat betul hari ulang tahun saya ini bertepatan dengan hari lahir teman saya. Ya, lahir bareng. Namanya Anang Riswanta, nama bapaknya Siswanta. Sungguh nama marga yang benar-benar tergelincir. Konon, bapaknya sangat sayang pada anak sulungnya yang lahir dalam keadaan typo itu.

Menurut birthday reminder di Facebook, ada beberapa orang yang ulang tahunnya barengan sama saya. Ketika saya lihat pada tahun-tahun sebelumnya sih, hanya ada dua orang yang saya kenali; Anang Riswanta dan Genrifinadi Pamungkas. Namun tahun ini kok ada satu orang dalam list tersebut yang mutual friends-nya Haris. Pikir saya, “Wah, ada yang gak beres, nih.”

Segera saja saya buka akun tersebut pakai UC Mini Browser. Nama depannya sih tidak asing di lingkarannya Haris, tapi Husnan Bilqish? Siapa? Setelah saya buka laman profilnya, suasana tiba-tiba hening selama tiga detik. "Ohh.. Penghuni khayangan yang lagi magang." Lalu saya segera close browser. Saya letakkan hape saya di atas meja dengan hati-hati. Kemudian menggumam sambil menghela kentut, “Hmm.. Haris. Benar-benar.”

Setiap orang tentu bebas memaknai hari ulang tahunnya masing-masing. Ada yang menyukai keramaian, adapula yang menggemari sepi. Ada yang ingin mendapat ucapan selamat, adapula yang ingin bingit mendapat ucapan selamat. Seperti aplikasi News & Weather itu, lho. Bebas mau dioperasikan atau dibiarkan. Tapi yang jelas aplikasi itu tidak bisa di-unistall. Cen asu tenan.

Bicara tentang perkara ‘usia’ di dalam lingkaran saya tergolong unik. Banyak orang yang senang sekali ketika dirinya dianggap masih umur belasan. Padahal sebenarnya sudah menginjak usia puluhan tahun. Usut punya usut, ternyata orang-orang ini rindu tampil prima dengan kulit yang masih cerah dan kencang. Kebutuhan fisik untuk tampil menawan seolah hanya dimilikinya saat masih remaja. Apa benar paramaternya begitu?

Membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan keindahan tubuh dalam kerangka standarisasi mainstream sebisa mungkin saya hindari. Kenapa? Fana bhet anjir.

Saya malah tersinggung jika ada yang bilang saya masih seperti anak sekolah. Lha di usia itu saya masih goblok-gobloknya sebagai manusia je. Mau bangga atau tersipu malu kok ya ora etis rumangsaku.

“Sik kosik. Emang ono sing tego nuduh kowe awet enom, Ham?”

“Mbuh!”
YAPPARI!
Baiklah, segitu saja kiranya yang ingin saya utarakan. Jika mengutip Sujiwo Tejo, beliau pernah bilang, “Tulisan saya dibaca untuk dilupakan”. Kira-kira begitu juga apa yang saya tulis ini. Seperti pertunjukan wayang, yang semula (layar) kosong. Kemudian tiba-tiba datang orang yang sok-sokan ngasih tahu dan sok-sokan bercerita. Hingga menuju akhir pelan-pelan akan balik kosong lagi. Jadi rasakan saja sensasinya. Tidak usah dipikirkan.

Maksudnya, tulisan ini tuh..gak guna anjir! Hahahaha.

Terima kasih sudah menyimak ego saya. Salam.
#BioTwitterku
Penikmat Umur
Pengarang Uzur
Penjaring Ubur-ubur

Source header post: Banksy

19 Januari 2017



Paguyuban ibu-ibu pencinta sinetron sempat digegerkan oleh kematian Mas Boy. Isunya, separuh dari ibu-ibu tersebut dilarikan ke ahli terapi dan ruqyah. Sedang separuh sisanya memilih untuk bergegas mencari Dragon Ball untuk membangkitkan Mas Boy dari ajalnya. Kematian Mas Boy menjadi begitu penting, sampai-sampai hastag #RIPBoyAnakJalanan sempat merajai trending topic di Twitter. Walau begitu, ibu saya kalem-kalem saja, tuh.

Sejauh yang saya tahu, ibu saya ini tidak pernah mengikuti cerita Anak Jalanan. Saat saya mencoba bertanya, jawaban ibu saya, “Ibu enggak pernah nonton Boy itu bukan karena enggak suka. Tapi karena SCTV di tempat kita itu seharian nayangin Perjuangan Semut. Lha mbok kiro ibumu iki trenggiling opo piye?”

Sejenak saya manggut-manggut paham. Kemudian telinga saya bergindik seolah diselepet malaikat Rokib, saya tiba-tiba meyadari sesuatu. Lekas saja saya nyeletuk, “Bentar.. Bentar.. Ibu tahu apa tidak, kalau Anak Jalanan itu tayangnya di RCTI, bukan SCTV?”

Meski pengetahuan ibu saya soal per-channel-an ini begitu kurang, tapi pilihan sinetronnya bagus juga. Beliau menjatuhkan pilihan nontonnya pada sinetron noir berjudul Anugerah Cinta. Konon, salah satu alasan kenapa Mas Boy dibuat mati itu karena rating Anugerah Cinta lebih tinggi dripada Anak Jalanan.

Saya terpaksa menonton Anugerah Cinta karena saya tidak memiliki kamar pribadi. Saya tidur di kasur lantai tepat berhadapan dengan televisi. Sementara ibu saya duduk anteng di atas dipan yang tak jauh dari tempat saya berbaring. Jadi, tak ada pilihan lain, mata saya harus rela diperkosa oleh kisah cinta Arka dan Naura yang maha nggrantes itu.

Ibu saya nonton Anugerah Cinta sambil menggenggam handphone yang baru ia belai cuma saat komersial break. Saya curiga jika ibu saya ini bandar kuis tebak plot sinetron. Sehari-hari boleh saja umbah-umbah sambil nyanyi Leaving on the Jet Plan, tapi kalau sudah tersambung ke internet ternyata menjelma jadi agen Online Betting. Mau bagaimana lagi? Anugerah Cinta ini memang plot twist-nya susah ditebak. David Benioff kalau nonton sinetron ini, sudah pasti memilih untuk mengubur Game of Thrones sedalam-dalamnya.

Anugerah Cinta mengisahkan tentang seorang bidadari proletar, Naura, yang dicintai oleh Arjuna masa kini bernama Arka. Keduanya bertemu dalam ikatan yang dramatis sekali. Naura sebagai pembantu dan Arka sebagai majikannya. Tanpa perlu upaya mbribik atau tebar kode, mereka lekas saja mencintai satu sama lain. Sungguh ide cerita yang begitu kreatif. Pantas ibu saya selalu penasaran dibuatnya.

Namanya juga cinta, sudah pasti ada orang-orang azabable yang menentang hubungan asmara itu. Salah satunya adalah Ibu Vira, ibu kandung Arka itu sendiri. Sebagai istri dari seorang borjuis, Ibu Vira ini tidak rela jika memiliki menantu seorang pembantu. Jelas saja, rencana-rencana jahat segera tercipta demi merusak hubungan Arka dan Naura. Dibantu dengan Ibu Arumi dan Kinta, trio hebring ini gencar meneror Naura. Sungguh kebaruan cerita yang tak bisa dipungkiri lagi, bukan?

Meski perwatakan Ibu Vira ini galak bingit, tapi beliau memiliki anak laki-laki yang begitu sopan, murah hati, dan semua jenis ilmu PPKN tahun 2002 ada di dalam diri Arka. Belum lagi Arka ini dilengkapi dengan wajah tampan, pekerjaan mapan, pintar bermusik dan jago kung fu pula. Kebajingukan yang dimiliki Arka ini sudah barang tentu akan meningkatkan standar ideal calon mantu laki-laki. Sebagai laki-laki milenial yang masih sering kabur dari tukang parkir, njuk aku isoh opo, Dek?

Anugerah Cinta adalah sinetron maha epic yang selalu berhasil membuat saya tratapan. Antara memahami kejeniusan plot twist maupun kefantastisan tokoh-tokoh di dalamnya. Pengalaman mengikuti serial kisah cinta Arka dan Naura inilah perasaan saya lebur. Rasa-rasanya kok seperti menonton konser Burgerkill sekaligus ditemani Dian Sastro yang sedang membaca Tragedi Winka dan Sihka milik Sutardji Calzoum Bachri tepat di daun telinga saya. Mrinding!

Meski demikian, ibu saya ternyata sering nyinyirin adegan-adegan yang dirasa terlalu hyperralistic. Seperti kejadian ketika Ibu Arumi meracuni Naura agar rahimnya rusak. Naura jatuh sakit, lalu menjalani pengobatan, sembuh total, dan segera menuntut balas pada Ibu Arumi. Semua itu terjadi dalam satu hari saja. Ini klinik akupuntur Wong Fe Hung juga gak gitu-gitu amat perasaan.

Penyinyiran ibu saya yang ditujukan untuk film ini juga menjadi bukti oppositional code-nya Pakdhe Stuart Hall. Walau menontonnya bikin frustasi, tapi Anugerah Cinta berhasil memberi candu yang tak bisa dihentikan. Rasanya ingin nonton terus. Ingin frustasi terus. Mungkin ini pula yang terjadi pada saya ketika membaca sederet twit Agus Mulyadi yang rutin membela kisah asmaranya sendiri. Ah, mbok ya tokoh Arka itu diperankan oleh Agus Mulyadi, tho. Barangkali judulnya bisa dikondisikan menjadi ‘Anuku Gerah, Cintaa’.

Meski, ya, saya ingin misuh-misuh tiap menonton sinetron satu ini, namun tak dapat dipungkiri jika pada akhirnya saya ketagihan. Satu malam saja tidak menonton Anugerah Cinta, ibarat main cap ji kia tanpa kemulan sarung. Ra komplit!

Jadi begitu, keluarga saya tidak turut meramaikan linimasa meski Mas Boy telah berpulang. Dari yang saya dengar, Mas Boy ini lak bocah racing, tho? Jelas beda dengan Den Arka yang jadi eksekutif muda itu. Meski keduanya sama-sama sugih mblegedu, tapi ibu saya lebih menyukai sosok Arka. Terbukti dari ujaran beliau di suatu sore, “Le, Arka itu akhlaknya baik, sukses dan guantheng. Iyo opo ora?” Belum sempat saya menjawab apa-apa, beliau meneruskan, “Hambok, ibumu iki golekno mantu koyo ngono kui.”

Mak jegagik! Spontan saja saya tratapan. “Sik sik, Buk. Ibu kan anaknya empat. Yang wadon satu, sudah dirabi. Lha njuk mantu modelan Arka itu buat siapa?”

“Lho yo buat kamu tho, Le. Lha Ibuk umpama berharap kamu jadi seperti Arka itu jelas ora mungkin, tho. Minimal kowe ra lulus babagan rai.” Menerima bombardir seperti itu, saya lekas saja mlipir daripada makin dikata-katai soal estetika wajah. Belum jauh kaki ini melangkah, ibu saya menggamit kaos saya dari belakang seraya berbisik pelan di ambang pintu telinga saya, “Cah kuliah seni rupa kok ora rupawan blas.” 
Imgae source: popmagz.com

1 Januari 2017


Sudah pasti banyak film yang menjanjikan keseruan untuk ditonton di tahun 2017 ini. Dari sekian banyak itulah saya merangkum ke dalam 20 daftar yang wajib ditonton sebelum tahun 2018. Hahaha. Film-film yang terdaftar di sini merupakan film rilisan 2017 versi IMDB. Bukan berarti semua film ini bakal muncul di layar bioskop Indonesia lho ya. Ada beberapa diantaranya yang mustahil diedarkan di bioskop. Namanya juga alternatif. Ah, selama ada Lebah Ganteng dan Pain Akatsuki, kita bisa tenang, kok.

Baiklah, berikut daftar nonton saya:

1. Almost Paris



Berkisah tentang seorang pegawai bank bernama Max. Pada suatu ketika, Max mengalami kegagalan dalam pekerjaannya. Akibatnya ia mengalami krisis ekonomi. Sementara ia sudah mengorbankan keluarganya demi karir yang selama ini ia bangun. Max kemudian memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Misi Max adalah untuk menebus kesalahan terhadap keluarganya dan berupaya bangkit dari kegagalan.

Apa yang Max alami begitu sederhana dan sangat dekat pada kita. Barangkali selepas nonton film ini kita memiliki perspektif lain yang lebih baik dalam menghadapi situasi serupa.

2. Amsel


Sebuah film dokumenter tentang seorang perancang grafis bernama Richard Amsel (1947-1985). Karya-karyanya meliputi poster film, sampul buku, dan sampul album musik. Ia memiliki kemampuan menggambar tubuh dengan rincian yang luar biasa. Sebagai salah satu seniman rupa yang berpengaruh, film dokumenter ini mencoba menelisik kembali kehidupan sang seniman yang misterius, hingga akhir tragis yang menimpanya akibat AIDS. Saya begitu tertarik dengan poster-poster film, maka libido saya memuncak ketika tahu ada dokumenter untuk seniman grafis ini.

3. Book of Henry

Bercerita tentang seorang anak bernama Henry yang tinggal bersama adik dan ibunya. Suatu ketika, ia merencanakan pembunuhan terhadap ayah dari gadis yang ia cintai. Rencana itu tertulis dalam sebuah buku yang secara teledor diketahui oleh ibunya. Uniknya, si Ibu justru setuju dengan rencana Henry. Jadilah, mereka berdua berambisi menumpas penindasan sebagaimana yang pernah mereka rasakan di masa lalu. “A single mother raises a child genius”. Sungguh keluarga yang begitu harmonis!

4. Dunkirk


Setelah sukses menggelar film sains, Christopher Nolan kali ini hadir mengusung film historis. Film ini berlatar perang dunia kedua, saat tentara Nazi berhasil memojokkan ribuan tentara Sekutu hingga ke Pantai Dunkirk dan ini menjadi kekalahan pihak Sekutu terbesar dalam sejarah. Di sinilah kita akan mengetahui lebih jauh tentang Operasi Dinamo atau Evaluasi Dunkirk. Perlu alasan apa buat melewatkan film ini?

5. Fifty Shades Darker 


Saya rasa tak perlu sinopsis mengingat film ini begitu populer. Jujur, saya sempat kecewa dengan filmnya yang pertama karena adegan sadomasokisnya tidak seram sama sekali. Namun, kali ini saya mencoba untuk kembali tertarik dengan sekuelnya, sebab ada pergantian sutradara. Yang semula Sam Taylor-Johnson, kini dikerjakan oleh James Foley. Kupikir aroma Fifty Shades Darker bisa kembali pada jalur roman gelap yang semestinya, mengingat Foley pernah mengerjakan After Dark, My Sweet (1990) dan Fear (1996) yang terbilang sukses itu. Semoga film olahraga ini tidak mengecewakan. OLAHRAGA??

6. Guardian of The Galaxy vol.2


Sempat melewatkan film-film Marvel tahun 2016 karena suatu hal, kini GoTG sudah jadi titik ketaksabaran saya untuk menyaksikannya. Pada GoTG vol.2 inilah akan dibuka misteri tentang ayah Star Lord yang konon bukan penduduk bumi. Sedikit demi sedikit proyek film Marvel mulai mengarah pada ‘Inhuman’, setelah sebelumnya dalam film serial Agent of S.H.I.E.L.D juga ikut diceritakan mengenai hal ini. Film superhero yang terdiri dari orang-orang gemblung ini sebenarnya cocok jika diberi judul seperti bukunya Puthut EA: “Para Bajingan yang Menyenangkan”.

7. Elizabeth Blue 

Berkisah tentang seorang gadis muda yang keluar dari rumah saki jiwa. Ia berhasil ‘disembuhkan’ dari skizofrenia. Saya tertarik pada film psikologi macam ini. Setidaknya saya penasaran bagaimana mantan pengidap skizofrenia memandang dunia.

8. I’m not Your Negro
 


Film dokumenter ini bercerita tentang ras kulit hitam di Amerika. Film ini sebenarnya diadaptasi berdasarkan sebuah naskah novel yang belum selesai dari James Baldwin dengan judul Remember This House. Pada film ini kita akan diajak menelusuri sejarah ras di Amerika melalui kenangan Baldwin dan tokoh-tokoh pembela hak-hal sipil macam Medgar Evers, Malcolm X, dan Martin Luther King. Sebagai pemuda yang belagak peduli pada kemanusiaan, tentu saya ingin segera menyaksikan film ini.

9. Keep Watching 

Film ini menyajikan cerita tentang sebuah keluarga yang terlibat dalam pembunuhan berantai. Pembunuhan yang terjadi ini dikemas layaknya sebuah game. Di sini sepertinya kita akan melihat bagaimana hidup dan mati adalah sebuah permainan. Menang atau kalah ada pada pilihan kita untuk melawan atau menyerah. Alasan saya ingin nonton ini adalah judulnya, “Keep Watching”. Ya gitu, mau tak mau, seru atau tidak ya keep watching aja.

10. Kingsman 2: The Golden Circle 

Film aksi tentang agen rahasia yang renyah untuk ditonon. Sama sekali tidak kelam dan malah lebih banyak unsur komedinya. Film pertamanya berhasil menghibur. Bagi saya film ini bisa menetralisir film-film kelam yang saya tonton. Ben ra mbledosh utekku!

11. The Last Word 

Film drama-komedi ini berkisah tentang seorang pensiunan yang ingin mengabadikan kisah hidupnya ke dalam sebuah buku. Ia kemudian merekrut seorang penulis muda untuk mengerjakannya. Alasan saya ingin nonton ini begitu sederhana. Pertama, karena rindu dengan penampilan Amanda Seyfried. Kedua, karena Amanda mendapat peran sebagai penulis. Ketiga, keknya bagus. Yaudah,sih.

12. Logan 

Rumor yang beredar pada film ini adalah kematian Logan. Lho, Logan bukannya manusia abadi? Jangan naif. Keabadiaan Logan itu tergantung kontraknya sama produser. Kalau udah cut yaudah bubar. Ya begitu, film ini kabarnya memang didaulat sebagai film terakhir Hugh Jackman. Apakah film ini akan kembali menyentuh sukma para penonton layaknya Paul Walker dulu? Feelingku sih bilang, ‘iya’. Apalagi jika Thomas Djorghi menyetujui dirinya mengisi suara untuk soundtrack film ini. Pasti Wiz Khalifa pilih pensiun dari dunia musik. Lalu bergabung dengan saudari jauhnya, Mia Khalifa, untuk menyalurkan bakat olahraga.

13. Pirates of the Carribean 5 : Dead Men Tell no Tales 

Rindu sekali dengan aksi bajak laut, Jack Sparrow. Kali ini ia akan menghadapi Kapten Salazar dalam upayanya memperoleh sebuah pusaka, Trident of Posseidon. Konon, pusaka ini mampu mengendalikan lautan. Wow! Menteri Susi harus turut merebut pusaka ini. Majulah, Susiku!!

14. Power Rangers

Power Rangers akan mengajak kita menonton kembali asal muasal Mighty Morphin. Kelima muda-mudi karangtaruna ini tiba-tiba mendapat kekuatan super yang harus dimanfaatkan untuk meyelamatkan bumi dari serangan alien jahat bernama Rita. Sementara itu, di Indonesia kita mengenal Rita sebagai merek bedak bayi. Tidak terima dengan olok-olok itulah, kemudian Mbak Rita ini ingin menghancurkan bumi.

15. Sleight 

Film ini mengisahkan tentang seorang pemuda ahli sulap yang mencari nafkah melalui pertunjukan jalanan. Dalam hidupnya, ia hanya memiliki seorang adik perempuan. Karna terlibat suatu masalah, adiknya diculik. Satu-satunya modal yang ia miliki untuk menyelamatkan adiknya adalah dengan ketangkasan dan kecerdasan. Dah, gitu aja.

16. Space Between Us 

Film ini ide ceritanya agak ndeladuk. Jadi, Space Between Us ini bercerita tentang seorang anak yang lahir di planet Mars. Ia terjebak di sana ketika ibunya terlibat dalam proyek eksperimental penjelajahan angkasa. Entah bagaimana ceritanya, ia yang selama ini tinggal di Mars akhirnya tiba di Bumi. Si kampret ini tiba di Bumi untuk mencari seorang wanita yang ia yakini sebagai kekasih sehidup sematinya. Piye? Nggapleki banget, tho?

17. Sweet and Sour 

Kali ini kita akan diajak berpetualang bersama pasangan suami istri yang memiliki kebiasaan unik. Mereka mempunyai ritual membunuh sebagai perayaan ulang tahun pernikahan. Namun pada ulang tahun kesepuluh, mereka merubah aturan dalam ritual tahunan itu. Masalah pun terjadi. Premis film ini sungguh wagu bin asu. Pasutri psikopat. Bagaimana mampu saya melewatkan ini?

18. Rings 


Film horor satu ini merupakan kelanjutan dari The Ring dan The Ring Two. Proyek film Ring pertama mendapat sambutan yang begitu meriah dari para penonton. Sayangnya, pada tahun 2002 jelas saya belum melek dengan film macam ini. Maka dari itu, pada tahun ini saya ingin menonton ketiga Ring sekaligus. Wuuw.. Mugo-mugo aku ora dadi edyan!

19. Spider-man Homecoming 

Selepas dari penampilannya yang memorable di Civil Wars, aksi Peter Parker dalam satu layar sendiri sudah tentu ingin saya tonton. Saya memiliki pengalaman emosional tersendiri pada film Spider-man. Ingat betul bagaimana Spider-man 3 (versi Tobey) merupakan film pertama yang saya tonton di bioskop. Sebagai anak kampung tentu hal itu merupakan sebuah prestasi kegaulan. Maka acap kali ada film Spider-man, saya selalu merayakannya dengan nonton di bioskop. 
Ah, gak gitu juga sebenarnya. Saya selalu ingat dengan pengalaman saya nonton di bioskop pertama kali karena kena tilang ratusan ribu. Begitulah resiko mencoba gaul saat masih SMP. Sungguh sadis dendamu~

20. XXX : Return of Xander Cage 

Triple-X pertama adalah awal saya menyukai si gundul, Vin Diesel. Aksinya yang canggih itu berhasil memukau saya yang kala itu masih berseragam putih biru (eh, iya gak, sih). Sempat kecewa dengan XXX yang kedua, di mana tokoh utama diperankan oleh Ice Cube. Maka tak heran jika kembalinya Xander Cage ini memaksa saya untuk kembali berbungah-bungah dengan aksi-aksi menegangkan. Harapan terdalam saya, semoga film ini tidak diboikot oleh Badan Asal Boikot Indonesia (BABI) hanya masalah judul “XXX”.

Alhamdulillah.. Sampailah kita di ujung tulisan ini. Selain 20 film ini, tentu masih ada banyak film seru yang bakal meramaikan ruang-ruang bioskop. Sebut saja Wonder Woman, Thor: Ragnarok, Kong Skull Island, Mummy, The Fate of The Furious, Despicable Me 3, Smurf dan lain-lain. Terima kasih kepada teman-teman yang setia menyimak daftar film ini dari awal hingga paragraf ini. Jadi, film apa yang ingin kamu tonton di tahun 2017?

Tulisan ini mengalami pembaruan pada tanggal 18 Januari 2017
All poster: impawards