27 Juni 2018



Saya adalah orang yang merasa lebih nyaman berbelanja di supermarket karena sistem swalayan yang membuat saya bebas membanding-bandingkan satu produk dengan produk lain, dan bebas pula dalam mengambil keputusan saat membeli sesuatu. Harus saya akui, saya memang cenderung lama saat menentukan pilihan karena menimang banyak alasan untuk membeli atau tidak membeli. Singkatnya sih saya tidak mau rugi.

Kadang saya menemukan barang yang bagus dan bermanfaat bagi orang lain tapi ternyata tidak cocok bagi saya. Misalnya sabun mandi. Meski banyak yang bilang sabun mandi merk A itu bagus, namun ketika saya menggunakannya dengan ekspektasi tinggi, ternyata sabun mandi merk A itu justru membuat kulit saya lengket. Dalam kenyataan seperti itu tentu saja saya merasa sangat kecewa dan sebal.

Belajar dari situlah saya mulai membiasakan diri untuk menemukan sendiri apa yang cocok bagi saya. Karena setiap orang pasti punya selera yang berbeda-beda, bukan? Teman saya yang kerjaannya berurusan dengan dunia digital pun pada saat membeli tiket nonton lebih memilih antri di loket daripada beli secara online. Ya kalau saya sih lebih suka beli tiket nonton secara online, tidak perlu antri dan bisa langsung pilih kursi sendiri.

Banyak transaksi yang bisa saya lakukan secara online. Saya sangat menyukai hal itu karena kuasa penuh untuk memilih, membandingkan, melihat-lihat dulu, dan mengambil keputusan ada di tangan saya. Dengan cara seperti itu saya sering mendapatkan banyak hal yang cocok bagi saya.

Nah, sekarang bagaimana kalau saya mau cari asuransi yang cocok bagi saya? Apakah saya harus googling, membaca ratusan artikel, atau menanyakan itu ke banyak orang? Ribet! Apakah saya asal pilih satu saja yang paling populer? Ah, tidak ada jaminan kalau yang populer itu cocok juga bagi saya.

Jika kegundahan semacam itu juga melanda dirimu, sebaiknya ambil nafas panjang dan tenang dulu. Sebab kita punya ​ supermarket asuransi online yang menyediakan produk asuransi dari berbagai macam provider. Kita sudah tidak perlu capek-capek googling atau tanya ke orang-orang karena kita bisa mendapatkan banyak informasi asuransi dalam genggaman.



Futuready.com adalah supermarket asuransi online yang memiliki lisensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui situs maupun aplikasi, kita dapat mengakses Futuready untuk mencari,  membandingkan, dan membeli asuransi yang paling lengkap.

Coba saat ini kita butuh asuransi apa? Asuransi kesehatan, asuransi perjalanan, asuransi kecelakaan, atau asuransi mobil? Futuready memungkinkan kita untuk menemukan kebutuhan asuransi yang paling cocok secara personal. Sudah saatnya pihak asuransi yang benar-benar beradaptasi dengan kita, bukan sebaliknya.

Futuready sendiri menjadi broker asuransi online pertama yang memegang lisensi resmi dari OJK dengan nomor KEP-518/NB.1/2015 pada 18 Juni 2015. Futuready juga merupakan bagian dari AEGON, salah satu perusahaan asuransi terbaik di dunia yang berbasis di Den Haag.

​Perlu diingat, Futuready tidak membuat produk asuransi sendiri.​ Tapi menyediakan layanan informasi asuransi dari berbagai provider dengan ringkas, jujur, dan tidak memihak. Misalnya untuk asuransi perjalanan yang dijual di Futuready ada AXA, AXA Mandiri, Simas Net, Adira, Lippo. MNC, Tokio Marine, dan Malacca. Atau asuransi mobil seperti AXA, ACA, Simas Net, Adira, Avrist, dan Malacca.

Duh, kalau bicara soal asuransi mobil dari Futuready, saya jadi ingat iklannya yang kocak.

Pernah lihat tidak video iklan yang diperankan Cak Lontong? Coba deh lihat saja videonya di bawah ini.



Lihat video itu saya jadi mau segera pakai Futuready buat asuransi mobil. Tapi begitu selesai install, saya baru sadar kalau belum punya mobil. Lah! Hehehe. Setelah saya cari tahu lebih dalam, setidaknya ada tiga keuntungan membeli asuransi mobil secara online melalui Futuready.

1. Pilih Sendiri Perlindungan Sesuai Kebutuhan. Di sini kita bisa memilih sendiri perlindungan yang diinginkan mendapatkan harga terbaik sesuai kebutuhan. Misal kita cuma butuh perlindungan kecelakaan saja, otomatis premi menjadi lebih murah.

​ 2. Asuransi Mobil Tanpa ​Survey. Kapan lagi sistem penerbitan polis auto accept benar-benar tanpa survey, ya kan?

3. Polis Terbit ​Online. Penerbitan polis secara online, dikirim langsung ke surel kita jadi bisa diakses kapan dan di mana saja. Nah, jika mau punya polis dalam bentuk cetak, Futuready juga bisa mengirimkannya, kok.

Itu dia keunggulan yang bisa kita dapatkan jika ingin asuransi mobil​ melalui layanan Futuready.

Saya suka sekali dengan konsep supermarket asuransi ini. Seperti yang sudah disebutka di awal, sebagai orang yang butuh banyak pertimbangan, Futuready bisa menjadi cara saya menemukan jasa asuransi yang paling cocok. Apakah ini juga caramu?


Source header: Pexels

16 Juni 2018


Sebut saja saya adalah pemula dalam urusan merantau. Sebab waktu terlama untuk jauh dengan keluarga baru saya rasakan di usia ke-25 tahun ini. Sebelumnya, mulai dari lahir, sekolah, hingga kuliah saya jalani di tanah kelahiran, Kartasura. Bagi para perantau senior silakan membercandai saya dengan leluasa karena memang saya baru mengalami masa penjelajahan ini dari November 2017 hingga sekarang yang kira-kira sekitar tujuh bulan.

Pada momen ini juga untuk pertama kalinya saya melewati masa lebaran tidak bersama keluarga. Hari Raya Idulfitri 1439H yang jatuh bertepatan pada tanggal 15 Juni 2018 menjadi saksi betapa hati ini ternyata lunak, rapuh, dan rentan terhadap rindu. Akhirnya, komunikasi via telepon menjadi cara terbaik untuk melegakan kerinduan tersebut. Ah, bahkan pada masa sekarang tak hanya saling berkirim suara, bukan? Sebab ada teknologi video call yang bisa semakin mendekatkan jarak raga yang jauh.

Setelah sholat Ied di masjid dekat kos, saya hendak melakukan video call dengan ibu saya yang berada di Kartasura. Tak disangka, sudah tujuh bulan saya sama sekali tidak pernah melihatnya. Ibu saya memang pasif dengan sosial media. Teknologi paling canggih yang ia pakai pun adalah membuat status WhatsApp yang isinya kalimat puitis saja, tidak ada swafoto. Dan saya memang cukup kurang ajar dengan tidak melakukan panggilan video sebelum lebaran ini tiba.

Sayangnya, niatan untuk bertatap muka itu harus kandas. Sebab ibu saya mengklaim bahwa kuota internetnya tidak akan cukup untuk melakukan video call. Pada momen itu saya tahu betul kalau ibu saya pasti juga sedang repot menerima tamu di rumah. Lagipula ibu saya tidak tahu cara beli pulsa secara online. Konter handphone langganan ibu pun sudah pasti libur.

Satu-satunya yang menganggur pada saat itu ya tentu saja adalah saya sendiri. Sebagai anak yang mencoba untuk berbakti dan berbudi pekerti luhur, saya dengan senang hati membelikan pulsa untuk ibu saya. Lagipula saya punya saldo TCASH yang bisa dipakai untuk mengisikan pulsa ke pengguna lain. Jadi dermawan #pakeTCASH ternyata mudah!

Beruntung saya mengikuti akun sosial media TCASH, jadi informasi seputar promo maupun cara pakai TCASH bisa saya dapatkan dengan mudah. Nah, pada saat itu saya tahu kalau TCASH sedang ada program berbagi THR. Karena faktor kebutuhan dan kepraktisannya, tentu saya memilih menggunakan TCASH. Lagipula jika saya berpartisipasi dalam program ini, ada kesempatan bagi saya untuk memenangkan undian berhadiah berupa 1 buah MacBook Pro atau 4 buah iPhone X. Mantul! Mantap betul!

Momen lebaran menjadi menyenangkan ketika komunikasi jarak jauh berhasil saya lakukan. Pada kesempatan untuk berkomunikasi itu, ibu banyak sekali memberi petuah. Mulai soal ibadah, pekerjaan, hingga pribadi yang harus terus belajar agar saya #JadiBaik kedepannya.

Suara ibu terdengar agak parau saat itu. Meski ia mencoba untuk tertawa, bercanda, dan tampil ceria, tapi aku kenal betul bagaimana suara parau ibu sebenarnya adalah suara yang getir oleh rindu. Dan aku paham bagaimana ia mencoba untuk tidak menumpahkan tangis di depan anaknya. Karena ia yakin kalau sebuah perasaan bisa menular. Dan saat itu, ibu sedang menulari saya dengan sebuah perasaan tegar.

Ramadhan tahun ini mungkin jadi bulan yang lebih haru dari sebelumnya. Tidak ada makan bersama, tidak ada senda gurau, bahkan tidak ada lagi cerita-cerita khas ibu yang sebenarnya sudah diulang-ulang puluhan kali. Ramadhan tahun ini mengajarkan pada saya agar senantiasa #JadiBaik di Bulan Baik. Dan pada momentum lebaran, saya jadi menyadari jika rindu adalah pendekatan terbaik untuk meminta maaf dan memaafkan.

Pakai TCASH bikin happy!

Melalui cerita yang saya tuliskan ini, saya jadi ingin berbagi dengan pembaca yang menggunakan operator Telkomsel untuk memanfaatkan TCASH karena bisa mempermudah berbagai keperluan. Kita bisa beli pulsa, belanja online, membayar token listrik, maupun bayar Merchant TCASH yang banyak diskonnya. Saya sendiri sudah mengalami dan sangat girang karena sering mendapat bonus saldo yang bisa dipakai untuk memberi suntikan nafas ke kuota internet saya.

Fitur TCASH yang paling saya suka yaitu fitur kirim uang. Jadi jika kita tidak memiliki rekening bank, kita bisa menggunakan TCASH untuk mengirim uang. Caranya pun sangat mudah. Cukup dengan buka aplikasi TCASH, lalu pilih menu Kirim Uang. Setelah itu kita bisa memilih tujuan transfer, bisa nomor HP (TCASH) atau rekening bank. Berikutnya tinggal memasukan nomor HP atau nomor rekening dan jumlah saldo yang mau dikirimkan. Nah, langkah terakhirnya cukup memasukkan PIN dan saldo sudah langsung terkirim.

Berkat TCASH, momen lebaran saya di perantauan tidak terasa masygul dan senyap. Siapa sangka kalau TCASH bisa menyelamatkan saya dari komunikasi tatap muka yang hampir batal. Semoga tulisan curhat ini selain jadi pengingat bagi diri sendiri kalau saya pernah berada di titik ini, juga jadi manfaat bagi pembaca. Terima kasih telah menyimak blog pribadi saya. Semoga betah, ya. Sampai jumpa!


Header Source: pexels.com

8 Juni 2018


Kita tahu, bahkan sangat yakin terhadap kekayaan alam yang dimiliki oleh negeri ini begitu besar. Besar lahannya, besar potensinya, besar pula sumbangsihnya terhadap dunia. Alam Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke merupakan harta karun yang dipamerkan di mata dunia. Meski demikian, penikmat sejati alam-alam ini bukanlah saya, kita, atau sebagian besar penduduk negeri ini. Tapi mereka.

Mereka adalah orang-orang digdaya yang tidak tersentuh oleh tangan kotor saya. Mereka bersembunyi di balik nama perusahaan yang besar. Mereka berlindung di dalam kerajaan yang mereka bangun. Para pengusaha besar yang mengeksploitasi alam menjadi rentetan angka tak terhingga di rekening mereka. Dan kita, adalah budak yang enggan mengaku.

Beberapa saat lalu, saya dan Tiwi terlibat dalam sebuah acara diskusi film. Bukan film yang tayang menggelegar di bioskop-bioskop, tapi film dokumenter yang begitu sunyi. Mungkin judulnya tidak terlalu ramai dibicarakan, meski isi di dalam film itu mestinya menjadi sebuah pertanyaan besar yang patut dimusyawarahkan bersama sambil ngopi.

FILM ASIMETRIS

Poster Film Asimetris (Sumber: jendelapost.com)
 Film berdurasi satu jam ini memperlihatkan kepada saya gambaran nyata bagaimana hutan-hutan, khususnya kelapa sawit, dieksploitasi dengan beringas. Ada banyak narasumber yang terlibat dalam film Asimetris ini, mulai dari pekerja hingga pemilik lahan sawit itu sendiri.

Secara keseluruhan, film ini mengupas bagaimana kelakuan perusahaan besar terhadap hutan sawit beserta dampak yang dihasilkan. Beberapa yang masuk dalam sorotan, seperti kesejahteraan para pekerja yang timpang sekali dengan glamornya iklan-iklan sabun di televisi, penerabasan lahan warga baik yang terang-terangan menyerobot hingga yang diam-diam dimaling, serta tak luput pula dengan limbah yang menyengsarakan masyarakat setempat.

Kita paham betul bahwa produk-produk yang berbahan kelapa sawit seperti minyak dan sabun, misalnya, merupakan bagian dari kebutuhan sehari-hari kita. Kita tahu betul kalau kebersihan tubuh kita senantiasa membuat kita sehat dan kelezatan kulit ayam KFC hanya akan tercipta melalui proses cipta dengan minyak goreng. Kita memang ‘butuh’ produk-produk itu. Memang ‘butuh’.

Mengapa ada tanda kutip dalam kata butuh barusan?

Setuju atau tidak, kebutuhan yang kita yakini saat ini adalah hasil rekonstruksi budaya. Bukan kebutuhan secara alami. Dewasa ini, yang namanya mandi memang lumrah atau bahkan harus menggunakan sabun. Lalu jika tidak mandi dengan sabun, apakah lantas kita mengkhianati tubuh kita sendiri? Apakah mandi menggunakan watu kali adalah cara yang salah? Dan apakah mandi dengan air saja adalah salah satu perbuatan sia-sia yang akan menjebloskan kita ke dalam neraka?

Tentu tidak. Tapi mengapa kok rasanya ada yang kurang kalau mandi tanpa sabun? Sekali lagi, rekonstruksi budaya, tubuh kita telah dikondisikan untuk butuh terhadap sabun. Mulai dari petuah-petuah orang tua hingga gempuran iklan di televisi membuat sabun menjadi sebuah keharusan dalam ritual mandi kita.

Bahkan, lagu hits aku belum mandi tak tun tuang juga memiliki peran kuat dalam membangun tipu daya itu tadi. Coba ingat-ingat liriknya yang berbunyi, ‘apalagi mandi tak tun tuang tak tun tuang, pasti cantik sekali’. Lalu kita senyawakan dengan lagu anak berbahasa Jawa berikut ini: bebek adus kali, nututi sabun wangi (bebek mandi di sungai, mengikuti harumnya sabun).

Dari dua bongkahan lagu di atas kita tahu bahwa mandi berbanding lurus dengan kecantikan dan mandi identik dengan sabun. Iklan-iklan sabun di televisi, selain menjajakan kesehatan pun juga menggombal soal kecantikan, bukan? Imaji indah yang dibentuk media itulah yang kemudian secara vulgar diciderai oleh film Asimetris.

Sebab dalam film tersebut, kemalangan, kesenjangan, kesulitan, hingga penyakit yang dialami oleh warga sekitar industri kelapa sawit menjadi persoalan yang tidak mendapat panggung di mata publik. Saya begitu ngilu ketika melihat warga setempat beraktivitas di tengah kepulan asap. Terlebih saat sorot kamera menangkap gambar anak-anak kecil dan mendengarkan narator yang menyebut besaran angka yang merujuk pada bayi-bayi yang mengalami gangguan pernafasan.

Selain ngilu, hal menggelikan juga ternyata terjadi di lapangan. Peristiwa yang saya maksud adalah saat pemerintah melakukan sidak ke lahan kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan. Siapa sangka, proses sidak mengalami kendala oleh hadangan dari petugas keamanan perusahaan tersebut. Alangkah lucu ketika petugas keamanan itu mengatakan, “Nggak bisa. Mau sidak, mau apa, juga harus ada izinnya dulu. Kalau tidak ada izin, tidak boleh masuk.”

Ya kalau izin dulu namanya bukan sidak lagi, Pak. Study banding barangkali.

Arogan jika saya menyalahkan bapak petugas itu. Mau bagaimana lagi, beliau bersikap demikian pun untuk mempertahankan pekerjaannya yang barangkali susah didapatkan di sana. Pertanyaan besar yang muncul adalah: Ada apa gerangan dengan perusahaannya? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan? Apa itu? 

Intro Film Asimetris (Sumber: kumparan.com)
Sejujurnya, ada banyak sekali pertanyaan yang muncul ketika usai menonton film Asimetris. Ada standar kelayakan produksi yang diterabas. Ada pekerja dari kalangan anak-anak hingga perempuan yang digerogoti haknya. Ada monopoli, manipulasi, tipu daya, sampai pemaksaan yang melahap lahan-lahan warga. Dan yang pasti, ada jiwa-jiwa yang melayang antara hidup dan mati.

Dulu saya bergindik seusai menonton film Senyap. Tapi kegindikan saya itu lambat laun saya telan sendiri. Sebab pelaku-pelaku yang terlibat di dalamnya mungkin sudah tiada. Kalaupun ada, batang hidungnya tak terlihat. Kalaupun terlihat, orangnya tak tersentuh.

Semetara itu, pelaku-pelaku dalam film Asimetris ini justru terpampang nyata di depan mata kita. Namun sayangnya, sepasang tangan kecil saja tak akan mampu menjangkaunya. Butuh banyak tangan yang bersatu. Itulah yang membuat saya lebih dari bergindik saja, namun bercampur juga di dalamnya rasa gregetan, cemas, pilu, dan nalar kemanusiaan yang terpukul-pukul.

Asimetris bukanlah film hiburan. Asimetris tidak menampilkan laga dan biduan. Asimetris tidak membuat wajah kita berseri-seri seusai menontonnya. Asimetris adalah kegetiran. Di dalamnya merangkum kesedihan tanpa air mata, ketakutan tanpa jeritan, dan senyum tanpa kebahagiaan.

Cukup itu saja yang bisa saya utarakan. Jika penasaran, film ini sudah dapat dilihat di YouTube, lho. Akhir kata, jadilah bagian dari orang-orang yang tersadar di atas panggung ilusi. Sampai jumpa!

Full Movie Asimetris




Header source: pexels.com