5 September 2014

FIRST STEP IS HARDEST


Apa yang kita rasakan ketika pertama kali melihat sebuah aksi sirkus? Atau ketika kita melihat keahlian Demian memainkan kartu-kartunya, menghilangkan kemudian memunculkannya kembali? Penasaran? Kaget? Lebih tepatnya kita sedang merasa “takjub”.

Lalu bagaimana jika kita setiap hari terus-terusan melihat aksi-aksi tadi? Sudah pasti “bosan”.

Memang pada dasarnya pengalaman pertama selalu tampak mempesona. Pesona tersebut terjadi karna “ketidakbiasaan”. Sama seperti ketika temen nongkrong lo bikin lawakan-lawakan yang bikin terpingkal-pingkal. Tapi ketika ia berulang kali melempar lawakan yang sama, sudah pasti lo bakal bosen. Setuju?

Pengalaman pertama selalu memberi efek yang luar biasa. Sayangnya itu berlaku bagi para “konsumen”. Sedangkan bagi para “produsen”, melakukan tindakan pertama adalah hal yang sangat sulit. Semisal nih, gue suka baca buku. Gue antusias banget kalo baca buku baru. Saking gue senengnya dengan buku, gue pun mencoba membuat naskah buku. Sebuah tulisan berlembar-lembar panjangnya. Hal yang paling sulit bagi gue adalah memulainya. FIRST STEP IS HARDEST.

Mengapa gue sulit memulai menulis naskah? Sedangkan banyak tuh penulis yang produktif banget. Sebut saja Agatha Cristie, JK. Rowling, Tere Liye, Andrea Hirata, Raditya Dika dan lain-lain. Jujur saja gue salut banget dengan produktivitas mereka. Namun gue percaya, apa yang menurut gue luar biasa, bagi mereka hanyalah hal yang biasa. Hingga kemudian gue masukkan sebuah kalimat dalam otak gue:
“JIKA KITA MERASA MUDAH TAKJUB MELIHAT HAL-HAL LUAR BIASA, SESUNGGUHNYA KITA HANYALAH ORANG BIASA.”
Sejak itu, gue mencoba menjejali otak ini dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel di internet. Agar pengetahuan gue bertambah. Agar gue gak mudah ndomblong melihat hal-hal menakjubkan. Tapi itu belum cukup, gue tidak boleh hanya menjadi konsumen. Gue harus menjadi produsen. Tidak hanya menikmati kelezatan sebuah roti, gue harus mampu membuat roti yang lebih lezat dari apa yang pernah gue rasakan. Namun, sekali lagi yang harus gue rasakan, mengawali itu sulit.

Tidak ada yang benar-benar praktis dan instan di dunia ini. Sebuah mie yang ngakunya instan sekalipun harus berproses. Bahkan tak jarang, mau memulai masak mie aja rasanya males banget. FIRST STEP IS ALWAYS HARDEST.

Apa sih susahnya memulai sesuatu?

Mari kita telisik bersama. Hal yang bikin kita susah memulai sesuatu adalah rasa nyaman yang selama ini kita rasakan. Semisal, gue tiap abis sholat subuh punya kebiasaan mampir kasur terus tidur lagi sekitar satu jam. Gue sadari itu bukanlah sebuah kebiasaan yang baik. Gue pun kepengen mengganti porsi tidur pagi dengan olahraga, seperti lari-lari kecil keliling kampung.

Coba tebak apa yang terjadi?

Sampe tulisan ini dimuat, gue masih suka tidur setelah sholat subuh. Kebiasaan itu pertama terjadi ketika gue kelas 2 SD. Jadi waktu itu gue pertama kalinya dilatih sholat lima waktu sama Bapak, termasuk sholat subuh yang rasanya muales banget. Biar gue mau bangun tidur buat sholat subuh, Bapak gue selalu ngebangunin dengan kalimat “sholat subuh dulu, nanti boleh lanjut tidur”. Ya, sejak saat itu kebiasaan itu terus berulang-ulang. Tanpa gue sadari, tubuh ini tersistem secara otomatis untuk lanjut tidur seabis sholat subuh. Dahsyatnya, itu terus terjadi selama 13 tahun. Tubuh gue dijajah oleh pikiran gue sendiri.

Memulai sesuatu yang baru itu susah, apa sih penyebabnya?
Gais, tau tidak kalau di kepala kita ini ada bagian otak namanya AMIGDALA. Bagian otak ini berfungsi untuk melindungi kita dari hal-hal yang tidak biasa kita lakukan. Otak ini bereaksi jika ada sebuah keinginan dari otak utama untuk melakukan hal baru. Baginya, hal baru adalah HARAM. Maka ia “menakali” kita dengan membuat rasa malas, takut, waswas, ragu dan sebagainya.

MENAHKLUKKAN AMIGDALA!

Berikut ini gue mau berbagi tips gimana melakukan sebuah awal. Gue akui gue bukan ahlinya mengawali sesuatu, tapi ada beberapa hal yang berhasil kok. Look at this..

1.    JUST DO IT !
 

Lebih singkatnya, P-A-K-S-A-K-A-N ! Jangan gunakan cara Kang Emil (walikota Bandung) yang lebih sering meminta warganya sadar diri buat ngebantu program pemerintah. Percayalah, si Amigdala kita nggak mau diajak negosiasi. Cara yang paling ampuh, PAKSA saja.
Nah, kapan kita harus memaksakan Amigdala kita? Waktu yang paling tepat adalah saat mulai muncul pikiran “ah besok aja”, “ah berani gak ya”, “ah males”, “ah nanti kalo gagal gimana”, “ah mulai dari mana ya”.
Kata kuncinya adalah “AH!”. Jika kata itu sudah mulai terlintas di sela pikiran kita, sebaiknya jangan ambil pusing. Langsung paksakan saja. Just Do It !

2.    FIRST STEP IS SMALL THING
 
Jika kita pengen memulai sebuah kebiasaan atau rutinitas. Sebaiknya kita mengawalinya dengan hal-hal kecil. Semisal kita kepengen rutin belajar setiap hari. Tentu saja kita sebaiknya memulai dari beberapa menit durasi untuk belajar. Jangan langsung menjejali aktivitas belajar selama berjam-jam, bisa langsung males belajar lagi nantinya.

Melihat tips 1 dan 2, kita dapat ambil contoh seperti kereta api. Sistem kerja kereta api cukup sederhana. Saat ia mulai melaju kita melihat rombongan gerbong itu berjalan pelan-pelan (tips 2). Padahal gaya dorong yang digunakan sangat besar (tips 1), barulah ditengah perjalanan gaya dorong diperlambat namun yang terjadi justru kereta api melaju sangat kencang. Inilah prinsip INERSIA (kelembaman), dimana suatu benda memiliki massa akan selalu cenderung mempertahankan keadaaan semula. Maka perlu gaya dari luar / external force, agar kondisi semula dapat berubah.

Demikian pula dengan manusia. Kita rentan terhadap perubahan dan cenderung mempertahankan kondisi semula. Untuk itulah kita butuh external force. Beberapa external force yang dapat membuat kita mampu mengawali sebuah tindakan adalah sebagai berikut:

a.    Ancaman
Dalam keadaan terdesak, mau tidak mau, mampu tidak mampu, kita pasti rela melakukannya. Namun, mengawali dengan ancaman tentu saja bukan hal yang menyenangkan. Sebaiknya menggunakan external force kedua, yaitu

b.    Award
Coba deh kalo Maudy Ayunda bikin syarat kalo cowoknya kelak harus mempunya 10 karya dalam musik, 10 karya dalam sastra dan 10 karya dalam seni rupa. Sudah pasti setelah tau info itu, besok bangun pagi gue langsung nulis, siangnya ngelukis, malamnya nyiptain lagu. #GAGAHBANGET #WAHAHAHA

Kemalasan adalah candu yang harus kita tahklukkan. Sekeras apapun keinginan kita buat ngebunuh si Amigdala, cara yang paling ampuh adalah dengan “melakukan”, bukan hanya sekedar memikirkan. Karna Amigdala hidup di otak kita, tentu saja kalau soal bermain mikir-memikir dia pasti menang. So, kita kalahkan dia dengan otot kita. Eits, jangan gebukin kepala lo. Maksud gue yuk kita langsung ACTION. Biarkan tubuh kita membuat sebuah ingatan otot yang kelak membentuk kebiasaan. Sama halnya kayak lo yang suka makan kulit ayam paling akhir. Secara nggak sadar, tangan-tangan kita dengan lincah menyisihkan kulit ayam untuk dimakan paling belakang. Saat itu apakah kita masih mikir “ah ntar enak gak ya”, “ah malas”, “ah kapan-kapan aja”? Enggak kan?

Okay gais, segini dolo yang tulisan gue kali ini. Moga aja ngasih manfaat buat khalayak ramai. Hohohoho. FIRST STEP IS HARDEST? YES, BUT I CAN DO IT NOW.

21 komentar:

  1. Woahhhh... mantap tulisannya!!!
    Bener banget am, hal - hal besar itu dimulai dari hal - hal kecil yang terus menerus dilakukan!

    BalasHapus
  2. Woaahhh.. Padahal masih dieditin, tapi udah ada yang baca.. Hoho, thanks for coming Bell.. :))

    BalasHapus
  3. Keren banget artikelnya. Saya juga susah banget untuk lari pagi. Padahal pengen banget..

    BalasHapus
  4. Semangat buat memulai dari hal yang kecil sampai menjadi hal yang berdampak besar bagi diri sendiri serta orang lain :)

    BalasHapus
  5. Memulai memang selalu jadi bagian tersulit.. hehe

    BalasHapus
  6. Nah iya banget! The beginning is always the hardest. Pertama kali mencoba hal-hal baru pasti masih susah, sungkan, dsb. Tapi kalo udah kebiasa mencoba hal baru, tetep sih the beginning is always the hardest, tapi harus ditambahi satu hal lagi: challenging. Kalo target gak terpenuhi rasanya gemes bangetttttt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha.. yang bagian gemes bangett itu 'IYA' banget. Rasanya kecewa abis kalo target yang mau kita capai berlalu begitu saja.

      Hapus
  7. Nice post. Bisa jadi pemasukan utk gue yg kdg mudah putus asa. Hahahaha.

    BalasHapus
  8. Paksakan, terbiasa, lantas menikmati.
    Ini tulisan keren. Sejenis tamparan buat kita semua yang suka jadi konsumen, yang lebih suka menikmati roti ciptaan orang lain.
    Just do it lah pokoknya, taklukan si amygdala itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. makasih ya udah mampir. Tapi aku nggak nampar lho

      Hapus
  9. Ini makan malam yang bergizi Mas.. Thanks for sharing..

    BalasHapus
  10. Gaya tulisanmu yang ini terhormat gitu gak kayak biasaynya yo mas. Ahahaha, tapi tetep, tulisanmu selalu saja sip. Dan yang ini, daging banget. Makasih sharenya. Ini juga lagi berjuang mengalahkan amigdala

    BalasHapus
  11. kok apik ngene tulisanmu ham, *jadi ngefans* hahaha

    BalasHapus
  12. Inspiratif dan sangat bermanafaat sekali... Terimakasih atas tulisannya,

    BalasHapus