Tampilkan postingan dengan label Zona Digital. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Zona Digital. Tampilkan semua postingan

20 Juli 2020


Anak adalah individu yang rentan. Di usianya yang belia, mereka belum memiliki kemampuan yang memadai untuk melindungi diri. Tidak sedikit kita temui kasus-kasus ekspoitasi anak hingga pelecehan seksual pada anak yang tersiar di berbagai macam media. Karena kemampuan kognitif anak masih belum matang, mereka rawan menjadi korban manipulasi yang berujung pada kasus-kasus seperti yang saya sebut tadi.

Salah satu kasus yang membuat banyak orang heran, marah, dan memicu sumpah serapah adalah kasus eksploitasi anak di sebuah grup Facebook pada 2017. Di dalam grup tersebut, setiap anggotanya saling berbagi foto dan video cabul yang telah mereka lakukan pada anak-anak di sekitar mereka. Dari kasus ini, tertangkaplah 4 pelaku.

Pada masanya, hampir semua kanal berita membahas kasus ini berulang-ulang. Namun alih-alih mengutuk perbuatan cabul, banyak media malah mengobral istilah ‘pedofil’ atau ‘pedofilia’ dengan makna yang tidak tepat.

Dalam definisi yang dibangun oleh American Psychological Association (2000), pedofilia adalah ketertarikan seksual dan kemampuan mendapatkan gratifikasi seksual dari anak berusia kurang dari 12 tahun. Ketertarikan seksual seorang pedofilia pun bervariasi, ada yang hanya tertarik dengan anak-anak tapi ada juga yang tertarik dengan orang dewasa sekaligus dengan anak-anak.

Dalam pemahaman yang kita dapatkan di media, setiap tindakan kekerasan seksual pada anak seringkali memakai istilah ‘pedofilia’. Padahal pedofilia adalah status, sementara kekerasan seksual pada anak adalah tindakan (Dikutip dari Remotivi) . Misalnya begini, saya punya status sebagai seorang hetero, saya tertarik dengan perempuan, tapi status itu tidak lantas membuat saya melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap perempuan. Apapun orientasi seksnya dan siapapun orangnya, melakukan kejahatan seksual adalah sebuah pilihan.

Seorang psikiater, dr. Tara Aseana, mengatakan, “Seorang pedofilia tidak selalu melakukan kekerasan seksual pada anak. Sebaliknya, pelaku kekerasan seksual pada anak belum tentu pedofilia.” (Dikutip dari: Tirto.id)

Jadi, selain seorang pedofilia ada yang bisa mengambil sikap untuk tidak melakukan kejahatan, seseorang yang telah melakukan kejahatan seksual pada anak belum tentu terobsesi pada anak secara seksual. Bisa jadi, dia memang jahat pada semua orang namun situasi sosialnya yang membuatnya hanya bisa melancarkan aksi jahat pada anak. Apapun itu, ketika seseorang dinyatakan bersalah karena melakukan kekerasan seksual pada anak, seharusnya hanya psikiater yang bisa memberi klaim apakah pelaku itu pedofilia atau bukan.

Mengapa ini penting?


Miskonsepsi ini akan mengakibatkan dua hal. Pertama, seseorang bisa dengan mudah mengaku dirinya pedofilia lalu beralasan melakukan tindakan cabul karena “tidak kuat menahan nafsu”. Alasan ini dibuat seolah-olah dirinya tidak punya kontrol atas perilakunya. Menurut Mamik Sri Supatmi, dosen Departemen Kriminologi FISIP UI, penggunaan istilah pedofilia bisa dijadikan dalih oleh penjahat seksual pada anak untuk tidak bertanggung jawab secara hukum karena keadaan pedofilianya merupakan keadaan jiwa yang terganggu. (Dikutip dari: Tirto.id)

Kedua, seorang pedofilia akan mengalami kesulitan ketika mencari penanganan. Padahal penanganan dari tenaga profesional sangat ia butuhkan untuk memulihkan kondisinya. Hal ini sulit tercapai jika secara kultural masyarakat selalu menganggap setiap pedofilia adalah penjahat kelamin. Sehingga sukar bagi mereka untuk menceritakan kondisinya pada orang lain.

Jesse Bering, seorang psikolog dan penulis buku “Perv: The Sexual Deviant in All of Us”, mengatakan bahwa seorang pedofilia itu seperti hidup dalam ‘panic room’ selamanya. Ketertarikannya pada anak yang tidak sesuai dengan prinsip sosio-kultural di lingkungannya membuatnya kesulitan untuk menikmati hidup sebagai dirinya sendiri. Depresi yang tak tertolonglah yang memungkinkan motivasi bertindak jahat itu muncul. (Dikutip dari: The New York Times)

Oleh karena itu, seorang pedofilia seharusnya mendapat kesempatan yang lebar untuk memperoleh penanganan dari tenaga profesional. Terutama, jauh sebelum dia melakukan kejahatan seksual. Untungnya, saat ini penanganan tersebut bisa dijemput lebih dini beserta privasi yang sangat dihargai. Cukup dengan berkonsultasi lewat Halodoc saja.

Dengan aplikasi Halodoc, kita bisa memanfaatkan fitur Talk to a Doctor baik melalui chat maupun voice/video call untuk mendapatkan “pencerahan” atas masalah yang kita alami. Biaya konsultasinya tidak mahal, kok. Tarifnya bervariasi, jadi kita bisa pilih sendiri. Bahkan di Halodoc ada juga jasa konsultasi yang tersedia secara gratis. Selepas konsultasi biasanya kita akan mendapat rekomendasi obat yang harus dikonsumsi. Nah, obat-obat yang umum bisa langsung dibeli juga di Halodoc.

Jadi sangat praktis, murah, dan aman tentunya.

Sumber gambar: Pexels

20 April 2020


Nuansa Ramadan mulai terlihat dari kaleng biskuit dan toples kurma yang dipajang bertumpuk-tumpuk di minmarket. Banyak produk-produk makanan yang memoles kemasannya dengan ilustrasi ketupat, bulan sabit, serta karakter perempuan berkerudung dan pria dengan peci di kepalanya. Lalu di salah satu sudutnya biasanya tertulis “Edisi Ramadan.”

Gimmick semacam ini makin jamak terjadi. Salah satu gimmick yang membuat saya terpingkal-pingkal adalah bungkus mie instan yang bergambar mangkok kosong. Di dalam mangkoknya terdapat tulisan, “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa.” Lucu sih itu, asalkan di dalam bungkusnya jangan kosong juga.

Nuansa Ramadan memang berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Salah satu yang paling kentara adalah menjamurnya orang berjualan makanan di sore hari. Jalanan yang biasanya sepi, bisa mendadak ramai lantaran dibuka tenda-tenda kecil di mana sejumlah warga melakukan transaksi jual beli.

Sebagai orang kantoran yang pulang pukul 5 sore, laju kendaraan saya sangat terdampak oleh aktivitas ini. Jalanan lebar yang biasa saya lalui tiba-tiba menyempit. Orang-orang memarkirkan kendaraannya hingga mengambil sepertiga ruas jalan. Walau saya bermotor sekalipun, ternyata masih sukar bagi saya untuk mengambil jalanan yang lega. Satu hal yang saya takutkan adalah kegagalan saya untuk sampai di rumah tepat waktu.

Baca juga: Manajemen Uang Anak Kos

Saya tidak menyalahkan pedagang maupun pembeli. Mereka berhak untuk mencari nafkah dengan memanfaatkan momentum Ramadan. Lagipula itu memang peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Yang saya harapkan adalah adanya pengelolaan tata kota yang lebih baik dalam menghadapi gelombang masa selama Ramadan.

Walau demikian, saya rasa tahun ini saya tidak akan melewatkan detik-detik berbuka puasa di jalanan. Sebab dampak pandemi Covid-19 telah membuat saya tertahan di rumah. Saya bekerja dari rumah dan menjalani swakarantina bersama istri. Otomatis saya tidak akan bermacet-macetan di jalan dengan cemas lagi karena saya bisa berbuka puasa bersama istri tepat waktu.

Ramadan ke Lebaran

Penghujung dari puasa selama 30 hari adalah perayaan Idulfitri. Biasanya pada 10 hari terakhir Ramadan, orang-orang akan memenuhi toko-toko busana untuk memperoleh outfit terbaiknya ketika lebaran. Rutinitas ini akan jauh berubah karena kita tidak diperbolehkan berkumpul untuk mengurangi penyebaran virus corona.

Baca juga: Lebaran dan Hantu Hedonis

Sebagai alternatif, kita bisa berbelanja kebutuhan lebaran secara online. Kalau saya sudah pasti berbelanja di Tokopedia karena selama ini memang itulah satu-satunya e-commerce yang terinstal di gawai saya. Saya sudah mulai berselancar ke berbagai toko. Sudah ada beberapa barang yang ingin saya beli seperti baju koko dan sajadah. Untuk saat ini saya masukkan ke wishlist dulu, nanti setelah gajian baru diangkut.

Lagipula, ada banyak promo yang bisa saya manfaatkan. Seperti Crazy Deals, Brand Deals, Flash Coupon, dan Kejar Diskon yang aktif sejak 1 April 2020. Ada juga Kotak Kejutan yang bisa memberi kita Kupon Undian Grand Prize dan berkesempatan memenangkan mobil, motor, smartphone, emas 1 gram, dan powerbank. Belum lagi di tanggal 27-29 April 2020 juga akan ada promo Gajian Ekstra. Wah, semakin betah saya belanja di Tokopedia.

Selama swakarantina ini, saya telah berkali-kali melakukan transaksi di Tokopedia untuk melengkapi perabot rumah. Selain lengkap, saya juga dimanjakan dengan promo Bebas Ongkir yang sangat membantu saya untuk menghemat pengeluaran.

Saya dan istri belakangan ini mendekorasi ulang suasana rumah agar lebih nyaman. Kami ingin membuat nuansa rumah semi kantor agar kerja-kerja menjadi lebih produktif dan kreatif. Karena sepertinya kondisi pandemi akan berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, tempat tinggal yang nyaman akan sangat membantu kita untuk tetap waras.

Yuk, penuhi semua kebutuhanmu di Tokopedia. Apalagi untuk keperluan Ramadan yang sudah di depan mata. Kamu bisa menikmati berbagai promo Ramadan, hadiah, dan berbagai penawaran menarik sejak 1 April hingga 13 Mei nanti. Jadi jangan lupa top up OVO kamu agar transaksi belanja onlinemu lebih praktis!


Header: Nice Guys via Pexels.com

1 Maret 2020


Belakangan ini perbincangan soal isu kesehatan semakin mengemuka karena virus corona. Saya senang ketika banyak orang menjadikan isu kesehatan sebagai topik perbincangan mereka, baik di media sosial mapun di dunia nyata. Mau bagaimana lagi, kesehatan adalah komponen penting bagi kehidupan kita. Apalagi melihat bumi yang semakin rentan, saya khawatir penyakit-penyakit baru semakin bermunculan.

Salah satu cara paling sederhana untuk menangkal penyakit adalah dengan menjaga kesehatan. Apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan? Ada beberapa langkah, seperti menjaga tubuh dan ruangan yang sering kita pakai agar selalu bersih. Sumber penyakit sering bersemayam di tempat yang kotor dan berterbangan di udara yang bau. Jadi pastikan tempat kita yang kita tinggali aman dari ancaman penyakit.

Selain itu, langkah yang tidak kalah penting untuk menjaga kesehatan adalah dengan melakukan olahraga rutin, mengonsumsi makanan dan minuman yang baik bagi tubuh, beraktivitas dan beristirahat yang cukup, serta rutin melakukan pengecekan kondisi tubuh ke dokter.

Mudah diucapkan, susah dilakukan.

Jika kamu berpikir demikian, ya, kita sama. Saya menduga, karena isu kesehatan (di lingkungan saya) bukan jadi topik yang sering diperbincangkan, maka kepekaan saya terhadap langkah-langkah menjaga kesehatan di atas sangat kurang. Misalnya begini, ketika saya hendak makan, healthy food bukanlah pilihan pertama yang muncul di benak saya. Begitu juga ketika saya bangun tidur, saya sama sekali lupa jika punya rencana untuk berolahraga.

Saya merasa sangat bersalah pada diri saya sendiri karena tidak mampu menjaganya. Gaya hidup saya sangat buruk. Maka sering banget saya jatuh sakit. Keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup tentu saja ada. Namun nyatanya, mengubah habit tidak semudah menebak lemparan koin. Perlu ada tekad yang kuat, disiplin tinggi, dan daya fokus yang besar.

Nampaknya, saya bukan satu-satunya yang mengalami degadrasi kesehatan seperti yang sudah saya ceritakan di atas. Sebab di masa ini, telah banyak bermunculan program dan teknologi yang dirancang untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Salah satunya adalah masalah pencegahan dari datangnya penyakit. Teknologi apa yang bisa mengatasi hal ini? Apakah kita bisa mengakses teknologi semacam ini? Atau hanya orang kaya saja yang bisa?

Artificial Intelligent : Sebuah Terobosan Melampaui Antrian



Baru-baru ini, saya mendapat undangan untuk mencoba sebuah teknologi berbasis digital yang dapat membantu menjaga kesehatan kita. Teknologi yang saya bicarakan ini bernama Pulse by Prudential (seterusnya kita sebut “Pulse” saja, ya).

Pulse merupakan aplikasi kesehatan yang bisa dipakai oleh siapapun yang memiliki gawai pintar di sakunya. Pulse berfungsi untuk memanajemen kondisi tubuh kita. Ketika kita tidak enak badan atau menunjukkan sebuah gejala penyakit, kita bisa menggunakan Pulse untuk mengeceknya. Kaum rebahan dan mageran bisa relate banget, kan?

Aplikasi Pulse memiliki beragam fitur yang sangat kita butuhkan.

Pertama; pemeriksaan kesehatan dan pemantauan kondisi tubuh. Dalam fitur ini kita harus mengisi beberapa pertanyaan kuisioner yang nantinya akan direkap dan hasilnya akan menunjukkan kondisi badan kita seperti apa. Fitur ini juga dikenal dengan nama ‘Digital Twin’, yaitu kembaran dari diri kita yang ada dalam aplikasi Pulse. Di situ ada informasi menyeluruh tentang tubuh kita, mulai dari otak, otot, tulang, hingga organ dalam.

Kedua; pemeriksaan gejala penyakit. Misalnya, secara tiba-tiba kepala terasa pusing. Sebelum membeli obat asal-asalan, kita bisa menggunakan Pulse untuk memandu kita agar tahu kita sedang sakit apa. Dalam fitur ini akan dibantu oleh Artificial Intelligent (AI) sehingga tidak perlu antre untuk berkonsultasi dengan dokter. Kedua fitur ini didukung oleh Babylon.

Ketiga; bicara dengan dokter resmi, bisa lewat chat, voice call, dan video call. Jika AI mencurigai kalau penyakit yang kita alami bukan penyakit ringan, maka kita bisa menghubungi dokter-dokter yang tersedia 24 jam. Setelah konsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi obat, bahkan bisa langsung beli obatnya. Kok mirip aplikasi sebelah? Ya, memang fitur ini berkolaborasi dengan Halodoc yang memiliki layanan konsultasi kesehatan secara daring yang terpercaya di Indonesia.

Keempat; riwayat penyakit, obrolan dengan dokter, dan jenis-jenis obat diarsipkan dengan baik oleh Pulse. Fitur ini juga didukung oleh Halodoc.

Selain keempat fitur di atas, masih ada beberapa detail layanan lainnya. Untuk menggunakan Pulse, kuncinya cuma dua: koneksi internet dan kejujuran ketika menjawab pertanyaan. Jika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab karena kamu tidak tahu, maka jawab saja: “saya tidak tahu”.

Contohnya begini; kalau Pulse bertanya apakah kamu alergi obat X sementara kamu tidak pernah meminum obat itu dan tidak pernah didiagnonsis alergi terdapat obat X, maka jawab saja ‘tidak tahu’. Hati-hati. Jangan gampang self-diagnose, ya. Kalau kamu tidak jujur dan halu ketika mengisi kuisioner, Pulse akan kesulitan mengenalimu yang sesungguhnya. Jangan sampai ini terjadi.

Download aplikasi Pulse di sini

Nah, saya rasa cukup segini dulu cerita hari ini. Walau tidak bagus-bagus amat, saya harap tulisan ini bisa memberi manfaat untuk kamu yang membacanya. Terima kasih sudah mampir di sini, ya. Mutualan, yuk!


Header: Photo by Natasha Spencer from Pexels

1 November 2019


Seperti sudah menjadi kebutuhan pokok, smartphone adalah perangkat komunikasi dan informasi yang paling relevan untuk kita pakai pada masa kini. Jika melihat konstruksi sosial kita yang memerlukan komunikasi jarak jauh berbasis digital, maka bisa dikategorikan bahwa smartphone adalah barang “wajib” yang harus dimiliki.

Ada banyak pilihan smartphone yang menarik untuk kita miliki. Namun, kita perlu memperhatikan mana yang benar-benar kita butuhkan. Lebih tepatnya, karakter smartphone seperti apa yang sebenarnya sesuai dengan kebutuhan hidup kita sehari-sehari. Untuk menjawabnya tidak mudah. Beberapa kali saya keliru memilih smartphone karena kurang jeli mengenali spek gadget. Oleh karena itu, pada tulisan saya kali ini akan mereduksi smartphone apa saja yang menurut saya cocok untuk kamu beli beberapa hari lagi. Hahaha. Ayo jajan! Ayo jajan!

Tidak semua smartphoe yang saya rekomendasikan ini telah saya pakai sebelumnya. Beberapa di antaranya saya dapatkan referensinya dari internet. Sisanya, merupakan hasil diskusi santai dengan teman sejawat. Nah, tidak perlu berlama-lama lagi. Rekomendasi pertama saya adalah XIAOMI REDMI A4!

Siapa yang tidak kenal dengan produk Xiaomi satu ini? Sebagai punggawa kaum proletar seperti saya, menggenggam Xiaomi sudah jadi hal yang sangat lumrah. Bagaimana tidak? Produk Xiaomi sudah terkenal dengan harganya yang terjangkau dan kualitasnya yang tidak kalah dari produk mahal yang lain.

Di antara tipe Xiaomi yang lain, Redmi A4 menurut saya adalah smartphone yang sangat sesuai dengan kebutuhan bergadget yang standar, baik untuk bekerja maupun hiburan. Xiaomi Remi A4 ini sangat ringan untuk ukuran gawai dengan prosesor sekelas Snapdragon 425 64-bit quad-core dan kapasitas baterai hingga 3030 mAh. Layar Redmi A4 sebesar 5 inchi, cocok banget jika kamu suka bermain game atau menonton film di HP.

Ngomongin soal smartphone tentu harus melihat kemampuan kameranya. Xiaomi Redmi A4 menanamkan kamera utama sebesar 13 megapiksel! Dalam sekali jepretan saja sudah seperti foto hasil olahan aplikasi pasti. MIUI juga akan mengkategorikan foto-foto kita sesuai dengan waktu pengambilan gambar. Bahkan sistemnya pun dapat mendeteksi apakah foto hasil jepretanmu merupakan foto panorama atau screenshoot.

Secara garis besar, Xiaomi Redmi A4 adalah pilihan terbaik untuk menemani aktivitasmu sehari-hari. Dengan harga sekitar 1-1,5juta saja, kamu bisa menggenggam gawai pintar di tanganmu. Meski murah, tapi tidak terlihat murahan, kok. Dari segi desain misalnya, Redmi A4 tampak elegan dan minimalis. Terlihat dari body dengan matte finishing yang membuat Redmi A4 tidak bling-bling-bling alias norak. Hahaha.

Ngomong-ngomong soal Xiaomi, apakah kamu tahu cara melacak Xiaomi yang hilang? Masalah kehilangan HP memang sangat menyebalkan. Tapi Xiaomi punya fitur yang membuat kita dapat melacak lokasi keberadaannya. Perlu diperhatikan juga bahwa untuk menikmati fitur ini, kita harus memiliki akun Mi terlebih dahulu. Jika sudah, cara sederhana ini mungkin dapat membantumu menemukan Xiaomi yang hilang entah di mana.

Pertama, aktifkan fitur Find Device pada menu Setting. Lalu masuk ke pilihan Mi Account. Kemudian tinggal pilih Mi Cloud, dan aktifkan Find Device. Tahap ini merupakan langkah persiapan agar Xiaomi kesayanganmu bisa dilacak.

Sedangkan cara melacaknya sendiri cukup mudah. Kamu hanya perlu buka https://i.mi.com melalui device lain (yaiyalah, kan yang biasa dipakai sedang hilang). Lalu login dan pilih menu Find Device. Hanya dengan begitu saja, secara otomatis system pelacakan akan menunjukkan lokasi Xiaomi yang kamu cari. Gampang banget, kan?

Wajar saja jika produk Xiaomi berkenan di hati para penduduk Indonesia. Beberapa pilihan produk Xiaomi terbaik selain Redmi A4 adalah: Redmi Note 7 (harga 2.000.000), Redmi 7 (harga 1.440.000), Redmi 6A (harga 999.000), Redmi 7A (harga 1.130.000), dan Redmi 5A (harga 990.000). Tipe Redmi 5A sejauh ini merupakan jenis Xiaomi yang murah dan populer Di bawahnya sedikit ada Redmi 2 Prime seharga 980.00 dan Redmi 1S seharga 780.000.

Dengan begini, hati jadi tenang kalau tiba-tiba butuh HP baru. Toh ada yang murah dan berkualitas seperti produk-produk Xiaomi yang sudah saya sebutkan di atas. Tapi, selain itu ada juga gawai lain yang sangat saya rekomendasikan sekaligus ingin saya miliki. Belakangan ini kebetulan teman-teman sejawat sedang asyik membicarakan Samsung Galaxy. Perbicangan ini bikin saya mau, mau, mau banget!

Dari sekian banyak tipe Samsung yang didiskusikan, muncul beberapa tipe yang ternyata sangat digemari. Misalnya Samsung Galaxy Note 10 yang dibandrol dengan harga 7.838.500 rupiah. Turun sedikit ada Samsung Galaxy S10 yang senilai 7.700.000 rupiah. Melihat harga-harga itu membuat jiwa proletary saya berkecambuk. Maka muncullah tipe-tipe seperti Samsung Galaxy A20 yang seharga 1.850.000 rupiah dan Samsung Galaxy M10 yang bisa saya tebus dengan ongkos 1.450.000 rupiah.

Baik Xiaomi maupun Samsung, keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Dan seperti yang sudah saya singgung pada awal tulisan ini, kita memerlukan gawai yang sesuai dengan kebutuhan. Kedua pilihan produk smartphone ini sama-sama bisa sesuai dengan siapapun diri kita dan bagaimanapun karakter kita. Artinya, baik Xiaomi maupun Samsung sangat relevan dengan diri kita sehingga memiliki keduanya adalah pilihan yang tepat. Apalagi kalau masih cap-cip-cup kebingungan memilih, saya rasa sebaiknya segera kerucutkan pilihan kamu menjadi dua gadget di atas.

Kamu punya pengalaman memakai Xiaomi dan Samsung atau tidak? Berbagi yuk di blog ini dengan berkirim teks memalui kolom komentar di bawah ini. Terima kasih telah membaca sampai selesai. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.


Photo by JÉSHOOTS from Pexels

14 Oktober 2019

traveloka-xperience-logo-official


Di awal tahun 2019 lalu, ada sebuah film bergenre drama-thriller yang cukup menarik perhatian. Judulnya, Escape Room. Film ini bercerita tentang enam orang asing dengan pribadi berbeda yang dikumpulkan di dalam ruangan untuk bekerjasama dalam menyelesaikan permainan meloloskan diri dari ruangan tertutup itu.

Sialnya, ternyata apa yang mereka hadapi bukan sekadar permainan semata. Nyawa benar-benar menjadi taruhan. Adam Robitel sebagai sutradara cukup mampu mengguncang emosi dengan mempertontonkan ketegangan yang begitu jelas di depan mata.

Cerita yang begitu padat seolah tidak mengizinkan penonton untuk beristirahat. Bahkan, untuk sekadar mengedipkan mata.

Hal itu membuat saya ingin merasakan sensasi melewati ruangan-ruangan yang penuh dengan tantangan itu di dunia nyata. Asal risikonya tidak sama seperti di dalam film itu. Saya rasa bakal mengasyikkan karena tipe permainan seperti ini masih langka di negeri ini. Iya apa tidak, sih?

Butuh Hiburan? Traveloka Xperience Aja!


Di saat butuh hiburan, hal yang pertama terpikirkan adalah membuka aplikasi Traveloka. Apalagi, sekarang sudah ada layanan Traveloka Xperience di sana. Traveloka melebarkan sayap dengan melengkapi produk dan layanannya untuk kebutuhan travel dan lifestyle dalam Traveloka Xperience. Jadi Traveloka bukan hanya aplikasi untuk traveler doang, kaum rebahan juga cocok kok pakai layanan Traveloka.

Ada banyak sekali jenis hiburan yang bisa dipilih di sini. Mulai dari tiket atraksi, bioskop, event, hiburan, spa dan kecantikan, olahraga, taman bermain, transportasi lokal, tur, pelengkap travel, makanan dan minuman, serta kursus dan workshop. Komplit, kan?

Cara pakainya juga gampang. Kita tinggal masuk ke aplikasi Traveloka, lalu pilih fitur Xperience. Ada pilihan menu hiburan yang bisa memudahkan, bisa juga langsung cari hiburan yang kamu inginkan melalui search box yang disediakan.

Nah, saya lekas saja mencoba mencari permainan yang sudah saya ceritakan di atas tadi. Setelah memasukkan kata kunci “Escape Room” di kotak pencarian Traveloka Xperience, ternyata ada Permainan Escape Room di House of Trap Jakarta yang tersedia di sana. Girang buukan main!

Karena saya orangnya perlu pertimbangan, maka saya ngintip dulu testimoni dari orang-orang yang sudah nyobain Escape Room itu. Dilihat dari kesan para pengunjung yang tertera, sepertinya memang menarik untuk direalisasikan. Permainan ini bisa dimainkan maksimal 12 orang. Jadi bisa ajak keluarga atau teman untuk bermain bersama.

Ada empat pilihan tema permainan yang disediakan, yaitu: The Battle of Dragons, Clash of Wizard, Lucid Dreams, dan Treasure Island. Misinya sama dengan yang ada di dalam film, yaitu membebaskan diri dari berbagai ruangan dengan banyak skenario mendebarkan yang menantang secara intelektual, makanya perlu kerja tim yang baik di dalamnya.

Untuk harga, ternyata cukup terjangkau. Apalagi, ada potongan harga yang diberikan oleh Traveloka Xperience. Cukup dengan membayar Rp67.500 untuk kunjungan saat weekdays atau Rp90.000 untuk kunjungan saat weekend. Wah, #XperienceSeru semakin nyata di depan mata!

Itu baru satu contoh saja dari sekian banyak layanan yang bisa diberikan Traveloka Xperience kepada kita. Mau nonton konser? Bisa. Mau nonton film? Bisa. Atau mau karaoke juga bisa. Bahkan, kalau mau ikut workshop pun juga bisa, lho. Jadi bisa dibilang Traveloka Xperience ini starter pack buat orang-orang yang asyik. Untuk lebih lengkapnya, kamu bisa langsung otak-atik fiturnya via aplikasi atau web.

Buruan pakai Traveloka Xperience sekarang! Kalau asyik, ngapain ditunda-tunda. Hahahaha. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Salam santuy!

3 Oktober 2019

keunggulan-office-365-home-resmi


Jika pekerjaan kamu berkutat pada urusan menulis, presentasi, pembukuan, dan pengelolaan dokumen lainnya, maka pastikan kamu menggunakan Microsoft Office yang resmi. Jangan bergantung pada software bajakan. Simak cerita saya yang beralih dari Microsoft Office bajakan ke resmi berikut ini.

Dosa Penikmat Software Bajakan

Sejak kuliah, saya adalah pengguna software bajakan garis keras. Bisa dibilang, saya ini serendah-rendahnya proletarian, lah. Soalnya kalau ada software yang ingin saya gunakan, saya pasti melakukan pencarian di mesin pencari dengan menggunakan kata kunci“free full version crack”.

Meski demikian, saya sering kewalahan sendiri ketika berburu aneka perangkat lunak tersebut. Kendala yang saya alami seperti tautan unduhnya mati, software yang diunduh rusak, hingga paling parah adalah menularnya virus-virus di laptop saya. Hal inilah yang membuat peforma laptop saya menjadi sangat buruk.

Resiko jika kita menggunakan software bajakan adalah:
  • Proses booting menjadi lama
  • Tidak mungkin up-to-date
  • Sering muncul pop-up yang mengganggu
  • Program yang dijalankan sering not responding atau crush
  • Kacaunya system karena virus, dan masih banyak lagi.
Kekecewaan saya ketika menggunakan software bajakan harus segera saya sudahi. Oleh karenanya, saya bermaksud untuk menggunakan software dengan lisensi resmi. Karena pekerjaan utama saya adalah menulis, maka software resmi yang pertama kali saya pakai adalah Microsoft Office. Bagaimana pengalaman menggunakan Ms. Office resmi? Apa bedanya dengan yang bajakan? Lanjut baca, ya.

Pintu Taubat, Memakai Microsoft Office Resmi!

Pada Jumat (27/9), saya diruqyah oleh tim Microsoft ketika menghadiri Microsoft Blogger Gathering di Hiveworks (Jakarta Pusat). Selain kumpul dengan teman-teman blogger, kami juga berdiskusi soal produktivitas kerja terutama yang berkaitan dengan teknologi digital.

Sebagai pekerja teks komersial, saya tentu saja membutuhkan perangkat yang mumpuni untuk menunjang profesi saya. Perangkat menulis apa sih yang paling bisa diandalkan? Dengan yakin saya jawab, “Microsoft Word!” Berperan sebagai blogger dengan mobilitas tinggi membuat saya harus membiasakan diri menulis di mana saja. Untuk urusan ini, smartphone adalah senjata pamungkas saya.

Awalnya, saya menggunakan aplikasi WPS Office untuk keperluan menulis di gawai genggam. Agar tulisan saya bisa terintegrasi dengan desktop, saya juga turut memasang WPS Office ke laptop. Aplikasi ini gratis! Tapi cukup berat untuk dioperasikan.

Kebutuhan menulis saya sekarang ini tidak mungkin bisa dimanjakan oleh software bajakan. Saya butuh fitur yang lengkap, tidak ada pop-up, dan bisa terintegrasi lintas device. WPS Office memang mencukupi kebutuhan itu, namun sebenarnya saya bisa lebih produktif jika mau memakai Microsoft Office yang berbayar.

Baca juga: Cara Cegah Kehilangan Data di Smartphone

Keunggulan Microsoft Office 365 Resmi!

Dari acara yang saya ceritakan di atas, saya jadi tahu kalau Microsoft Professional Pro adalah merk bajakan. Dan Microsoft jenis Professional Pro itulah yang dulu pernah saya pakai di zaman kegelapan. Hehehe. Apakah kamu pernah menggunakan barang bajakan yang satu itu?

Menurut Hadi Gunawan (Consumer Master Trainer, Microsoft Indonesia) sebagai narasumber dalam acara tersebut, menjelaskan bahwa Microsoft Office bajakan sangat mudah disusupi virus atau malware. Kalau sudah terkena itu, kita tidak bakal mendapatkan support system dari Microsoft.

Pengalaman ini akan menjadi berbeda jika kita menggunakan Microsoft Office yang resmi. Sebelum saya rumuskan poin-poin keunggulan Microsoft Office resmi, perlu dicatat bahwa yang saya pakai adalah Microsoft Office 365 Home. Beberapa jenis lainnya ada Ms. Office 365 Personal, Ms. Office 365 Business Premium, Ms. Office Home & Student, Ms. Office Home & Business, dan Ms. Office Professional. Produk selengkapnya silakan dilihat di laman resmi mereka berikut ini.

Keunggulan Ms. Office 365 Home adalah:

1. Fitur lengkap dan Up-To-Date: Angka “365” adalah kode jumlah hari dalam satu tahun. Artinya, kita harus berlangganan setiap tahun untuk mendapatkan semua fiturnya. Office 365 menjamin fitur yang diperbarui secara otomatis tanpa harus membayar lagi.

2. Bisa digunakan lintas device: Produk ini terintegrasi di berbagai perangkat seperti laptop, smartphone, ipad, dan lain sebagainya. Jadi kita tidak perlu capek-capek mengirim file dari satu device ke device lainnya. 

3. Bonus 1 TB Cloud Storage: Kita bisa menyimpan banyak data karena kapasitas storage di OneDrive yang disediakan mencapai 1 terabyte. Sudah tidak perlu takut data hilang karena flashdisk ketinggalan di percetakan!

4. Jaminan support system: Pengguna Office 365 resmi dijamin mendapatkan layanan bantuan, bisa via email, SMS, atau telepon.

5. Bisa dipakai ramai-ramai: Ms. Office 365 Home bisa digunakan maksimal 6 pengguna sekaligus. Saya dan istri berserta 4 orang lain patungan untuk membeli produk ini karena itu membuat kami hanya perlu membayar 170.000 untuk satu tahun. Mantep, kan?

Dengan membeli Ms. Office 365 Home, saya sudah mendapatkan Word, Excel, PowerPoint, Outlook, Publisher, OneNote, Acces, dan OneDrive. Produk ini akan semakin maksimal jika kita terkoneksi dengan internet. Misalnya, kita bisa menggunakan aneka template untuk membuat dokumen yang kita perlukan seperti surat undangan, surat pengumunan, hingga membuat CV atau resume.

Selain Word, produk lainnya pun juga tidak kalah lengkapnya. Excel memungkinkan kita membuat kalender dengan otomatis dan sangat enak dipakai untuk mencatat agenda. Begitu juga dengan PowerPoint yang bisa membuat materi presentasi kita makin keren dengan memainkan efek 3D pada gambar yang kita masukkan dalam slide. Ah, jangan lupa, kamu harus banget pakai OneNote! Kamu bisa mencatat apapun di situ, bahkan OneNote bisa membantu kita memecahkan soal matematika dengan canggih!

Baca juga: Bisnis Tetap Jalan Meski Pernah Gagal

Bagaimana Cara Beli Microsoft Office Resmi?

Sebelumnya, saya berpikir kalau membeli software asli itu pasti mahal. Kecurigaan saya itu ternyata salah. Dengan Ms. Office 365 Home, saya hanya perlu merogoh 170.000 dalam setahun. Nominal itu jangan dibenturkan dengan alasan, “Halah, buat nulis doang ngapain bayar?” Tapi perlu dilihat fitur lengkapnya yang bisa kita pakai untuk menunjang produktivitas dan aneka manfaat Microsoft Office 365 yang sudah saya sebutkan dengan gamblang di atas.

Saya tidak akan menyalahkan kamu jika masih pakai bajakan. Tapi sangat disayangkan jika kamu masih seperti itu. Soalnya, kamu bisa jauh lebih untung jika bersedia pakai Microsoft Office yang resmi. Jadi bagaimana? Tertarik untuk berlangganan?

Beruntunglah kamu, sekarang beli Microsoft resmi itu gampang banget karena ada sistem yang namanya Microsoft Digital Software. Dengan Microsoft Digital Software asli, kita sebagai pelanggan akan mendapatkan kode aktivasi produk yang langsung dikirim melalui SMS. Jadi, tidak perlu lagi menunggu bentuk fisiknya dikirim yang pasti memakan waktu.

Kemarin itu, saya membeli Microsoft Office resmi di JD.ID. Selain dijamin ori, kebetulaan saat itu sedang ada potongan harga. Cara aktivasinya pun mudah. Dalam sekejab, saya dan teman-teman sudah bisa memakai Microsoft Word dengan aman, nyaman, dan membanggakan. Ayo, kamu juga jajan Microsoft Office resmi, dong.


Photo by Luis Quintero from Pexels

30 September 2019



Tahun ini menjadi kali ketiga saya membeli smartphone. Meski beberapa akun sudah terintegrasi, namun banyak data-data yang tidak bisa diselamatkan. Beberapa di antaranya adalah dokumen foto, koleksi e-book, hingga draft tulisan blog.

Saya memang orang yang kurang memperhatikan hal penting seperti ini, sehingga ketika smartphone rusak maka data-data yang berada di dalamnya tidak bisa saya selematkan. Hal ini terjadi akibat saya tidak rutin mengunggah file penting ke dalam sistem cloud. Jangankan mengunggah, memindahkan data penting tersebut ke dalam laptop saja rasanya enggan sekali.

Di dalam data smartphone saya biasanya terisi dengan materi konten yang penting banget. Kalau materi itu hilang, berarti harus bikin yang baru lagi, dong. Nah di sinilah saya merasa waktu yang sudah saya habiskan untuk mempersiapkan konten tersebut menjadi sia-sia.

Bukan hanya kesal yang saya rasakan waktu itu, namun juga marah. Marah besar pada diri saya sendiri yang terlalu malas untuk membuat backup data pada dokumen penting. Sejak saat itu, saya jadi khawatir pada kerusakan atau kehilangan pada smartphone pribadi saya selanjutnya.

Ketika Mencari Solusi

Setelah dua kali tragedi yang menimpa smartphone saya tersebut, saya bertekad untuk menjaga data saya. Tapi bagaimana caranya? Saya pun segera berselancar ke jagad maya untuk menemukan jawaban dari persoalan saya. Voila! Saya menemukan sesuatu yang menarik dari pencarian saya.

Ternyata, pernah ada sebuah survei tentang data manajemen di perangkat digital genggam yang kita pakai. Survei ini dilakukan oleh Western Digital Corps dengan hasil yang cukup menarik. Menurut survei tersebut, dikatakan bahwa 67% orang Indonesia pernah kehilangan data di smartphone mereka. Wow, saya tidak sendiri!

Dikatakan juga kalau beberapa masalah kehilangan data disebabkan oleh kesengajaan menghapus data demi menghemat memori (51%), mendapatkan notifikasi kepenuhan memori (26%), malfungsi pada smartphone (22%), tidak sengaja menghapus data penting (21%), dan kehilangan data akibat virus (18%). Wah, sampai sini ternyata masalah saya tidak umum dirasakan oleh masyarakat, hanya 22%.

Tapi yang menarik bagi saya adalah 51% orang kehilangan datanya karena sengaja menghapus demi menghemat memori. Saya dan mungkin kamu sepertinya pernah berada di situasi tersebut ya, kan? Hahaha. Persoalan penuhnya memori memang bikin dilema. Pada survei WDC di atas juga ada data yang menyebutkan bahwa 49% responden hanya memiliki sisa memori sebesar 1-3 GB di gawai mereka. Padahal total memori yang dimiliki bisa sampai 16GB bahkan 32GB.

Data-data ini menunjukkan betapa pentingnya kapasitas memori bagi kita. Bagaimana tidak? 93% responden dalam survei itu ternyata menggunakan smartphone untuk berfoto. Sedangkan yang lainnya, ada 87% untuk menelepon, 72% chatting, 63% merekam video, dan 63% untuk bermain media sosial.

Tingginya aktivitas berfoto tentu menguras space memori di gawai kita. Apakah kamu termasuk pengguna yang kerap berfoto? Kalau saya jangankan berfoto, hasil foto pun masih harus diedit dengan berbagai macam aplikasi sebelum nantinya diunggah ke media sosial. Kalau sudah begini, memori penuh pun tidak terhindarkan lagi.

Namun, kekhawatiran saya ternyata harus saya sudahi sampai di sini. Sebab, kini saya tahu (lebih tepatnya baru tahu, karena katrok) bahwa ada suatu perangkat yang bisa mengatasi masalah-masalah di atas. Yaitu, USB OTG (On The Go) dari SanDisk. Brand SanDisk ini tentu sudah familiar sekali di benak kamu, dong. Bahkan mungkin kamu memiliki salah satu produknya, flashdisk misalnya.
USB OTG SanDisk
USB OTG SanDisk

Lantas, apakah kamu tahu USB OTG itu apa?

Tidak berbeda jauh dengan flashdisk, USB OTG adalah perangkat eksternal yang dapat menyimpan data-data kita di smartphone. USB OTG ini memungkinkan kita untuk melakukan transfer data tanpa harus menggunakan jaringan internet. Akses transfer datanya cepat dan tidak mudah terputus.

Lalu mengapa harus USB OTG dari SanDisk? Sejauh saya melalukan riset kecil-kecilan sih menurut banyak keterangan menyebutkan bahwa merk SanDisk lebih enak dipakai. Mulai dari bentuknya hingga pada fitur yang ada di dalamnya. Harganya pun terjangkau bagi kantong freelancer seperti saya. Dengan aneka keunggulan yang sudah banyak dikatakan orang, lalu dengan apa lagi saya harus menolak membeli USB OTG SanDisk? Sepertinya tidak ada alasan yang bisa menyanggah hal itu.

Hingga saat tulisan ini ditulis, saya sedang menunggu datangnya paket USB OTG SanDisk yang saya beli dari secara online. Dengan kapasitas 64GB, saya hanya perlu menebusnya dengan harga 100ribu. Rata-rata harga yang ditawarkan sih memang segitu. Kalau mau yang lebih murah juga ada sekitar 60ribuan untuk kapasitas 16GB dan 80ribuan untuk kapasitas 32GB. Kalau sudah tidak sabar, langsung meluncur saja ke Official Store SanDisk. Pasti ada, tuh.

Nah, dengan begini, masalah kehilangan data sudah bukan lagi jadi beban pikiran saya sebab sudah ada solusinya. Bagaimana menurutmu soal topik bahasan kali ini? Yuk, diskusikan di kolom komentar. Terima kasih sudah membaca.



"Tulisan ini diikutsertakan dalam SanDisk Blogging Competion #DibuangSayang #SanDiskAPAC"


Photo by FOX from Pexels

25 Maret 2019


Copyright by Droidlime
Mencari handphone yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan memang tidak mudah. Perlu bolak-balik melihat berbagai jenis ponsel dan membandingkannya untuk mendapatkan yang dirasa terbaik. Bagimu, apa saja sih yang perlu ditekankan ketika hendak membeli handphone? Berikut ini beberapa poin sederhana yang saya susun berdasarkan pengalaman pribadi maupun pengalaman teman-teman saya di sela obrolan warung kopi.

1. Memori

Faktor ini menjadi hal utama yang perlu kita lihat ketika berniat membeli handphone baru. Kapasitas ROM dan RAM akan sangat berpengaruh pada aktivitas digital kita di handphone tersebut. Jika penggunaan gawai tidak terlalu sering atau hanya sekedar sebagai alat komunikasi saja, RAM 2GB saja sudah cukup nyaman. Tapi jika mobilitas digital tinggi seperti untuk main game, dengerin musik seharian, streaming video, apalagi membuat karya dengan modal handphone maka perlu kapasitas RAM yang lebih tinggi. Ya setidaknya 3GB, lah.

2. Harga

Kalau saya baca artikel tentang spesifikasi handphone, seringkali harga menjadi informasi yang dibagikan paling akhir. Padahal kenyataannya, faktor dana menjadi poin yang sangat krusial dalam menentukan handphone apa yang mau dibeli. Terkait soal ini, kita mesti pandai melihat budget untuk membeli handphone berapa. Sebisa mungkin untuk tidak mengangsur meski zaman sekarang mencari jasa kredit yang cepat tidaklah sulit. Tapi kalau mau cari handphone dengan spesifikasi yang bagus dan murah juga ada beberapa kok yang menarik. Salah satunya yang saya rekomendasikan adalah Honor 8A.

3. Operating System (OS)

Poin ini juga cukup penting menurut saya sebab kalau OS yang digunakan "ketinggalan zaman", kemampuan kita menggunakan handphone bisa tertinggal dengan yang lain. Sebab ada beberapa aplikasi atau games yang tidak mendukung OS baheula, sehingga akan sangat menyebalkan bagi kita yang baru saja beli handphone baru tapi tidak bisa dipakai untuk mengoperasikan beberapa aplikasi dan games.

4. Kamera

Kemampuan kamera yang canggih makin digemari seiring berjalannya waktu. Terutama karena semakin populernya Instagram dan YouTube yang membutuhkan sentuhan estetika visual bagi penggunanya. Kebutuhan ini akan terpenuhi jika handphone yang baru dibeli memiliki resolusi yang bagus dalam menangkap gambar. Jangan sampai dong beli handphone baru tapi buat foto masih pake aplikasi pencerah wajah.

5. Baterai

Nah, ini juga penting untuk diperhatikan. Handphone telah menjadi perangkat wajib yang selalu kita akses setiap hari. Bahkan sepanjang hari! Oleh karena itu, keawetan baterai menjadi poin penting yang tidak boleh dilewatkan. Memang cukup tricky dalam memilih handphone dengan daya yang awet. Tapi kamu tidak usah ragu kalau mau membeli Honor 8A karena gawai ini sudah tertanam baterai sebesar 3020 mAh yang dilengkapi teknologi EMUI hemat daya.

Jadi beli handphone apa, nih?

Menurut pengamatan saya, sih, kelima poin di atas cukup sebagai peta untuk menentukan handphone apa yang mau dibeli. Kalau saya merekomendasikan Honor 8A karena memang berani menjawab kelima kebutuhan di atas. Bagaimana tidak? Honor 8A yang baru rilis di Indonesia pada tahun ini menawarkan keunggulan-keunggulan yang patut dipertimbangkan.

Misal, adanya teknologi TUV Rheinland membuat kita nyaman di depan layar karena fitur tersebut bisa menyaring cahaya biru yang berbahaya bagi mata. Selain itu, kalau bicara soal fotografi juga tidak akan bikin minder. Sebab Honor 8A mengandalkan resolusi kamera 8MP yang didukung semantic image, segmentation dan high dynamic range yang bisa menghasilkan foto-foto berkualitas. Kita juga akan dimanjakan dengan kapasitas RAM 3GB dengan memori internal 32GB yang dapat diperluas hingga 512GB. Cocok buat kamu yang doyan main games!

Sementara untuk sistem operasinya sudah Android 9.0 Pie yang kaya dengan aneka fitur. Meski terlihat begitu canggih, jangan kira harga yang ditawarkan tinggi, lho. Sebab kita bisa segera bawa pulang Honor 8A  ini hanya dengan mahar 1.899.000 saja. Apalagi kalau kamu membelinya di Honor Official Store yang tersedia di Shopee sekarang juga.


Semoga artikel ini membantu buat kamu, kamu, dan kamu yang ingin mengganti handphone lamanya. Terima kasih sudah bersedia membacanya sampai akhir. Selamat berbelanja!

1 Maret 2019


Karena sebuah insiden yang terjadi di awal tahun 2019, saya harus segera membeli handphone (HP) baru untuk menggantikan yang lama. Sebenarnya, meski jika tidak terjadi insiden pun saya juga tetap akan membeli yang baru, sih. Soalnya HP lama saya sudah tidak menyenangkan lagi, terutama pada dua fitur yang saya idamkan, yaitu kebutuhan saya akan berfoto dan bermain games.

Jujur saya sebenarnya suka sekali memfoto. Bagi saya merangkum apa yang saya lihat dalam sebuah tangkapan gambar melalui kamera adalah keindahan yang tiada tara. Apalagi foto memang sarana paling tepat untuk merekam momentum. Tapi selama ini saya belum cukup pede untuk membagi foto-foto saya di media sosial. Sebab kualitas gambar yang saya tangkap begitu buram. Seringkali saya harus memakai bantuan aplikasi untuk mempercantik, ya minimal meningkatkan pencahayaan dan saturasi.

Tapi kan capek kalau harus ngedit mulu. Nah, saya berpikir bagaimana jika saya beli HP yang kameranya luar biasa jernih? Jadi saya kan tinggal jepret sudah bisa langsung update foto di medsos. Wah, pasti bakal produktif, nih!

Eh, tapi tunggu sebentar. Kan saya pengin punya smartphone yang canggih buat main game juga. Ada tidak ya yang memenuhi dua persayratan itu? Belakangan ini saya suka sekali main trading card game bernama Lightseeker. Saking sukanya saya memainkan ini, sekadar info saja, saya berada di ranking 23 se-Indonesia, lho. Hahaha. Congkak! Tapi kalau tidak rutin dimainkan bisa jadi ranking saya menurun. Sementara saya jadi jarang main karena HP saya lagi rewel! Menyebalkan!
Emosi yang meluap tersebut akhirnya luntur begitu saya ketika saya tahu Honor habis meluncurkan gawai terbarunya, yaitu Honor 10 Lite. Lho, kenapa kok saya bisa langsung tenang gara-gara si Honor ini?
Ya tentu saja karena dua fitur yang saya dambakan itu sudah dikuasai oleh Honor 10 Lite.


Jadi, Honor 10 Lite ini mempunya kamera dengan kualitas jempolan. Kamera utama saja resolusinya mencapai 13 megapiksel + 2 megapiksel. Bisa berfungsi dengan baik juga untuk keperluan fotografi malam dengan adanya AIS: AI Powered Image Stabilization. Nah, gilanya lagi, kamera depan yang dimiliki Honor 10 Lite ini mencapai 24 megapiksel! Kebutuhan akan kurangnya cahaya yang sesuai pun tak jadi soal, karena Honor 10 Lite punya fitur multiple lightning option seperti: Soft Lightning, Butterfly Lightning, Split Lightning, Classic Lightning, dan Stage Lightning. 

Kemampuan kamera yang seperti ini cocok sekali dengan saya yang memang suka berfoto ria. Bahkan dengan tambahan kamera depan yang mumpuni, saya bisa sembari foto selfie sesuka hati dengan lebih pede.

Sementara itu, jika kita bicarakan game, Honor 10 Lite ternyata juga mendukung permainan digital banget, lho. Soalnya, Honor 10 Lite ini dilengkali dengan sistem Turbo GPU 2.0 yang berfungsungsi untuk meningkatkan kemampuan pemrosesan grafik GPU ketika kita nge-game. Dijamin lebih enteng. Jadi kita tidak usah capek-capek ngeboost HP kita terus-menerus.

Main game itu pasti lama, kan? Saya bisa sejam lebih kalau main game. Apalagi saat lagi gabut. Tapi saya tidak cemas lagi, karena saya pada Honor 10 Lite tersebut memiliki baterai yang mencapai 3400 mAh sehingga waktu stand by bisa sampai 612 jam!

Ya, kalau saya sih menyambut hangat datangnya Honor 10 Lite ke Indonesia. Terutama karena harganya yang terjangkau. Kita bisa memiliki gawai super ini hanya dengan mahar 3.299.000 saja. Yasudah, lah, ya. Ngapain pilih-pilih yang lain lagi kalau sudah sebagus ini dan terjangkau pula.

Doakan gaji cepet turun ya, biar Honor 10 Lite juga lekas ditimang. Terima kasih sudah membaca. Sampai jumpa!


Image 1: Mukul Sharma via Androidupdated.com
Image 2: Hihonor.com

10 Februari 2019



Memulai membuka usaha bisa dari mana saja dan kapan saja. Ketika teknologi digital menjadi hal yang mudah dijangkau, siapapun bisa memulai bisnisnya. Tapi tidak semua bisa mengembangkannya!

Saya punya sedikit -beneran sedikit- pengalaman soal berbisnis. Dulu, saya pernah mencoba membangun platform soal perbukuan, namanya Majibooks. Majibooks itu semacam blog yang khusus membahas soal dunia perbukuan sekaligus membuka toko buku online. Unit usaha ini saya dirikan bersama kekasih saya (Tiwi) dan dibantu satu sahabat saya (Dani). Kami sudah bikin blog, membeli domain, dan menjalin kerja sama dengan supplier buku. Sayangnya, Majibooks mangkrak karena saya kurang mampu mengorganisir keperluan bisnis.

Selain itu saya juga sempat membuka usaha kecil-kecilan di Instagram, yaitu jasa desain CV. Usaha tersebut memang gampang dimulai, tapi ternyata sukar mempertahankannya. Saya hanya punya satu klien hingga akhirnya usaha ini saya tutup karena tiga hal. Pertama, saya merasa kemampuan desain saya tak semahir penawar jasa desain CV yang lain. Kedua, kompetisi pasar terlalu ketat, di mana tarif jasa yang saya pasang lebih mahal dari pesaing. Ketiga, saya tidak giat.

Dua pengalaman tersebut memang masih jauh dari memuaskan. Tapi apakah saya menyerah? Tidak!

Membuka Usaha Berbasis Digital itu Mudah. Menumbuhkannya Susah.

Saya dan kekasih saya kembali berdiskusi untuk membangun usaha yang lebih serius. Sebenarnya kami punya ide usaha yang berbeda, tapi dalam pengelolaan tetap akan saling bantu untuk merealisasikan impian kami masing-masing. Saya berpikir untuk membuat sebuah platform yang bisa mempertemukan antara kreator, talent, kru, dan sponsor. Sebagai gambaran, dewasa ini ada banyak sekali platform yang mempertemukan antara klien dan freelancer seperti sribulancer, fastwork, dan lain-lain. Nah, saya ingin mengadopsi bentuk tersebut ke dalam sebuah platform kolaboratif untuk membuat konten kreatif.

Misal kamu ingin membuat video klip. Karena faktor pergaulan dan jaringan yang terbatas, kamu jadi kesulitan mencari talent dan kru. Nah, platform yang saya maksud akan mewadahi hal tersebut. Di situ kamu tinggal tawarkan proyek kreatif apa yang sedang kamu kerjakan dan butuh talent serta kru dengan spesifikasi seperti apa. Malahan kamu juga bisa dapat sponsor buat karya kreatif kamu. Seru, kan?
Selama ada koneksi internet dan aplikasi yang terpasang, membuka usaha sudah bukan sesuatu yang rumit. Jika dulu untuk buka usaha perlu sewa toko, sekarang siapa saja bisa buka toko online tanpa ribet bahkan gratis. Tapi tantangannya sebenarnya bukan di situ. Semakin mudah membuka usaha, semakin banyak pula pesaingnya. Semakin menunda untuk memulai, semakin tergusurlah kesempatannya. Itulah yang saya rasakan dari secuil pengalaman di atas. Tentang bagaimana mental menunda-nunda dan ketidaktekunan membuat bisnis yang saya mulai langsung gulung tikar.

Tentu saja saya tak ingin jatuh di lubang yang sama berkali-kali. Pada bisnis di tahun 2019 yang ingin saya bangun kali ini, saya harus membekali diri dengan mental yang kuat, pengetahuan soal teknis yang luas, dan berjejaring dengan banyak pihak.

Bagi saya, “mentalitas” adalah salah satu faktor yang teramat penting untuk menumbuhkan bisnis yang sedang kita jalani. Mau secepat apapun internet kamu, kalau mental berbisnisnya lamban ya hasilnya bisa seperti saya, sudah bangkrut sejak dalam pikiran. Selain itu membuka usaha yang minim modal bisa membuat kita terlena karena seolah tidak ada beban rugi yang akan kita tanggung. Mental seperti itu yang akan membunuh usaha kita perlahan.

Lantas bagaimana sebaiknya kita mengatasi hal tersebut?

Kalau menurut saya, memiliki rekan kerja yang setia adalah kunci yang paling penting. Ketika kita stuck, bosan, apalagi malas, rekan kerja akan membantu kita untuk kembali ke dalam track. Ibarat kisah fiktif populer dari Inggris, apalah arti Sherlock Holmes tanpa John Watson. Ea.

Tapi, perlu ditegaskan juga bahwa pada akhirnya inisiatorlah yang memegang peranan penting untuk memutuskan apakah bisnis mau dikembangkan, dibiarkan, atau malah dibubarkan. Oleh karena itu, seorang founder semestinya rajin belajar dan berjejaring agar mampu menghadapi masalah-masalah yang timbul nantinya. Jangan sampai kita tidak menuai apa-apa dari bisnis yang kita mulai.

Header: Pexels.com

20 Desember 2018



Tahun 2018 hanya tersisa beberapa hari lagi. Dan saya sedang ribet-ribetnya mengurus laporan tahunan kantor, khususnya pada divisi tempat saya bekerja. Untuk menghasilkan laporan yang bagus, saya pun belajar dari orang-orang lama di kantor tentang apa yang harusnya ada dan tidak. Gara-gara itu saya mulai berpikir pada isi kantong sendiri. Apa perlu membuat laporan akhir tahun terhadap keuangan diri sendiri, ya?

Tips Evaluasi Keuangan Akhir Tahun

Setelah berselancar di mesin pencari, saya pun jadi tahu kalau membuat laporan keuangan di akhir tahun itu perlu juga. Tidak hanya untuk perusahaan, tapi individu pun butuh. Dilansir dari moneysmart.id, disebutkan bahwa ada lima hal yang harus dievaluasi dalam pertumbuhan keuangan kita setiap tahunnya.

Pertama soal pertumbuhan aset. Ini menarik banget, sih. Pasalnya, saya pribadi bukan orang yang punya fokus mengelola aset yang berjalan secara berkesinambungan setiap tahunnya. Aset itu misalnya punya emas atau perhiasan. Tapi saya lebih tertarik soal aset usaha, seperti punya warung,
warnet, online shop, sampai penitipan sepeda pun termasuk aset usaha yang perlu dikontrol pertumbuhannya tiap tahun. Karena aset usaha itu tidak hanya menghasilkan bagi usaha itu sendiri tapi juga otomatis bagi pemiliknya.

Kedua soal tujuan finansial apa saja yang sudah tercapai. Kalau saya sih tahun ini alhamdulillah berhasil membeli laptop baru. Karena laptop lama sudah rusak parah, ya mau tidak mau harus beli baru, sih. Sayangnya ketika laptop saya rusak, kondisi keuangan saya sedang tidak baik. Akhirnya saya nabung selama tiga bulan untuk memperoleh laptop baru. Syukurlah, ada teman yang meminjamkan laptop selama saya menabung. Ya mau bagaimana lagi, laptop itu aset kerja. Kalau nggak ada laptop, apa yang bisa saya kerjakan?

Ketiga dan keempat bicara soal investasi dan dana pensiun. Saya lebih cenderung fokus ke investasi daripada dana pensiun. Saat ini saya memang belum mencoba berinvestasi. Target berinvestasi sepertinya bakal jadi resolusi saya di tahun depan. Hehehe. Sementara itu untuk saat ini saya baru memperdalam pengetahuan soal investasi. Ya, agar ketika memulainya tidak mengalami kecerobohan.

Nah, yang kelima itu soal rasio utang. Tahun ini memang jadi tahun yang cukup berat bagi saya dalam hal kemandirian finansial. Sebab tercatat beberapa kali saya terpaksa berutang pada kawan atau saudara saya untuk bertahan hidup di perantauan ibu kota. Syukurlah satu per satu utang bisa dicicil pelunasannya karena makin hari keuangan saya makin tertib keluar masuknya.

Menurut saya selain poin-poin itu ada satu hal lagi yang juga mesti diperhatikan. Yaitu, donasi. Meski pepatah mengatakan kalau bersedekah itu jangan diungkit-ungkit, tapi bagi saya melihat kembali ke mana kita berdonasi itu juga penting. Dewasa ini kan ada banyak sekali platform yang menyediakan ruang bagi masyarakat untuk berdonasi. Nah, saya rasa ke mana kita mendonasikan uang itu perlu dievaluasikan juga.

Agar kedepannya donasi tidak hanya sekadar melihat berapa uang "sisa" yang kita miliki untuk disumbangkan. Tapi juga bisa jadi pemicu untuk bertumbuh. Misalnya, tahun ini sudah mendonasikan 350ribu untuk UMKM perempuan. Terus tahun depan sudah ada target untuk berdonasi ke bidang pendidikan sebesar 600ribu. Dengan membuat target-target yang baik harapannya pertumbuhan finansial juga jadi baik.

Rencanakan Keuangan di Awal Tahun

Selain membuat evaluasi akhir tahun, keuangan juga perlu direncanakan untuk tahun berikutnya. Dalam merencanakan pertumbuhan finansial, sih, menurut saya tidak perlu matang dulu. Sebab yang penting adalah bagaimana bikin rencana keuangan itu realistis. Mau bikin rencana yang matang buat liburan ke Alaska dengan gaji sebulan 3juta tidak lebih baik daripada bikin rencana nyicil tabungan nikah buat beberapa bulan ke depan. Dan dalam urusan ini perlu diperhatikan pula kalau sebaiknya rencana yang dibuat bukan untuk kepentingan konsumtif, tapi untuk mengembangkan aset dan memenuhi siklus hidup yang berkualitas.

Di usia yang ke-25, saya masih belum baik dalam membuat perencanaan keuangan setiap tahunnya. Mulai dari saya bekerja sebagai freelancer hingga orang kantoran, pendapatan yang saya miliki tetap saja tidak terprogram dengan jelas. Hasilnya benar-benar mengecewakan. Awal-awal menerima gaji
langsung khilaf sampai terseok-seok di akhir bulan.

Dan ternyata setelah baca Moneysmart.id saya jadi ngerti bagaimana seharusnya mengelola gaji pertama. Salah satunya yaitu penerapan rumus 50-30-20, yang artinya setiap gaji yang kita terima dalam satu bulan mesti dipilah menjadi: 50% kebutuhan sehari-hari, 30% bayar hutang, dan 20% kepentingan pribadi.

Tidak puas dengan baca-baca artikel di Moneysmart.id, saya pun memberanikan diri untuk mengikuti workshop finansial yang mereka selenggarakan pada 15 Desember 2018. Dalam kesempatan itu saya belajar banyak secara langsung dengan ahlinya. Apalagi diberi sesi tanya jawab yang bisa saya manfaatkan untuk berkonsultasi. Saya sebenarnya merasa agak tikda pede lantaran peserta lain sibuk bertanya soal investasi, rekasa dana, tabungan emas, hingga saham, sementara pertanyaan saya masih seputar bagaimana bijak mengelola uang digital. Hehehehe.

Jika melihat pertengahan tahun 2019, saya jadi teringat betapa getirnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Padahal di usia seperti ini mestinya sudah punya kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan dengan sehat. Nah, tahun 2019 akan jadi titik balik saya dalam meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya dengan mengelola keuangan dengan baik dan benar. Sudah saatnya bisa #CerdasDenganUangmu agar tidak dibodohi utangmu.


Header: Lukas via pexel

14 September 2018



Siapa sangka, mahasiswa buronan seperti saya justru bekerja di perkumpulan kajian media, Remotivi. Mungkin ada yang mengira kalau saya tidak menyelesaikan kuliah karena tidak mampu berkutat dengan teori, data, analisis, dan buku-buku tebal. Ada benarnya juga, dan sepertinya ini adalah ganjaran bagi saya. Kabur dari skripsi, malah masuk ke dalam Remotivi.

Awalnya, saya mencicipi profesi sebagai penulis naskah video di sana. Otomatis saya harus membuka kembali buku-buku ‘berat’, membaca banyak hal dari banyak platform untuk riset, hingga diskusi dari siang sampai malam. Kalau kamu pernah melihat video-video di channel Remotivi, pasti pahamlah kira-kira jerih payah yang diperlukan.

Tidak puas dengan hal itu, sepertinya Remotivi cukup bernafsu mengeksploitasi lelaki seperti saya ini. Karena pada bulan keempat sejak saya bergabung, mereka tega-teganya memberi tambahan pekerjaan, yaitu menjadi admin sosial media.

Loyalitas dan ikhlas membuat saya menyanggupi tawaran itu. Halah mbel. Hahaha.

Ya tentu saja karena penambahan gaji! Hari gini kok ngomongin loyalitas dan ikhlas, memangnya nyicil rumah bisa pakai senyum dan motivasi doang apa? Hehehe.

Singkat cerita, jadilah saya agen ganda di Remotivi, sebagai penulis naskah dan merangkap admin sosial media. Sekilas terlihat milenial sekali profesi itu. Sayangnya kenyataan tak semulus yang diharapkan.

Baru-baru ini laptop kesayangan mengalami penuaan dini. Pasalnya, si laptop susah sekali menyala. Ada masalah teknis yang tidak sepenuhnya saya pahami. Asumsi sementara, sih, masalahnya ada di kabel charger. Apalagi battery laptop memang sudah sepenuhnya mampus sejak lama.

Dengan kendala seperti itu tentu saja pekerjaan jadi keteteran. Baik menulis naskah, ngadmin, maupun nulis blog terpaksa saya rangkap semua pengerjaannya di handphone. Dan ternyata aktivitas yang padat di satu handphone bikin battery cepat habis dan sering hang. Kalau sudah begitu, sebaiknya beli laptop dulu atau gawai pintar dulu? Jawabnya: HANDPHONE!

Hehehe. Karena mulai terbiasa mengoprasikan gawai untuk berbagai keperluan, sepertinya beli handphone baru yang canggih adalah keputusan yang tepat untuk saat ini.

Mau Gadget Baru. iPhone X Aja Gimana, Ya?

Handphone canggih memang banyak jenisnya. Tapi kalau mau cari yang terbaik saya rasa produk iPhone adalah jawabannya. Dari dulu sudah ngidam iPhone, sih, namun tidak pernah kesampaian. Sebagai bibit unggul milenial ya kurang afdhol kalau iPhone belum memenuhi saku celana dan ruang-ruang malam yang sunyi.

Mengintip harga iPhone X memang bikin gemeteran. Tapi kalau lihat kemampuannya sih ya wajar-wajar saja kalau si gawai ini dibandrol dengan harga yang demikian renyahnya. Nah, karena kebutuhan digital saya yang begitu tinggi, besarnya RAM dan memori juga mesti mumpuni. iPhone X menyediakan RAM 3 GB dan memori internal 64 GB. Beda jauh dengan gawai saya sekarang. Hahahaha.

Buat pejuang eksistensi online, keperluan memfoto juga jadi pertimbangan penting saat membeli handphone baru. iPhone X berani memanjakan pengguna dengan resolusi kamera yang tinggi. Dan sebagai digital native yang sehari-harinya pasti menyelam di internet, daya tahan battery adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa saya tawar lagi. Kapasitas tenaga iPhone X mencapai 2716 mAh dengan prediksi menyala hingga 21 jam! Bye bye powerbank!

Dengan spesifikasi yang seperti itu, siapa sih yang tidak berkeinginan untuk memiliki?

Tentu saja saya mau!

Belanja Online? Main Cantik Yuk Biar Hemat!

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, saya yang merasa digital banget ini tentu saja membeli handphone di toko online. Di ekosistem olshop kita, ada banyak sekali toko yang menjual gadget canggih dan terbaru. Tapi tidak semua bisa kita eksekusi begitu saja karena biasanya tiba-tiba dompet merasa lelah begitu nominal barang yang mau dibeli ternyata mahal. Kalau sudah begini, ya solusinya cuma satu. Mesti bisa main cantik!

Tidak ribet kok menemukan barang yang diinginkan dengan harga terjangkau. Cukup menggunakan fasilitas yang disediakan iPrice, kita bisa memperoleh target barang dengan perbandingan harga yang mudah dilihat. Misalnya kalau mau cari harga iPhone X, kita bisa memantau berbagai penawaran harga dari masing-masing toko. Kalau mau kredit ya kita bisa langsung bandingkan berbagai macam aspek, seperti berapa uang mukanya, bunga, besaran kredit, dan lain sebagainya.

Bagaimana? Belanja secara online harus bisa main cantik biar budget minim tapi barang bisa dimiliki. Nah, ini juga yang akan saya praktekkan saat membeli iPhone X. Harapannya, sih, dengan fasilitas digital yang canggih, untaian pekerjaan jadi bisa teratasi dengan baik. Anti hang, anti low memory, dan anti powerbank. Mantap, kan?


Photo by Thiago Japyassu via pexels.com

27 Agustus 2018



Malam ini saya merasa begitu suntuk karena punya banyak kebutuhan berbelanja tapi bingung mana yang mesti didahulukan. Mau beli semua sekaligus tapi dana masih mepet banget. Pernah mengalami juga? Ah, daripada risau mending jalan-jalan saja. Siapa tahu bisa nemu pencerahan. Tapi mau jalan ke mana, ya?

Aha!

Paling seru sih jalan-jalan ke masa lalu saja. Beruntung banget punya mesin waktu di rumah. Jadi bisa langsung meluncur ke mana pun yang diinginkan. Asyik! Tak perlu berlama-lama lagi, saya lekas saja mengaktifkan mesin waktu saya dan melesat ke abad pertengahan di Eropa.

Source: idevie.com
Kaki saya melangkah menyusuri bangunan berbata yang kokoh di kanan dan kiri. Jalanan ramai sekali dengan orang-orang yang beraktivitas jual beli. Ya, saya tiba di pasar.

“Hey, cepat bayar utangmu!”

Saya kaget setengah mati dengan bentakan dari pria kekar di sebelah saya. Lekas saja saya langsung menyingkir darinya. Ya siapa sih yang mau kena gampar dari pria kekar abad pertengahan?

Setelah cukup jauh dari sosok bengis itu, saya mencari informasi perihal masalah apa yang terjadi di situ. Usut punya usut, pedagang tomat di pasar itu sudah 65 hari tidak membayar upeti kepada tuannya yang merupakan pemodal dari dagangannya itu. Ternyata, pada zaman itu peminjaman modal sedang marak terjadi. Orang-orang dari kalangan budak yang baru merdeka biasanya bingung mau hidup dengan cara apa. Akhirnya mereka berdagang. Lah modalnya dari mana? Dari para ‘tuan’ mereka meminjam modal yang dikenal dengan istilah sea loans.

Saya jadi tahu bahwa pada masa itu orang-orang mulai bisa punya barang dulu, bayar kemudian. Wah, cocok nih sama saya yang lagi banyak barang kebutuhan buat dibeli. Eh, tapi jadi penasaran nih sama awal mula sistem kredit itu kayak apa, ya?

Saya segera mencari tempat sepi untuk melompat lagi pakai mesin waktu. Syukurlah ada gang sempit yang sunyi. Dalam sekejab saya melesat ke Amerika pada tahun 1900-an. Saya tiba di depan supermarket yang di depannya ada SPBU. Krucuk, krucuk. Aduh perut saya lapar sekali. Coba jajan ke supermarket ah, siapa tahu ada diskonan.

Saya mengambil snack kering untuk mengganjal perut. Sewaktu saya membayar ke kasir, saya dimintai kartu member. Tentu saja saya tidak memilikinya. Lantas seorang pria paruh baya di belakang saya dengan dermawan menraktir saya dengan kartu member yang ia miliki.

Sembari mengungkapkan rasa terima kasih, saya menanyakan lebih lanjut soal kartu member yang dipakai itu tadi apa? Saya heran, sebab ketika kartu itu disodorkan, pria paruh baya itu tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk membayar.

Pria buncit itu menjelaskan banyak hal. Ternyata jika punya kartu member di supermarket itu, orang Amerika bisa memiliki sejumlah barang secara kredit. Waah, jadi ini ya asal muasal kartu kredit itu? Menarik. Tapi kapan ya bank mulai terlibat dalam sistem perkreditan ini? Oke, saatnya time travel lagi!

Setelah berpamitan dengan Pak Tua tadi, saya menyelinap di balik pohon yang cukup besar. Mesin waktu kembali aktif dan secepat kilat membawa saya ke tahun 1946. Saya yang awalnya bersembunyi di balik pohon, tiba-tiba duduk manis di sebuah ruangan yang megah. Tepat di depan saya ada seorang pria berambut klimis dengan kumis tipis yang melengkung simetris dengan senyum manis. Mata saya lantas membaca papan nama di atas meja yang rapi: John Biggins.

“Selamat datang di Flatbush National Ban of Brooklyn. Anda pasti mau menanyakan gagasan saya soal Charge It, bukan?”

Dengan plonga-plongo saya lekas saja menjawab, “Ya, apa itu Charge It?”

“Hehehe. Charge It adalah sebuah sistem yang dibuat untuk mempermudah nasabah kami dalam melakukan transaksi di berbagai toko yang juga merupakan nasabah dari bank kami. Saya yakin ide ini akan membawa banyak perubahan pada sistem transaksi dunia.”

Obrolan kami semakin akrab. Dari situ saya tahu kalau ternyata John Biggins ini adalah bankir yang menggagas sistem kredit. John lalu memperkirakan kalau pemerintah bakal campur tangan dengan sistem kredit ini. Benar saja, saya masih ingat di pelajaran IPS kalau tahun 1970-an pemerintahan Amerika menetapkan regulasi kebijakan penggunaan kartu kredit dan setelahnya terjadi ekspansi besar-besaran ke berbagai penjuru dunia.

Merasa informasi yang saya dapatkan sudah cukup, saya lekas menyudahi perjalanan waktu saya. Kepada John saya minta izin ke toilet. Tapi tentu saja, di balik pintu toilet saya mengaktifkan kembali mesin waktu untuk kembali ke tahun 2018. Jeng jeng. 

Harpitnas Tiba. Ayo Belanja di Akulaku!

Source: techgeek365.com
Setelah melihat bagaimana sistem kredit mulai masuk ke dalam budaya belanja manusia, lalu berkembang menjadi sistem yang lebih kuat, kini di tahun 2018 urusan perkreditan menjadi lebih efisien lagi. Bagaimana tidak? Berbekal smartphone dan koneksi internet saja kita bisa punya saldo kredit yang cukup untuk berbelanja banyak hal.

Teknologi digital memang mengubah cara orang berbelanja. Bahkan makin ke sini sudah semakin banyak pilihannya. Bikin bingung? Wajar saja. Namun, baru-baru ini jagad sosial media saya sedang asyik membicarakan sebuah wadah yang seru banget buat belanja. Wah, apa tuh?

Namanya Akulaku, di mana kita bisa berbelanja dengan mudah melalui smartphone dan tidak perlu khawatir kalau belum ada biaya yang cukup untuk membeli barang yang diinginkan. Lho kok bisa?

Di era yang serba cepat ini saya sering mengalami pengalaman buruk saat berbelanja online. Saya menyesal kalau sudah menandai barang yang mau dimiliki tapi belum mampu beli karena gaji belum turun dan akhirnya barang tersebut sudah dibeli orang lain. Nah, kalau pakai Akulaku, saya bisa beli dulu barangnya secara kredit tanpa kartu kredit!

Cara pakai Akulaku ini gampang banget. Tinggal download aplikasinya di Playstore untuk Android dan AppStore untuk iOS, lalu instal di gawai masing-masing. Setelah itu kita perlu isi data-data profil yang dibutuhkan. Buat bocoran, siapkan kartu identitas (KTP) karena nantinya KTP perlu difoto sebagai bukti kepemilikan. Setelah semua tahap selesai, kita bisa langsung mendapatkan loan kredit sebesar tiga juta rupiah! Wow! Kalau begini caranya, barang-barang kebutuhan bisa segera saya miliki. Ini nih serunya gaya belanja zaman now


Akulaku dibicarakan di ranah sosial media saya karena sebentar lagi kita bakal menyambut Harpitnas (Hari Pesta Kredit Nasional). Akulaku terlibat di dalamnya pada 20 Agustus-11 September nanti. Selama periode itu, kita akan disuguhi berbagai pilihan produk yang bisa diperoleh hanya dengan modal 1000 perak saja tiap harinya. Mantul! Mantap betul!

Selebihnya, mulai 20 Agustus 2018, Akulaku akan menjadi aplikasi virtual kredit pertama yang gagah berani memberi kompensasi jika pengajuan kredit limit kita ditolak. Karena ditolak itu sakit, perih, dan membekas, maka dengan pengertiannya kompensasi yang diberikan kepada kita adalah uang tunai senilai 888.000 rupiah! MEMANTUL JAUH! Memang mantap betul jadi fyuuh. Lega maksudnya.

Sudah tidak sabar lagi menunggu Harpitnas untuk memenuhi barang-barang yang saya butuhkan. Perjalanan panjang mengarungi waktu benar-benar berhasil memberi pencerahan bagi saya. Untung di kamar punya mesin waktu. Tinggal menyalakan perangkat komputer, lalu terhubung dengan internet, dan taraaa. Segudang informasi lintas ruang dan waktu bisa segera saya dapatkan.

Event Harpitnas tahun ini bakal dimeriahkan oleh banyak pihak. Namun saya sudah mantap memilih Akulaku. Kalau kamu?


Header shoot by @pertiwiyuliana

27 Juni 2018



Saya adalah orang yang merasa lebih nyaman berbelanja di supermarket karena sistem swalayan yang membuat saya bebas membanding-bandingkan satu produk dengan produk lain, dan bebas pula dalam mengambil keputusan saat membeli sesuatu. Harus saya akui, saya memang cenderung lama saat menentukan pilihan karena menimang banyak alasan untuk membeli atau tidak membeli. Singkatnya sih saya tidak mau rugi.

Kadang saya menemukan barang yang bagus dan bermanfaat bagi orang lain tapi ternyata tidak cocok bagi saya. Misalnya sabun mandi. Meski banyak yang bilang sabun mandi merk A itu bagus, namun ketika saya menggunakannya dengan ekspektasi tinggi, ternyata sabun mandi merk A itu justru membuat kulit saya lengket. Dalam kenyataan seperti itu tentu saja saya merasa sangat kecewa dan sebal.

Belajar dari situlah saya mulai membiasakan diri untuk menemukan sendiri apa yang cocok bagi saya. Karena setiap orang pasti punya selera yang berbeda-beda, bukan? Teman saya yang kerjaannya berurusan dengan dunia digital pun pada saat membeli tiket nonton lebih memilih antri di loket daripada beli secara online. Ya kalau saya sih lebih suka beli tiket nonton secara online, tidak perlu antri dan bisa langsung pilih kursi sendiri.

Banyak transaksi yang bisa saya lakukan secara online. Saya sangat menyukai hal itu karena kuasa penuh untuk memilih, membandingkan, melihat-lihat dulu, dan mengambil keputusan ada di tangan saya. Dengan cara seperti itu saya sering mendapatkan banyak hal yang cocok bagi saya.

Nah, sekarang bagaimana kalau saya mau cari asuransi yang cocok bagi saya? Apakah saya harus googling, membaca ratusan artikel, atau menanyakan itu ke banyak orang? Ribet! Apakah saya asal pilih satu saja yang paling populer? Ah, tidak ada jaminan kalau yang populer itu cocok juga bagi saya.

Jika kegundahan semacam itu juga melanda dirimu, sebaiknya ambil nafas panjang dan tenang dulu. Sebab kita punya ​ supermarket asuransi online yang menyediakan produk asuransi dari berbagai macam provider. Kita sudah tidak perlu capek-capek googling atau tanya ke orang-orang karena kita bisa mendapatkan banyak informasi asuransi dalam genggaman.



Futuready.com adalah supermarket asuransi online yang memiliki lisensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui situs maupun aplikasi, kita dapat mengakses Futuready untuk mencari,  membandingkan, dan membeli asuransi yang paling lengkap.

Coba saat ini kita butuh asuransi apa? Asuransi kesehatan, asuransi perjalanan, asuransi kecelakaan, atau asuransi mobil? Futuready memungkinkan kita untuk menemukan kebutuhan asuransi yang paling cocok secara personal. Sudah saatnya pihak asuransi yang benar-benar beradaptasi dengan kita, bukan sebaliknya.

Futuready sendiri menjadi broker asuransi online pertama yang memegang lisensi resmi dari OJK dengan nomor KEP-518/NB.1/2015 pada 18 Juni 2015. Futuready juga merupakan bagian dari AEGON, salah satu perusahaan asuransi terbaik di dunia yang berbasis di Den Haag.

​Perlu diingat, Futuready tidak membuat produk asuransi sendiri.​ Tapi menyediakan layanan informasi asuransi dari berbagai provider dengan ringkas, jujur, dan tidak memihak. Misalnya untuk asuransi perjalanan yang dijual di Futuready ada AXA, AXA Mandiri, Simas Net, Adira, Lippo. MNC, Tokio Marine, dan Malacca. Atau asuransi mobil seperti AXA, ACA, Simas Net, Adira, Avrist, dan Malacca.

Duh, kalau bicara soal asuransi mobil dari Futuready, saya jadi ingat iklannya yang kocak.

Pernah lihat tidak video iklan yang diperankan Cak Lontong? Coba deh lihat saja videonya di bawah ini.



Lihat video itu saya jadi mau segera pakai Futuready buat asuransi mobil. Tapi begitu selesai install, saya baru sadar kalau belum punya mobil. Lah! Hehehe. Setelah saya cari tahu lebih dalam, setidaknya ada tiga keuntungan membeli asuransi mobil secara online melalui Futuready.

1. Pilih Sendiri Perlindungan Sesuai Kebutuhan. Di sini kita bisa memilih sendiri perlindungan yang diinginkan mendapatkan harga terbaik sesuai kebutuhan. Misal kita cuma butuh perlindungan kecelakaan saja, otomatis premi menjadi lebih murah.

​ 2. Asuransi Mobil Tanpa ​Survey. Kapan lagi sistem penerbitan polis auto accept benar-benar tanpa survey, ya kan?

3. Polis Terbit ​Online. Penerbitan polis secara online, dikirim langsung ke surel kita jadi bisa diakses kapan dan di mana saja. Nah, jika mau punya polis dalam bentuk cetak, Futuready juga bisa mengirimkannya, kok.

Itu dia keunggulan yang bisa kita dapatkan jika ingin asuransi mobil​ melalui layanan Futuready.

Saya suka sekali dengan konsep supermarket asuransi ini. Seperti yang sudah disebutka di awal, sebagai orang yang butuh banyak pertimbangan, Futuready bisa menjadi cara saya menemukan jasa asuransi yang paling cocok. Apakah ini juga caramu?


Source header: Pexels