Tampilkan postingan dengan label Acara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Acara. Tampilkan semua postingan

16 Maret 2020



Salah satu perbincangan yang sering muncul ketika menempuh usia 20-an tahun adalah perihal pilihan hidup antara sesuai passion atau tidak. Pada zaman kiwari, kita dituntun untuk bisa menemukan passion sedini mungkin dan syukur-syukur bisa hidup dari itu. Tapi sebelumnya, apa sih passion itu? Dan apakah itu hal yang penting?

Bukan hal yang sulit bagi kita untuk menemukan definisi passion di jagat maya. Untuk memperingkas, aku telah mengambil kesimpulan dari berbagai bacaan bahwa passion adalah suatu minat terbesar dalam diri atas sesuatu hal. Minat artinya ketertarikan; keinginan untuk memiliki. Jadi, ketika kamu tertarik pada sesuatu dan sangat bersemangat untuk memilikinya, maka kamu saat itu sedang berkenalan dengan passion-mu.

Untuk menjawab pertanyaan kedua; apakah passion itu penting? Kita harus melihat terlebih dahulu kebutuhan masing-masing. Terkadang, passion yang kita miliki sulit untuk berkembang karena tengah berada dalam keadaan-keadaan yang terbatas. Sementara untuk bertahan hidup, pilihan yang ada tidak berhubungan dengan passion. Maka bisa jadi pada situasi seperti itu, passion bukanlah yang penting.

Tapi di sisi lain, tidak jarang orang-orang yang passionate justru bisa mendobrak keterbatasan itu. Jika dengan passion kita bisa mengembangkan kualitas hidup jadi lebih baik maka passion harus dilabeli menjadi hal yang sangat penting.

Untuk mendobrak keterbatasan dengan passion memang bukan hal yang mudah. Bahkan mengandung risiko yang tinggi. Tapi itu dulu. Kita bisa dengan cerdik mengatasi hal itu jika dekat dengan yang Namanya FWD Life. Pernah dengar, belum?

Jadi, FWD Life adalah perusahaan asuransi yang “anak muda banget”. FWD Life memanjakan nasabahnya dengan berbagai layanan terpadu dengan fitur-fitur yang menarik dan berbasis digital.

Misalnya layanan FWD MAX, pelopor asuransi jiwa berbasis digital di Indonesia. FWD MAX merupakan aplikasi one-stop solution dengan aneka fitur yang dipakai untuk mencari informasi tentang asuransi, membeli dan klaim asuransi, serta bagi-bagi poin yang banyak untuk ditukarkan dengan layanan lainnya.

Selain itu, FWD Life punya konsentrasi pada gerakan anak muda dan segala hal tentang upaya menjalani passion-nya. Mereka punya perinsip bahwa anak muda harus didorong untuk memperoleh passion sejatinya agar bisa meningkatkan kualitas hidupnya. FWD Life memberi kesempatan bagi anak muda untuk mendobrak batasannya dengan aman dan terjamin.

Perbicangan soal ini memberi angin segar pada saya karena jika banyak anak muda berhasil hidup dengan apa yang mereka minati, pasti ekosistem industri kreatif akan semakin menarik. Sudah saatnya kita menanggalkan stigma bahwa asuransi itu urusan orang tua. Karena stelah terbukti kalau FWD Life punya kecenderungan segmentasi pada anak muda.

Kebetulan, pada 5 Maret 2020, saya mendapat undangan untuk hadir di pesta ulang tahun FWD yang ke-7. Acara ini terselenggara secara private. Dan yang bikin saya bersemangat untuk memenuhi undangan ini adalah hadirnya Sheila on 7 sebagai bintang tamu yang akan menghibur saya malam itu.

FWD Life memang terkenal dengan pesta ulang tahunnya yang selalu menampilkan musisi-musisi besar. Acara malam yang bertajuk Unstoppable Music itu menjadi momen pertama bagi saya untuk menonton So7 secara langsung. Bahkan saya bisa menontonnya dari jarak yang sangat dekat. Puas sekali saya bernyanyi selama satu jam lebih bersama So7 sampai rahang rasanya kram.

Mau dapat previlage seperti ini dan aneka keuntungan lainnya? Cobalah untuk bergabung dengan FWD Life. Cari tahu dulu tentang banyak hal dari mereka melalui laman web FWD. Pelajari seluk beluk mereka dan bergabunglah. Lumayan lho bisa nonton band ternama. Gratis pula.

Akhir kata, dari sekian banyak penyedia layanan asuransi, FWD Life adalah perusahaan asuransi yang paling cocok untuk anak muda sepertimu. Dengan operasional yang berbasis digital, FWD menawarkan pengalaman berasuransi yang lebih aman, menyenangkan, dan mudah. Nah, kalau kamu sudah diasuransikan, pengembangan dirimu untuk meraih passion jadi lebih tenang, deh. Yuk, ber-passion!


Photo by Alexas Fotos from Pexels

8 Desember 2019



Kejenuhan pasti datang ketika kita menjalani hidup dalam lingkaran kegiatan yang dikerjakan berulang-ulang. Kegiatan itu bisa jadi kerja, kuliah, atau hal-hal lain yang mau tak mau harus kita kerjakan untuk membuat hidup kita berarti. Datangnya rasa jenuh menjadi alarm bagi hidup kita bahwa rutinitas harus direhatkan sejenak. Lalu tenggelamkanlah diri kita pada kegiatan yang membawa semangat dan keceriaan.

Kegiatan apa yang bisa dilakukan ketika kita sedang berada di titik jenuh? Tentu saja ada banyak pilihannya, namun untuk kali ini saya akan membicarakan soal “traveling”.

5 Destinasi Wisata Super Prioritas.

Berada di satu tempat yang sama berulang-ulang bahkan hampir setiap hari akan membuat kita super bosan, bukan? Untuk itulah, selain mengisi kegiatan di luar pekerjaan, saya rasa perlu juga keluar dari tempat yang sering kita datangi. Jika kamu setuju, lekaslah packing lalu kita traveling!

Menentukan destinasi wisata mungkin akan membutuhkan waktu yang lama. Selain harus sesuai dengan budget, faktor kepuasan ekspektasi juga jadi pertimbangan. Misalnya begini, ketika hendak berlibur ke sebuah pulau, apa sih ekspektasinya? Pemandangan indah? Bersih? Fasilitas yang memadai? Bahkan, akomodasi yang mudah dijangkau?

Ekspektasi-ekspektasi itu kadang juga perlu dicatat, tidak cuma daftar oleh-oleh saja yang dicatat. Setelah berekspektasi, tahap berikutnya adalah mewujudkan semua ekspektasi itu agar liburan terasa lebih memuaskan.

Saya tidak perlu mengulas panjang lebar soal destinasi wisata alam di negeri ini, kan? Mulai dari gunung hingga pantai, dari museum hingga candi, semua bisa dinikmati tanpa harus repot-repot mengurus passport karena semuanya sudah ada di sini. Kalau begitu, mulai dari mana dong treveling-nya?

Pada tulisan kali ini, saya akan membawa kamu ke 5 destinasi wisata super prioritas yang sedang digembor-gemborkan oleh pemerintah. Kelima destinasi wisata yang dimaksud adalah Danau Toba (Sumatra Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Lombok Tengah), Labuan Bajo (NTT), dan Likupang (Sulawesi Utara). Di antara kelima destinasi wisata super prioritas ini, mana yang mau kamu kunjungi?

Kalau saya pribadi akan lebih memilih ke Mandalika atau Likupang. Maklum, saya aquarius, golongan darah AB, dan weton Senin Pahing, jadi Sukanya yang tidak sering dibicarakan orang-orang. Sepemantauan saya, belakangan ini Labuan Bajo sedang marak bermunculan di kronologi linimasi Instagram saya. Sedangkan Borobudur dan Danau Toba sudah seringkali jadi bahan perbincangan di kelas sejarah. Maka saya pilih yang paling asing di telinga saya, yaitu Mandalika dan Likupang. Entah karena informasi tentang dua tempat itu masih minim, atau saya saja yang katrok. Sepertinya lebih condong pilihan kedua, ya. Hmm.

Transmate, Sebuah Penyematan.



Pada Jumat, 6 Desember 2019, saya hadir dalam acara bincang bareng Kementrian Perhubungan (Kemenhub) yang diadakan di Kafe Sundestada Jakarta. Dalam acara yang melibatkan puluhan pegiat kreatif ini, kami diberi wadah untuk berdiskusi soal konektivitas trasportasi yang membuat traveling menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

Dalam paparannya, pihak Kemenhub menegaskan bahwa di 5 destinasi wisata super prioritas tersebut telah siap dikunjungi. Hal ini sesuai dengan amanat Presiden yang meminta kelima destinasi tersebut menjadi primadona baru mulai tahun 2020. Segala infrastruktur telah dibangun untuk memastikan wisatawan mendapatkan fasilitas yang memadai selama berlibur. Selain itu, moda transportasi juga telah dipersiapkan dengan matang, baik itu melalui darat, laut, maupun udara.

Pada acara berslogan #ConnectivityMakesTravelingEasy ini juga ada hal lain yang spesial. Puluhan peserta dalam acara tersebut dinobatkan sebagai “Transmate” yang artinya sahabat transportasi. Bukan hanya karena mayoritas pengguna moda transportasi umum, para peserta yang hadir juga aktif dalam isu-isu transportasi dan wisata. Kelihatan kok dari konten-konten yang pernah mereka buat, baik itu di blog, YouTube, atau platform lainnya. Agar makin sah, penyematan label Transmate ini disimbolisasikan dengan sebuah pin khusus dengan logo Transmate yang dipasang di jidat. Ya enggaklah! Di baju masing-masing.

Jika sudah begini, alasan apa yang mau digunakan untuk menunda-nunda traveling? Yuk kemasi barang-barangmu. Kita ketemu di bandara sekarang!


Photo by Tom Fisk from Pexels

14 November 2019

bpom hari pangan dunia

Saya adalah orang yang sukar menahan godaan untuk tidak mampir ke minimarket. Ketika memasukinya, saya selalu membeli makanan dan minuman kemasan yang terpampang dengan rapi dan menggoda. Entah apa yang merasuki, saya memiliki dorongan kuat untuk selalu jajan, jajan, dan jajan. Sungguh gaya hidup yang luar biasanya hematnya.

Saya suka belanja makanan dan minuman kemasan karena praktis dan murah. Sebut saja, kopi. Saya tidak perlu lagi antri dan menunggu barista menyeduh kopi untuk mendapatkan kesegaran kafein yang saya inginkan. Saya hanya perlu mengambil satu botol kopi di dalam lemari pendingin saja. Sudah begitu, ada kopi yang dibandrol dengan harga 3000 rupiah, doang. Memang rasanya tidak se-kopi itu jika dibandingkan dengan kopi di coffeeshop. Tapi saya memang tidak mencari rasa kopi aslinya. Saya hanya ingin memuaskan rasa kesegaran yang melewati tenggorokan saja.

Demikian juga dengan makanan kemasan. Saya kerap membeli roti untuk “mengganjal” perut saya dari rasa lapar. Kok nggak makan nasi aja? Seperti yang sudah saya sebutkan, saya lebih cenderung mencari kepraktisan dan kemurahan. Saya bisa makan roti di mana saja dengan posisi apa saja. Sudah begitu, roti di minimarket seringkali dijual dengan harga yang kelewatan murah, bahkan ada diskon-diskonnya. Maka dari itu, roti kemasan adalah pilihan paling rasional bagi saya saat ini.

Baca juga: Transportasi Kota Paling Potensial Saat Ini

Mewaspadai Makanan Kemasan

Mengonsumsi makanan dan minuman kemasan bukan sebuah dosa. Namun jika tidak jeli memilihnya bisa-bisa membawa tubuh kita pada petaka.

Banyak kasus yang sudah terjadi terkait keracunan yang disebabkan oleh produk kemasan yang sudah kadaluarsa atau tercemar. Saya termasuk orang yang jarang sekali memperhatikan serba-serbi keamanan pada makanan dan minuman kemasan. Alih-alih melakukan pengecekan tanggal kadaluarsa, botol minum yang penyok pun tetap saya ambil dengan anggapan, “Halah, penyok doang.” Padahal ada kemungkinan barang yang sudah penyok itu mungkin berlubang dan tercemar oleh sesuatu yang bisa menyebabkan saya keracunan.

Syukurlah di tengah ketidaktelitian saya itu, sejauh ini saya tidak pernah mengalami hal-hal gawat terkait produk kemasan. Namun bukan berarti saya kebal terhadap apapun. Mungkin saja hanya sekadar beruntung. Oleh sebab itu, mulai dewasa ini saya mencoba untuk lebih memperhatikan standar keamanan makanan dan minuman kemasan.

Beruntunglah pada Sabtu, 9 November 2019, saya mendapat undangan untuk hadir pada acara diskusi Bersama BPOM dengan topik seputar makan sehat terkait dengan perayaan Hari Pangan Sedunia yang mengusung jargon, “Our Action, Our Future.”

Baca juga: 3 Caraku Merawat Kulit Wajah Cerah

Bagaiamana Cara Bijak Mengonsumsi Makanan dan Minuman Kemasan?

Barang konsumsi makanan dan minuman kemasan bukan hanya bisa kita dapatkan di toko-toko fisik. Namun juga banyak dijual secara online di marketplace. Tantangan yang harus kita jawab terkait budaya jual-beli yang berbeda ini adalah bagaimana kita melakukan verifikasi keaslian dan keamanan produk yang kita beli.

Melalui acara yang saya kunjungi itu, saya menyadari bahwa BPOM telah memiliki strategi untuk menjawab tantangan itu. Pertama, BPOM telah membuat terobosan yang sudah diterapkan melalui teknologi 2D Barcode. Melalui barcode yang ada di sampul kemasan, kita bisa dengan praktis mengakses informasi legalitas produk. Caranya mudah, kita hanya perlu melakukan scanning lewat smartphone yang sudah terpasang aplikasi BPOM Mobile. Beberapa marketplace telah memiliki fiitur yang memungkinkan pembeli untuk mendapatkan barcode produk agar bisa dilihat informasi lengkapnya.

Kedua, BPOM memiliki kampanye “Cek KLIK” yang selalu didengungkan agar masyarakat senantiasa menerapkannya. Kampanye ini mengajak kita untuk melakukan pengecekan pada Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kadaluwarsa ketika hendak membeli barang kemasan seperti makanan, minuman, hingga obat-obatan.

BPOM juga menerima dengan tangan terbuka jika ada keluhan atau pertanyaan terkait makanan, minuman, dan obat-obatan. Kita bisa melakukan hubungan suara melalui Halo BPOM 1500533 atau di berbagai platform media sosial resmi milik Badan POM

Diskusi bersama BPOM dan pakar kesehatan.
Saya sangat bersyukur memiliki previlage untuk hadir dalam diskusi pada perayaan #BPOMWorldFoodDay2019 sehingga menumbuhkan kesadaran saya untuk peduli pada makanan dan minuman kemasan yang baik untuk konsumsi. Namun saya sadar. Tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama seperti saya. Oleh karenanya, saya menuliskan ini untuk menularkan semangat yang sama kepada Teman-teman agar kita sama-sama peduli pada cara kita mengonsumsi produk-produk kemasan.

Terima kasih sudah bersedia membaca tulisan sederhana ini hingga selesai. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.


Photo by icon0.com from Pexels

3 November 2019


Saya berkacamata sejak usia 16 tahun. Saat itu saya duduk di bangku kelas 2 SMA. Walau begitu, saya sebenarnya sudah merasakan ketidakwarasan pada mata saya sejak kelas 6 SD. Tapi saya urung bilang pada kedua orangtua karena tidak ingin membebani perekonomian mereka pada saat itu.

Dengan mata minus, saya mengalami kesulitan belajar, terutama untuk membaca tulisan-tulisan yang tertera di papan tulis. Saya memberanikan diri mengatakan kepada orangtua soal mata saya karena pada jenjang kelas 2 SMA, saya masuk program IPS. Dan “sakit mata” adalah alasan yang saya utarakan untuk mengurangi amarah orangtua karena nilai saya terlalu buruk untuk bisa lolos ke program IPA. Hehehe.

Kalau dihitung-hitung, mata saya harus dibantu dengan kacamata sudah 10 tahun lamanya. Dalam kurun waktu segitu, problematika kehidupan saya banyak terjadi hanya dari masalah paling sepele, “mata”. Oleh karena itu, saya merasa harus punya perhatian lebih pada isu kesehatan mata agar saya tahu apa yang saya alami dan apa yang harus saya lakukan dengan mata seperti ini.

Sesi diskusi. (Dokumen Pribadi
Motivasi itu yang membawa saya pada diskusi soal, “Mata Sehat Mendukung SDM Hebat,” yang berlangsung pada 31 Oktober 2019 di Gandaria City, Jakarta Selatan. Diskusi tersebut menghadirkan narasumber yang sudah ahli pada bidangnya. Ada Dr. dr. Tri Rahayu, SpM(K) (FIACLE Perdami), Dr. Rita Ramayulis, DCN, M,Kes (Nutrisionis), dan Burhan Noor Sahid (Head of Marketing Signify Indonesia).

Baca juga: Pengalaman Beralih Ke Microsoft Office 365 Home Resmi

Perbincangan yang paling menarik perhatian saya adalah soal data-data hasil penelitian dari YouGov Plc terkait isu kesehatan mata. Penelitian tersebut melibatkan 10.449 orang dewasa sebagai sampel yang tersebar di berbagai negara seperti Argentina, Cina, Republik Ceko, Perancis, Jerman, Indonesia, Meksiko, Polandia, dan Amerika Serikat. Apa yang bisa kita dapat dari penelitian itu?

Melalui penelitian itu, tercatat bahwa lebih dari 50% orang menghabiskan lebih dari 8 jam per hari di bawah sinar lampu. Diketahui juga, 86% responden percaya kalau pencahayaan yang berkualittas itu bermanfaat bagi kesehatan mata. Sementara itu, kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan mata pada diri sendiri, ternyata 66,6% responden tidak melakukan cek mata secara berkala yang artinya mereka abai pada upaya menjaga kesehatan mata bagi diri sendiri.

Dengan berkiblat pada data-data tersebut, saya dapat melihat bahwa faktor yang sangat berpengaruh pada kesehatan mata adalah soal pencahayaan. Walau begitu, ternyata tidak banyak orang yang rajin merawat matanya sendiri. Saya termasuk dalam kategori ini. Hehehe. Di samping itu, hasil penelitian juga menyebutkan bahwa 77% responden percaya bahwa pencahayaan yang berkualitas dapat meningkatkan produktivitas. Namun, seperti apakah cahaya yang berkualitas itu?

Baca jugaLampu Berkualitas Harga Pas

Munculnya cahaya bisa dari berbagai sumber, salah satunya adalah lampu. Dalam perbincangan siang itu, saya dapat menyimpulkan bahwa pencahayaan dari lampu yang berkualitas itu harus memiliki kriteria EyeComfort. Kriteria ini meliputi: tidak tampak berkedip, tidak silau, dimmable (kemampuan mengubah terang-redupnya lampu), tuneable (mengatur temperatur warna), rendering warna, efek stroboskopik (kemampuan menghilangkan distorsi gerak), keamanan fotobiologis (cahaya biru), dan tidak muncul suara .

Jika kriteria EyeComfort ini terpenuhi, maka kesehatan mata dapat lebih terjaga. Setidaknya mengurangi damage dari terang lampu pada umumnya. Lantas bagaimana mendapatkan lampu dengan watak EyeComfort seperti di atas? Mudah saja.

Dalam acara diskusi yang saya hadiri ini, kebetulan juga jadi ajang pengenalan produk baru dari Philips LED EyeComfort. Jika sebelumnya sudah rilis Philips MyCare LED dengan teknologi Interlaced Optics kini kita bisa menikmati seri terbarunya, yaitu Philips MyCare LEDstick. Dengan lampu Philips MyCare LEDstick, kita dapat menikmati penerangan yang berkualitas dengan 70% pengurangan kesilauan (dibandingkan lampu pijar). Lampu ini juga siap menyala hingga 15 tahun, ramah lingkungan (tanpa merkuri soalnya), tidak berkedip, dan memperhatikan keamanan fotobiologis.

Philips MyCare LEDstick hadir dalam dua pilihan, ada warna putih (cool daylight) dan ada warna kuning (warm white) dengan daya mulai 5,5W hingga 9,5W. Selain itu ada juga Philips LED Downlight Meson yang hadir dalam bentuk bundar dan persegi. Jenis ini tersedia dalam warna putih dengan daya mulai 3,5W hingga 24W. Produk-produk Philips ini tersedia di berbagai toko elektronik dan e-commerce.

Saya bersukyur dapat mengikuti diskusi ini. Selain ngobrol-ngobrol asyik, kebetulan juga saya melakukan pengecekan dan konsultasi mata secara gratis di salah satu tenant. Lewat pengecekan itu saya tahu kalau minus mata kiri saya bertambah, yang semula -2 menjadi -2,25. Sedangkan mata kanan saya masih konsisten di angka -3. Untung banget saya punya waktu dan kesempatan untuk hadir dalam ajang yang diselenggarakan oleh Signify.

Sudah waktunya ganti kacamata, nih. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!


Photo by Daan Stevens from Pexels

10 Oktober 2019

kun saraswati done


Bagi saya, musik adalah perhiasan yang indah dalam hidup yang sala jalani. Musik sebagai medium bagi saya untuk bercengkrama pada kisah-kisah yang telah, sedang, atau akan saya alami. Misalnya ketika lagi ngelamun, saya mendengarkan musik melow. Ketika lagi kerja, saya mendengarkan musik semangat.

Pada dasarnya, selera musik saya bisa berubah-ubah tergantung situasinya. Jadi daftar lagu saya tidak terkotak-kotakkan pada genre, tahun, atau tema. Tapi ada juga beberapa lagu yang suka saya dengarkan ketika dalam kondisi apapun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa lagu-lagu ini berbeda dengan yang lain. Biasanya, karena lagu tersebut enak sekali lantunannya, mulai dari aransemen hingga suara penyanyinya. Dan kedua, karena liriknya super dahsyat!

Pernah tidak kamu mendengarkan lagu yang liriknya bikin terkesima? Terkadang lirik itu tidak perlu relevan dengan hidup kita, tapi melihat susunan kata yang dirangkai begitu indah itu sudah cukup untuk membuat getar-getar nadi mengencang. Baru-baru ini, ada satu lagu yang saya rasa bisa masuk dalam daftar lagu favorit saya yang baru. Yaitu lagu Indonesia yang berjudul “Done”.

Done – Kekuatan untuk Menentukan Jalan

Masa lalu adalah peristiwa-peristiwa yang kita tinggalkan dan berani-benraninya meninggalkan kenangan. Terkadang kita bisa membuka kembali dokumen kenangan itu, atau benar-benar lupa. Namun tak jarang pula ingatan masa lalu yang tidak diinginkan malah muncul menggedor-gedor kepala kita. Bagaimana rasanya mengingat hal yang tidak menyenangkan? Jika ada pilihan lain, saya yakin kamu akan bilang: “ogah”.

Pilihan itulah yang kemudian dilantunkan dengan indah dalam lagu “Done”. Lagu Indonesia ini baru saja dirilis pada jumat malam (4 Oktober 2019) di Hiveworks Gedung Multivision, Jakarta. Beruntung sekali saya dapat menyaksikan secara langsung ritual peluncuran single “Done” yang sekaligus menjadi debut sang penyanyi, Kun Saraswati.

kun saraswati done
Judul lagu Kun Saraswati "Done" dibawakan dengan apik
Ketika lagu “Done” dinyanyikan di depan mata saya, ada ketenangan dalam musiknya yang membuat saya rileks. Namun ada juga kegetiran pada lirik lagu yang terangkai di dalamnya sehingga saya mengalami dilema, antara santuy dan kalut. Apalagi Kun Saraswati memang membawakannya dengan sangat baik. Saya langsung bisa membayangkan lagu “Done” menjadi soundtrack film saat itu juga.

“Done” bercerita tentang seseorang yang telah berdamai dengan masa lalunya. Saya merasakan kekuatan dalam lagu Kun Saraswati ini yang mengajak orang lain untuk berani bersikap tegas pada hidupnya, bahwa hidupnya terlalu berharga untuk orang yang tidak menghargainya. Oleh karenanya, mengakhiri candu cinta atau bucin adalah pilihan yang harus dilakukan demi hidupnya yang bermakna.

Jujur saja, dalam lagu ini sebenarnya saya merasa tidak terrepresentasikan oleh “aku” di lirik musik Kun Saraswati itu. Tapi justru saya merasa seperti “kamu”. Sehingga kalimat, “there is no I love you” dan “I’m done with you” membuat saya ketakutan setengah mati. Saya tak ingin orang yang saya sayangi pada akhirnya mengucapkan dua kalimat tersebut kepada saya.

kun saraswati
Kun Saraswati bersama keluarga dan tim label
Jadi bagi saya, mendengarkan Kun Saraswati menyanyikan lagu ini terasa seperti sebuah terror. Meski terdengar menyeramkan, namun teror ini teramat indah dan sejuk di telinga. Kamu harus mendengarkan lagu Kun Saraswati yang magis ini, deh. Cobalah.

Kun Saraswati – Pendatang Baru Siap Melaju

Siapa Kun Saraswati? Pertanyaan itu mungkin berkelindan di benak kamu ketika membaca tulisan ini. Kun Saraswati, biasa dipannggil ‘Kun’, merupakan seorang pendatang baru di kancah permusikan Indonesia. Ia menyukai musik sejak kecil. Di usia yang kelima, ia sudah belajar piano klasik dalam bimbingan profesional.

kun saraswati
Kun Saraswati beserta para blogger, temukan saya!
Kun Saraswati semakin dalam menyelami dunia musik terutama ketika ia mengemban pendidikan di Fakultas Ilmu Seni Musik Universitas Pelita Harapan. Tidak perlu ragu lagi dengan kualitas vokalnya, sebab di usianya yang masih belia, Kun sudah menjadi pengajar vokal di Music School of Indonesia.

Lagu “Done” sendiri diciptakan oleh Kun Saraswati bersama kakaknya pada pertengahan 2016. Melihat adanya potensi pada lagu tersebut, sejumlah profesional menggarapnya hingga siap diperdengarkan kepada publik pada 2019. Belanegara Abe dan Edo Abraham bersedia menjadi tempat bermuara Kun Saraswati dalam Passion Vibe, label yang juga bekerjasama dengan Rinni Wulandari, Sherina, Heidi, dll.

Tidak tanggung-tanggung, profesional yang terlibat dalam penggarapan single ini adalah Alvin Witarsa sebagai Orchestrator, Irvnat sebagai Vocal Director, Eko Sulistiyo sebagai Mixing Engineer, dan Steve Corrao sebagai Mastering Engineer. Nama-nama ini merupakan para ahli yang sudah dipercaya kemampuannya di industri musik Indonesia. Wajar saja, jika komposisi musik yang disajikan sangat berkualitas.

Jika kamu tertarik dengan lagu yang sudah saya bahas ini, segeralah mencari judul lagu Kun Saraswati “Done” di berbagai platform music streaming seperti Spotify, Joox, iTunes, dan Deezer. Tidak hanya lagunya saja, format video beserta lirik musik Kun Saraswati juga bisa kamu tonton di YouTube. Biar praktis, kamu bisa langsung menyaksikannya di bawah ini.




Apakah kamu sudah puas mendegarkan lagu “Done”? Menurut kamu, bagaimana potensi lagu ini di pasar musik Indonesia? Jika kamu punya pendapat soal ini, tulis saja di kolom komentar, ya. Terima kasih sudah bersedia membaca tulisan ini.


Photo by Kaboompics .com from Pexels

5 Oktober 2019

frisian flag indonesia zuzhu zazha


Anak-anak memiliki dunia yang identik dengan hiburan dan permainan. Cara yang kerap dipakai untuk mendekati mereka adalah melalui kedua hal tersebut. Peluang itu juga yang diterapkan oleh Frisian Flag Indonesia (FFI) untuk semakin memikat hati anak-anak Indonesia.

Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa Frisian Flag adalah brand susu legendaris yang sudah menemani asupan gizi anak sejak 1922. Frisian Flag atau yang sering disebut juga Susu Bendera ini memiliki konsistensi tinggi dalam setiap produk yang dihasilkan. Kualitas adalah jaminan yang telah mereka penuhi hingga bertahan selama ini.

Meski berada di puncak pasar susu Indonesia, Frisian Flag masih berinovasi menghasilkan sentuhan baru agar produknya lebih bernilai. Pada tahun ini, hal baru yang diluncurkan oleh Frisian Flag adalah karakter animasi yang akan jadi maskot pada produk susu Frisian Flag, karakter ini bernama Zuzhu dan Zazha.

Wujud visual Zuzhu dan Zazha dikembangkan dari tetesan susu yang memiliki banyak manfaat. Karakter ini dirancang oleh Bambang Gunawan Santoso atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mas Bambi sebagai seorang animator. Menurutnya, karakter seperti Zuzhu dan Zazha penting untuk menemani masa-masa perkembangan anak, sebab dalam karakter tersebut ada agenda edukasi positif yang ingin ditanamkan kepada anak-anak. Misalnya pembelajaran soal empati, ringan tangan, kebaikan, dan lain-lain.

Kebetulan saya menghadiri acara peluncuran Zuzhu dan Zazha ini pada 29 September 2019 di Theater Garuda Taman Bhineka Tunggal Ika TMII, Jakarta. Selain datangnya Mas Bambi selaku animator, acara peluncuran ini juga dihadiri oleh Aliah Shalihah (Head of Ready to Drink Category FFI), Rani Wijaya (Manager Marketing PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk), dan Putu Andini, M.Psi (Psikolog).

Mengapa Zuzhu dan Zazha?

Putu Andini sebagai seorang psikolog menjelaskan bahwa pemanfaatan animasi sebagai media untuk mengedukasi anak adalah cara yang sangat relevan untuk saat ini. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa anak-anak zaman sekarang, setidaknya bersentuhan dengan konten digital selama 2-3 jam di setiap harinya. Oleh karenya itu, Zuzhu dan Zazha hadir bukan hanya sebagai sampul kemasan susu saja, tapi juga muncul dalam sebuah e-comic dan video animasi pendek. Kamu bisa baca e-comic Zuzhu dan Zazha di sini.

Beruntunglah, saya sempat menyaksikan cuplikan video animasi tersebut. Ternyata, kisah Zuzhu dan Zazha bermula dari planet Cowsmos yang ingin menyebarkan kebaikan lewat susu. Ketika anak-anak di Bumi diteror oleh Negalord, yaitu monster yang bisa membuat anak-anak menjadi malas dan kasar, Zuzhu dan Zazha meluncur ke Bumi sebagai agen kebaikan yang mempunyai misi menyelamatkan anak-anak tersebut.

frisian flag indonesia zuzhu zazha
Karakter Duniazuzhu. Sumber: frisianflag.com

Cerita semacam itu akan jadi kisah yang sangat mudah dipahami oleh anak. Selain itu juga karakter kedua hero tersebut diharapkan mampu menjadi media edukasi. Tentu saja, dalam mengonsumsi konten animasi semacam ini peran pengawasan orang tua juga tetap dibutuhkan. Putu Andini juga menambahkan, jika anak sudah dalam masa middle childhood (usia 6-12 tahun) faktor yang mempengaruhi pembentukan karakternya bukan hanya dari orang tua dan guru saja, tapi juga sudah termasuk konten digital yang dikonsumsi anak.

Edisi Zuzhu dan Zazha sudah bisa kita dapatkan pada kemasan susu cair Frisian Flag 115ml dan 180ml. Zuzhu dan Zazha disajikan dalam dua varian rasa, yaitu coklat dan strawberry. Kita sudah bisa membelinya di 13000 gerai Alfamart yang tersebar di seluruh Indonesia. Jadi kemungkinan besar, Alfamart di dekat tempat tinggalmu sudah menyediakan varian Frisian Flag yang baru.

Yuk, kenalkan karakter lucu dan energik Zuzhu dan Zazha pada anak-anak Indonesia. Jangan lupa minumnya tetap susu saya susu bendera.


Header: frisianflag.com

26 September 2019


Dalam aktivitas sehari-hari, saya tidak pernah lepas dari ketergantungan terhadap listrik. Mulai dari keperluan lampu, gadget, hingga keperluan dapur sekalipun. Sayangnya, listrik bukan barang gratis. Agar tidak syok dengan jumlah tagihan yang harus dibayar, maka penting bagi saya untuk irit dalam pemakaian listrik. Apakah kamu juga begitu?

Dewasa ini sudah banyak inovasi yang menghadirkan teknologi hemat listrik. Salah satu yang menurut saya paling relevan bagi kita sehari-hari adalah lampu. Ada berapa banyak lampu di rumahmu? Berapa lama masing-masing lampu tersebut menyala? Belum lagi kalau kita secara tidak sadar telah menyalakan lampu terlalu lama, bahkan ketika tidak digunakan sekalipun. Hasilnya, tagihan listrik bisa membengkak. Dan kantong harus dirogoh lebih dalam lagi.

Pemborosan semacam itu tentu tidak diinginkan, dong. Lalu bagaimana caranya agar tidak boros? Beberapa orang menyiasatinya dengan membeli lampu yang murah dengan anggapan, “Ah, yang penting kan nyala.”

Anggapan seperti ini berbahaya karena bisa menjebak kita pada pemborosan yang abadi. Katakanlah kita membeli lampu pijar yang harganya sangat murah dengan watt paling rendah sekalipun. Ketika membeli lampu tersebut memang rasanya kita sudah berhemat. Tapi ternyata tagihan listrik tidak berubah sama sekali, atau bahkan malah jadi lebih boros dari sebelumnya. Mengapa?

Hal ini disebabkan oleh konsumsi listrik yang dibutuhkan lampu pijar sangat besar. Tidak hanya membengkakkan tagihan listrik, pemakaian lampu seperti ini juga tidak ramah terhadap lingkungan sehingga membantu terjadi pemanasan global.

Oleh karena itu, saya kemudian beralih dari pemakaian lampu pijar menjadi lampu LED. Lampu LED dipercaya dapat menghemat konsumsi listrik dan ramah terhadap lingkungan. Tapi bukankah lampu LED jauh lebih mahal? Memang kalau dibandingkan dengan lampu pijar, lampu LED memiliki harga jual yang lebih tinggi. Tapi masalah itu kemudian terselesaikan dengan munculnya lampu Ecolink.

Apa itu lampu Ecolink?


Ecolink adalah brand pencahayaan berbasis LED yang menawarkan lampu hemat energi, ramah lingkungan, dan harganya murah. Harga eceran bohlam LED Ecolink berkisar dari Rp 15,000 hingga Rp 38,000. Dan harga downlight Ecolink dijual dengan harga Rp 43,000 sampai Rp 97, 000.

Kebetulan saya mendapat undangan pada acara peluncuran Lampu LED Ecolink pada 23 September 2019 di Pasific Place, Jakarta Selatan. Fitur yang ditawarkan oleh Ecolink pada produknya adalah kehematan energi hingga 90%, umur lampu yang panjang (15,000 jam), bergaransi 1 tahun, dan sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).

Produk lampu Ecolink yang diluncurkan ada beberapa jenis, yaitu Ecolink LED Blub, Ecolink Floodlight, Ecolink Downlight, Ecolink Bulkhead, dan Ecolink Batten. Produk-produk ini diharapkan menjadi pilihan terbaik bagi setiap rumah tangga karena kualitasnya terjamin dan harganya terjangkau. Produk Ecolink dapat ditemukan di toko alat listrik atau bisa mengetahui informasi selengkapnya di www.ecolink.lighting.

Saya kini mulai beralih menggunakan lampu Ecolink agar tagihan listrik tidak bikin kaget. Saya rasa kita memang perlu memperhatikan hal ini apalagi dampaknya terhadap pemanasan global. Agar bumi tetap nyaman ditinggali dan dinikmati, tidak ada salahnya jika kita tidak memberi sumbangan terhadap perusakan planet kita ini.

Beruntung bagi saya bisa berada di acara peluncuran Ecolink karena itu membuat saya lebih aware dengan kebutuhan energi listrik kita yang terbatas. Dan hal itu seringkali luput dari sensor kepedulian saya.

Nah, ini adalah salah satu perubahan yang saya lakukan untuk menghemat listrik. Bagaimana dengan kamu? Berikan pendapat kamu di kolom komentar, ya. Terima kasih sudah menyimak.

Salam setrum. Dddrrrrrtttt.



Photo header by Singkham from Pexels

10 September 2019

Stop pneumonia pada anak


Setiap negara pasti menginginkan generasi ke generasi bangsanya dipenuhi oleh orang-orang yang sehat, produktif, dan mampu membawa perubahan positif. Tak terkecuali dengan negara kita, Indonesia. Sebagai negara berkembang, hadirnya generasi yang memangku perubahan adalah generasi yang sangat diharapkan. Jangan sampai, pembangunan dan kemajuan yang selama ini diupayakan dengan keras kepala, mengalami kemerosotan di tangan generasi selanjutnya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan kalau generasi yang akan datang dipegang oleh orang-orang yang memiliki kompetensi. Namun, apakah hal ini mungkin terjadi? Dari mana kita mempersiapkan hal itu?

Memiliki generasi yang cemerlang bukanlah suatu ketidakmungkinan. Tapi tentu saja hal itu tidak akan terjadi begitu saja tanpa usaha. Kita bisa mempersiapkan mereka sejak dini. Mungkin, sangat dini. Kapan itu? Bisa jadi sejak mereka terlahir di dunia ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk peduli pada kelangsungan generasi yang sehat dan memiliki kesempatan yang sama.

Meski kita bisa seoptimis itu berharap, namun hingga hari kita dihantui oleh tingginya angka kematian anak. Wujud hantu itu adalah penyakit bernama pneumonia. Penyakit ini menjadi ancaman kematian yang sudah merenggut 1 juta nyawa di dunia setiap tahunnya. Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa 1 dari 5 kematian balita disebabkan oleh pneumonia. Melihat betapa mengerikannya ancaman ini, perlu bagi kita untuk memahami apa itu pneumonia dan bagaimana kita mencegahnya.

Apa itu Pneumonia?

Dilansir dari Hallosehat.com, pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru yang membuat kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Sementara itu di masyarakat kita, istilah pneumonia lebih dikenal dengan sebutan paru-paru basah. Kondisi ini sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tapi jika pneumonia menjangkit anak-anak bisa sangat berbahaya karena berpotensi pada kematian.

Pada awal September 2019, saya berkesempatan datang ke acara launching kampanye #StopPneumonia yang diselenggarakan oleh lembaga Save the Children di Kota Tua. Lewat acara itu, saya mendapat banyak informasi soal pneumonia dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya. Daripada saya simpan sendiri, lewat tulisan ini saya ingin berbagi hal-hal apa saja yang jadi perbincangan dalam langkah awal kampanye #StopPneumonia itu.

Baca juga: Manajemen Uang Ala Anak Kos

Pertama, saya dibuat tercengang oleh data-data yang dipaparkan soal dampak pneumonia pada anak. Dalam skala global, setiap 1 menitnya ada 2 balita yang meninggal gara-gara pneumonia. Pneumonia menjadi pembunuh utama pada balita di dunia, lebih banyak daripada AIDS, malaria, dan campak sekaligus. Yang tidak kalah penting, bahwa setengah dari penyebab anak menderita pneumonia adalah polusi udara, bisa asap knalpot, rokok, dan lain-lain. Jika hal ini tidak segera dicegah, pada 2030 diprediksi ada 11 juta anak yang meninggal gara-gara pneumonia.

Kedua, gejala anak yang mengalami pneumonia. Orang dewasa mesti waspada jika di sekitarnya ada anak yang menunjukkan tanda-tanda tertentu seperti batuk berdahak terus menerus, demam, berkeringat, susah bernapas, dada sakit, nafsu makan rendah, dan detak jantung terasa cepat. Sudah makin parah jika anak sampai mengalami kejang-kejang dan bernapas cepat. Oleh karenya perlu segera diperiksakan ke dokter jika anak mengalami gejala-gejala tersebut.

Ketiga, apakah penyakit ini bisa disembuhkan? Sebagai sebuah penyakit jenis infeksi, maka setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda tergantung seberapa parah infeksinya dan seberapa kuat daya tahan tubuh pasien. Biasanya, karena anggota keluarga tidak tahu soal pneumonia, anak yang terkena demam dibiarkan begitu saja selama berhari-hari hingga mencapai titik puncak daya tahan tubuhnya. Infeksi yang dibiarkan pun akan semakin merusak. Situasi seperti ini memungkinkan terjadinya hal yang tidak diinginkan.

Keempat, bagaimana cara kita ikut andil dalam upaya mencegah pneumonia? Save the Children telah berupaya melakukan edukasi melalui berbagai platform untuk menumbuhkan kepedulian pada masyarakat soal pneumonia. Salah satunya membuat video kreatif yang bisa kamu lihat melalui tautan ini. Terkait kampanye #StopPneumonia dapat kamu cari di berbagai ranah media sosial atau dapat meniliknya di sini. Jika kamu merasa apa yang dilakukan Save the Children adalah sesuatu yang berarti dan penting, kamu bisa membantu mereka dengan cara berdonasi juga, cek di sini untuk melihat selengkapnya.

Baiklah, hal-hal yang saya sebutkan di atas adalah upaya mencegah pneumonia melalui dukungan terhadap kampanye #StopPneumonia. Tapi bagaimana dengan upaya yang dilakukan diri sendiri? Pertama, terapkan pola hidup sehat dalam keluarga dan lingkungan. Mulai dari menjauhkan asap rokok serta menjaga anak dari tempat berdebu dan berpolusi. Kedua, sebarkan tulisan ini kepada orang-orang yang kamu pedulikan agar mereka juga aware dengan bahaya pneumonia.

Dengan mencegah dampak pneumonia yang mematikan itu, kita bisa dengan tenang menyambut generas yaing sehat dan produktif. Jangan sia-siakan nyawa siapapun!



Thanks to Andreas Wohlfahrt from Pexels


11 Juli 2019


Dari tahun ke tahun, industri pariwisata Indonesia terus mengalami peningkatan. Kita bisa melihatnya dari segi promosi hingga makin bertambahnya destinasi. Salah satu sektor yang sangat terpengaruh oleh badai wisata ini adalah sektor perekonomian lokal. Di Solo, misalnya.

Kota kecil di Jawa Tengah ini sangat termotivasi untuk memajukan perekonomian lokal melalui sektor wisata. Warga berduyun-duyun melestarikan produk kebudayaan mereka sebagai magnet pariwisata. Kita bisa menemukan banyak benda-benda tradisional sebagai komoditas wisata, batik misalnya. Atau makanan khas Solo yang resepnya sudah bertahan hingga ratusan tahun yang dijual di sekitar lokasi wisata.

Warga Solo menyadari bahwa lokasi wisata tidak pernah sepi. Setiap hari selalu berdatangan orang-orang yang baru mereka temui. Orang-orang inilah yang menjadi pangsa pasar mereka. Sehingga menjual produk-produk budaya adalah bisnis paling masuk akal untuk menghidupi kebutuhan mereka sehari-hari.

Gambaran di atas merupakan contoh sederhana dari berkembangnya perekonomian lokal akibat dari industri pariwisata yang kian maju. Selain itu, ada juga jenis bisnis lain yang saling menopang dengan industri pariwisata. Yaitu, bisnis perhotelan.

Mobilitas wisatawan yang tinggi harus ditunjang dengan persediaan tempat singgah yang nyaman dan terjangkau. Peluang pasar yang besar ini sangat sayang untuk diabaikan. Oleh karenanya, bisnis perhotelan juga menjadi pilihan usaha yang masuk akal di era sekarang.

Hasil riset Sivadasan 2015 menyebutkan bahwa Indonesia saat ini menduduki peringkat 42 dari 136 negara di dunia sebagai negara dengan daya saing tinggi di sektor pariwisata. Angka ini perlu disambut dengan pemanfaat teknologi yang memadai untuk melejitkan daya saing kita. Tentu saja kita akan bicara soal teknologi digital.

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, industri perhotelan adalah bisnis yang menjanjikan di tengah geliat pariwisata Indonesia. Meningkatkan levelnya dengan transformasi digital adalah cara yang paling jitu saat ini.

Kita bisa menengok Airy, misalnya. Bagi pemburu penginapan murah, nyaman, dan bersahabat pasti akrab dengan perusahaan hotel satu ini. Airy merupakan startup yang muncul sebagai virtual hotel operator yang mudah diakses dan dijangkau dari berbagai kalangan.

Misalnya, kita bisa dengan mudah menemukan letak hotel Airy terdekat melalui aplikasi yang terpasang di gawai kita. Ketika check-in pun, Airy menyediakan virtual check-in mandiri di resepsionis yang bisa diakses secara digital dengan mudah dan cepat. Airy memahami bahwa digitalisasi adalah bahasa universal yang dibutuhkan warga kekinian.

Bagaimana Airy Berdampak Pada Pemberdayaan Ekonomi Lokal?

Pada 3 Juli 2019, saya berkesempatan untuk hadir dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Airy Indonesia dan KataData. Diskusi ini bertajuk, "Memajukan Perhotelan di Era Digital untuk Pemberdayaan Ekonomi Daerah".

Diskusi ini lebih banyak memperbincangkan soal aspek ketenagakerjaan. Keterkaitannya dengan perhotelan adalah bagaimana Airy menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja melalui program Airy Community.

Hasil survei yang dilakukan KataData terhadap 165 peserta Airy Community menunjukkan bahwa tenaga kerja Airy 68% tidak memiliki latar belakang perhotelan. Tamatan SMA/SMK (non-pariwisata) menduduki latar pendidikan tertinggi, yaitu sebesar 51%. Angka ini menunjukan betapa perlunya pelatihan ketenagakerjaan bagi mereka.

Saya pun tergelitik untuk menanyakan kepada narasumber soal peluang jenjang karir bagi jebolan Airy Community. Mereka menyatakan bahwa program pelatihan tersebut bukan hanya dipersiapkan sebagai pegawai Airy semata. Namun, bisa juga sebagai modal untuk melanjutkan ke sekolah perhotelan profesional dan Airy Community sangat mendukung peserta yang memilih bidang perhotelan sebagai karir mereka.

Anak-anak Warung Blogger berfoto setelah sesi diskusi selesai
Jadi, buat kamu yang sedang membaca tulisan ini dan masih galau dengan pilihan karir karena merasa tidak ahli dalam berbagai hal. Percayalah, saya juga mengalaminya hingga suatu hari saya menyadari ada sesuatu yang bisa saya tekuni untuk hidup. Tapi jika kamu belum menemukan hal itu, mungkin program Airy Community layak kamu coba.

Kesadaran akan perkembangan pariwisata di Indonesia sebaiknya kita tingkatkan. Terutama bagi kamu yang melihat berbagai peluang bisnis di sini. Ayo kita terlibat dalam pemberdayaan ekonomi lokal untuk mendukung kesejahteraan warga. Insya Allah, saya dan istri punya rencana untuk membangun usaha artshop atau lucu-lucu store (belum sampai titik sepakat, sih. Haha) sebagai wujud keterlibatan kami. Doakan segera rilis, ya.

Terima kasih sudah membaca sampai selesai. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Header: Photo by Pixabay from Pexels

27 Mei 2019


Negeri ini selalu menyelenggarakan tradisi tahunan setiap kali lebaran tiba. Kita menyepakati istilah 'mudik' untuk menunjuk perihal ini. Mudik memiliki arti, "berlayar ke udik (hulu sungai)" yang pada konteks tersebut merujuk pada aktivitas seseorang yang pulang ke kampung halaman. Istilah ini kemudian makin populer dan terus kita pakai hingga kini, khususnya pada momentum lebaran tiba.

Bagi saya, ini adalah kali kedua saya tidak pulang kampung. Tahun lalu saya tidak mudik karena ingin merasakan lebaran di ibu kota. Tahun ini, batal mudik karena kehabisan tiket. Sebenarnya Tiwi dapat tiket mudik gratis dari sponsor. Namun sayang, tiket dibatalkan ketika hari sudah mendekati lebaran.

Ngomong-ngomong soal mudik gratis, Kementrian Perhubungan (Kemenhub) tahun ini kembali menyelenggarakan mudik gratis bagi yang membutuhkan. Pendaftaran mudik gratis bagi moda bus sudah dibuka sejak 20 Maret 2019. Sedangkan moda kereta api dibuka sejak 12 Mare 2019. Untuk saat ini baru transportasi darat yang mendapat keistimewaan mudik gratis.

Dari tahun ke tahun, Kemenhub terus berupaya meningkatkan pelayanan mudik gratis ini. Jika pada tahun lalu kota tujuan mudik ada 32, maka pada tahun ini meningkat hingga 40 kota. Demikian pula dengan kuota truk pengangkut sepeda motor yang naik 30 truk terhitung ada 70 truk pada 2018 dan 100 truk di tahun ini. Degan begitu, diharapkan 3.500 sepeda motor bisa diangkut menuju kota tujuan para pemudik.

Konsentrasi Kemenhub perihal mudik terbilang sudah cukup baik. Mulai dari pelayanan, fasilitas, hingga kesiapan dan antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin saja terjadi sudah terancang dengan baik. Hal ini saya yakini ketika berdiskusi bersama Bapak Budi Karya selaku Menteri Perhubungan Indonesia saat ini.

Buka Bersama Kemenhub Ngobrolin Mudik

Acara diskusi ini merupakan salah satu agenda buka bersama yang diselenggarakan oleh Kemenhub di Greenhouse Coworking Space and Office, Multivision Tower, Jakarta Selatan, pada Jumat, 24 Mei 2019. Acara ini dihadiri oleh sejumlah bloger, vloger, dan influencer yang kekinian, membuat suasana buka bersama terasa hangat dan akrab.

Suasana bukber yang serba putih.
(dokumen pribadi)
Bukber sekaligus diskusi ini mengangkat tema "Mudik Bareng Asyik Lancar" yang sesuai dengan jargon Kemenhub dalam menyambut lebaran tahun ini. Bapak Budi Karya, sebagai narasumber utama, menjelaskan visinya dalam memfasilitasi mudik bagi masyarakat. Yaitu, mudik "bareng", mudik "asyik", dan mudik "lancar".

Kemenhub mengharapkan momentum lebaran ini mampu membuat masyarakat merasakan suasana kumpul keluarga. Asas gotong royong juga ingin dibangun antar pemudik, sehingga "mudik bareng" dapat dilakoni dengan baik. Maka wajar saja jika Kemenhub bertekad memberangkatkan sejumlah pemudik secara gratis.

Lalu "mudik asyik" di mana perjalanan mudik diharapkan mampu membawa nuansa nyaman dan aman bagi pemudik. Sejumlah rest area juga telah diperluas jangkauannya, sehingga para pemudik yang kelelahan dapat beristirahat di tempat yang tepat. Tidak lupa sejumlah tim medis telah dipersiapkan di beberapa lokasi guna menangani hal-hal yang tidak diingankan.

Selanjutnya bicara soal perjalanan jauh tentu harapan semua orang adalah kelancaran. Pasti menyebalkan jika terjebak kemacetan ketika mudik. Maka Kemenhub telah menerapkan rute dan infrastruktur jalan yang baik agar para pemudik dapat melintas dengan lancar sehingga "mudik lancar" bukan hanya sekadar slogan saja.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Saat Mudik

Melalui kesempatan bukber itu pula, Bapak Budi Karya memberi himbauan kepada para pemudik untuk memperhatikan beberapa hal, di antaranya:

- Sebaiknya tidak menggunakan motor untuk mudik. Mengapa? Tentu saja alasannya adalah keselamatan. Jadikan sepeda motor sebagai pilihan terakhir saat hendak bermudik. Kecuali kalau kampung halamannya cuma selemparan kancut.
- Barang bawaan jangan berlebihan. Pulang ke kampung halaman memangnya butuh berapa hari, sih? Meski banyak barang penting yang mesti di bawa, namun pada hari H jangan sampai terlalu banyak membawa itu semua.
- Patuhi peraturan, baik bagi pemudik dengan alat transportasi umum maupun transportasi pribadi.
- Kenali kondisi diri. Ini penting! Jangan terlalu memaksakan diri jika memang tubuh sudah mencapai batasnya. 
Santainya Budi Karya memaparkan soal mudik.
(dokumen pribadi)

Nah, itu saja kiranya yang bisa saya ceritakan soal mudik sebagaimana yang dibahas dalam ajang buka bersama Kemenhub. Acara seperti ini sangat menyenangkan bagi saya, sebab ada diskusi yang menarik selain dilengkapi dengan tausyiah bersama Ustad Komaruddin dan nobar vlog Pandji Pragiwaksono X Budi Karya. Sebagai tambahan informasi: hidangan buka puasanya enak! Hehehe.

Header Photo by Elviss Railijs Bitāns from Pexels

4 Mei 2019


Tak ada yang lebih melegakan selain duduk manis menonton pertunjukan di tengah kesibukan yang memusingkan kepala. Beberapa hari belakangan ini saya sedang berada di situasi yang serba harus dipikirkan, ditangani, dan dipertanggungjawabkan. Apaan, tuh? Ngurus tahapan sakral dua insan yang berkomitmen dalam naungan asmara, Bos. Hahaha. Namun di tengah padatnya mobilitas tersebut, saya dan Tiwi masih sempat untuk meluangkan waktu.

Cara yang kami tempuh untuk meluangkan waktu adalah dengan duduk santai menikmati pertunjukkan standup comedy.

Pada Jumat, 19 April 2019, kami melenggang menuju Balai Kartini Jakarta untuk menonton lima komika yang sudah tak asing lagi. Ada Adjis Doaibu, Gilang Bhaskara, Sakdiyah Makruf, Ridwan Remin, dan Babe Cabita. Gelinya, ketika kami memasuki lobi Balai Kartini, kami disambut poster Pandji Pragiwaksono yang guedhe-guedhe sekali. Padahal Pandji tidak tampil! Kayak beli jajanan  gede-gede tapi isinya angin.

Eh, tapi bukan berarti Pandji tidak terlibat sama sekali, lho. Ia bertugas memandu acara selama tiga hari penuh. Acara ini dinamai BukaTawa yang hadir di dunia ini berkat kolaborasi Bukalapak dengan Comika ID. Total komika yang menghibur ada 15 yang dibagi dalam tiga hari, mulai dari 19 April sampai 21 April 2019.

Sebelumnya, saya pernah menonton pertunjukan standup comedy di Solo yang dimeriahkan oleh Ernest Prakarsa dan Ge Pamungkas. Juga waktu itu sempat menonton tapping standup comedy goes to campus yang menghadirkan beberapa komika kawakan seperti Mudy Taylor, Mongol, hingga Soleh Solihun. Tapi jujur saja, pertunjukan standup comedy yang diselenggarakan Bukalapak ini jauh lebih keren!

Kenapa demikian?

Dari hal paling sederhana dan detil, deh. Saya bisa rasakan tempat berlangsungnya acara ini begitu nyaman sehingga duduk selama tiga jam tidak membuat badan ini pegel linu. Bukan hanya nyaman duduknya, mulai dari pengaturan suhu, sound yang bersih, hingga panggung yang nyaman di mata juga membuat malam itu terasa makin sempurna. Apalagi ditambah dengan penonton yang juga khusyuk menikmati BukaTawa, bagi saya hal ini berhasil membentuk suasana yang hangat.

Eh, kalau dipikir-pikir ongkos tiket nonton BukaTawa tidak terlalu mahal. Bahkan kalau beli melalui aplikasi Bukalapak bisa jauh lebih hemat. Saya dan Tiwi dengan tenang duduk di kursi VIP untuk menikmati sajian tawa dari komika handal yang tadi sudah saya sebutkan tadi.

Sampai tulisan ini terbit, saya masih bisa ingat beberapa bit yang benar-benar bikin saya ngakak saat itu. Namun tentu saja saya tidak bisa membocorkan materi para komika di sini.

Nah, buat kamu yang tidak sempat hadir untuk nonton secara langsung, kamu masih bisa kok nonton BukaTawa di aplikasi Bukalapak. Lho kok bisa? Sebab, Bukalapak punya fitur nonton yang disebut BukaNonton. Di situ kamu bisa nonton berbagai macam tayangan, mulai dari film hingga pertandingan Liga Inggris.

Untuk menikmati fitur ini kamu hanya perlu menjadi pembeli prioritas. Nanti pertunjukan BukaTawa akan ditayangkan di BukaNonton pada 5 Mei 2019. Pas banget kan sama hari pertama Bulan Ramadhan. Bisa bikin ngabuburit kamu makin menyenangkan.

Cara menggunakan fitur BukaNonton dari Bukalapak ini tidak susah, kok. Silakan simak tahapan ringkasnya seperti ini:

Pertama, kamu harus punya aplikasi Bukalapak dulu, dong. 
Kedua, coba kamu lihat Menu Favorit, terus klik Lihat Semua/Lainnya. 
Ketiga, kamu klik Streaming lalu pilih  BukaNonton. Sudah begitu saja! 


Tapi kalau kamu belum berlangganan, kamu hanya perlu mengajukan diri untuk menjadi pembeli prioritas dan membayar tagihannya. Gampang, kan?

Yuk, nonton BukaTawa di BukaNonton Bukalapak. Abis itu kita bisa cerita bareng soal pertunjukan standup comedy yang ada di sana.


Source header: Pixabay via Pexels.com

11 Februari 2019



Pada akhir tahun 2018, MIKTI (Indonesia Digital Creative Industry Community) bekerja sama dengan TeknoPreneur dan Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) menyusun sebuah pemetaan dan database start up yang ada di Indonesia.

Hasil dari riset tersebut membuat saya kaget. Pasalnya, saya tak menyangka betul kalau start up yang sedang tumbuh di Indonesia sudah begitu banyak. Saya pun jadi paham mengapa saat ini pemerintah mendorong talenta kreatif untuk menembus pasar global dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekuatan industri digital yang besar. Bahkan sudah ada klaim yang disiapkan lho, yaitu Indonesia: The Digital Energy of Asia.

Data statistik perusahaan Startup di Indonesia oleh Indonesia Digital Creative Industry Society (MIKTI) tahun 2018 (Sumber: katadata.co.id)

Menurut data riset yang diterbitkan MIKTI, saat ini Indonesia memiliki 992 start up yang sedang berkembang. Dengan pengelompokan tiap domisili yang tidak merata seperti 522 start up di JABODETABEK, 113 start up di Jawa Timur, 115 start up di Sumatera, 54 di DI Yogyakarta, dan wilayah lainnya tidak lebih dari 50 start up yang berdiri.

Tak hanya itu, MIKTI juga menyusun pemetaan founder start up di seluruh Indonesia. Dari 992 start up, 69,20% adalah Generasi Y (mereka yang lahir pada tahun 1981-1994), 15,60% berasal dari Generasi X (1965-1980), dan 15,20% berasal dari Generasi Z (1995-2010). Pendidikan terakhir para founder ini paling banyak berasal dari tamatan S1 (67,94%). Kemudian disusul S2 (20,00%), SMA (7,94%), Diploma (3,82%), dan S3 (0,30%).

Melalui data-data tersebut, saya merasa pertumbuhan industri kreatif bisa semakin gencar lagi. Peningkatan jumlah start up akan terus terjadi setiap tahunnya, bahkan bisa jadi setiap bulannya. Tapi apakah sebagai individu kita siap menghadapi industri yang ketat seperti itu? Terutama bagi yang punya mimpi menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, mendirikan start up memang bisa jadi salah satu cara. Namun itu bukan hal yang mudah. Apalagi di bangku sekolah dan kampus kita tidak mendapat persiapan yang matang untuk membangun usaha digital. Alhasil, belajar secara otodidak menjadi cara rimba untuk mewujudkan start up yang diidamkan.

Melihat kondisi tersebut, CIMB Niaga hadir mendukung mimpi anak muda Indonesia melalui Kejar Mimpi. Menurut saya gerakan sosial ini patut untuk kita beri dukungan di tengah pesatnya perkembangan inovasi start up. Kenapa? Mereka punya acara yang menurut saya menarik yaitu Leaders Camp. Acara ini memberikan pembekalan berupa soft skill potensi diri, pengetahuan dan pengalaman melalui seminar dan workshop demi mencetak talenta kreatif anak muda Indonesia.

Sharing session Leonika Sari, pendiri Reblood, di Kejar Mimpi Leaders Camp Surabaya
(Photo Credit: Kejar Mimpi dan CIMB Niaga)
Terlihat sekali Leaders Camp mengangkat topik bermanfaat seputar inovasi teknologi, sosial dan entrepreneurship yang menginspirasi anak muda untuk mandiri dan siap memajukan Indonesia. Pembicaranya pun tidak main-main, ada Leonika Sari founder start up Reblood, Hans Saleh dari Garena Indonesia, Hasbi Asyadiq Founder & CEO of Assemblr dan masih banyak lagi para inovator muda Indonesia.

Leaders Camp juga telah diselenggarakan di kota-kota lain seperti Medan, Surabaya, dan Bandung. Tapi itu sudah berlalu pada tahun 2018. Infonya di 2019 akan terselenggara lebih banyak Leaders Camp di berbagai kota. Menurut saya Leaders Camp menjadi ajang penting bagi mereka yang ingin mengembangkan diri dan meraih apa yang dicita-citakan terutama para calon inovator start up. Karena kegiatan ini memberi sarana yang tepat bagi mereka yang tengah bimbang dengan apa yang sedang diusahakan dalam meraih mimpinya. Karena di sana ada banyak insight yang bisa diperoleh dari para ahli.

Talkshow #KejarMimpi Leaders Camp Bandung (Photo Credit: Kejar Mimpi dan CIMB Niaga)
Dengan mengikuti Leaders Camp, dorongan untuk mewujudkan mimpi akan semakin kuat karena beberapa faktor seperti pembekalan yang tepat, pola menuju perwujudan mimpi yang sudah ditunjukkan, serta meluasnya referensi dan jaringan akan sangat berguna bagi individu-individu yang mau berkembang.

Kamu bisa cek jadwal roadshow Kejar Mimpi Leaders Camp di 2019 dengan follow Instagram Kejar Mimpi di instagram.com/kejarmimpi.id atau ke website #KejarMimpi. Wajib banget untuk ikutan kegiatan ini dan jadi paham bagaimana bisa berkembang di era industri digital ini.

Saya sangat bersemangat dengan laju industri digital di Indonesia yang semakin maju. Bagi saya ini adalah momentum yang tepat untuk terlibat lebih jauh dalam industri ini. Bukan semata ikut-ikutan, tapi perkembangan yang positif semacam ini bukankah memang mesti kita dukung? Saya tertarik untuk mendukungnya dari dalam, untuk menjadi bagian yang memberi manfaat pada sektor tertentu.

Kalau kamu?


Sumber data: linkr.id/MIKTImappingStartup2018
Header source: Pixabay via Pexels.com

11 Januari 2019



Belakangan ini lagi bersemangat mempelajari literasi keuangan, khususnya fintech. Fintech merupakan akronim dari "financial" dan "technology" yang berarti kebutuhan keuangan yang berorientasi pada teknologi.

Perkembangan fintech di Indoensia terbilang berkembang dengan pesat. Saya merasakan sendiri gilatnya di berbagai lini dapat saya rasakan secara langsung. Baiklah, sebut saja dengan pembayaran yang menjadikan semangat "cashless" sebagai handalan. Dulu, kalau bertransaksi secara offline, saya hanya diberi pilihan pembayaran, antara cash atau gesek kartu. Sekarang saya hanya perlu membawa handphone. Proses pembayaran bisa dikerjakan dengan scan code atau tap pin saja. Simpel dan canggih, bukan?

Dan ternyata pengetahuan saya soal fintech masih begitu sempit. Di balik yang saya ketahui, ada banyak startup yang mengembangkan aneka jenis fintech. Jenis-jenis apa saja, tuh? Ada jenis pembayaran, peminjaman, perencanaan keuangan, investasi ritel, pembiayaan, dan riset keuangan. Hal-hal ini saya ketahui saat punya kesempatan untuk hadir di cara Blogger X Fintech Day beberapa hari lalu.

Dalam acara tersebut, hadir beberapa pengembang fintech di Indonesia, seperti KreditCepat, Cashwagon, Aktivaku, Taralite, Uangme, Pinduit, dan Danain. Hampir semuanya memiliki sesi untuk presentasi. Tapi bukan hanya presentasi jualan, mereka lebih banyak menyebarkan literasi keuangan digital yang begitu banyak memberi pemahaman baru pada saya.

Di era sekarang, fintech menjadi kebutuhan yang menurut saya penting. Meski bukan sebagai satu-satunya cara untuk mengelola keuangan, fintech terbukti memberi banyak kemudahan. Apalagi ketika situasi yang terjadi begitu besar merayakan teknologi keuangan ini. Beradaptasi menjadi satu hal yang saya rasa harus segera dilakukan agar tidak disebut ketinggalan zaman.

Selama satu tahun di Jakarta, saya mulai mencoba beberapa produk fintech. Pertama produk pembayaran. Saya mulai terbiasa membeli tiket nonton, makan, bahkan belanja beberapa barang menggunakan aplikasi yang terpasang di gawai. Saat makan di KFC hingga beli tiket nonton di CGV maupun XXI misalnya, saya cenderung memanfaatkan Tcash atau Dana. Begitupun saat order makanan atau jasa transportasi, saya menggunakan Gopay dari aplikasi Gojek.Saat belanja online, beli pulsa, hingga jajan Dum-dum pun saya menggunakan OVO.

Selain sebagai alat pembayaran, saya juga mencoba teknologi ini dalam hal mencari dana pinjaman. Saya pernah memanfaatkan Akulaku dan Kredivo. Selain cari pinjaman saya juga terlibat dalam pemberi pinjaman atau investasi, di bidang ini saya memakai KoinWorks. Sementara itu di kantor saya cukup akrab memanfaatkan crowdfunding untuk mendapatkan asupan dana. Tempat kerja saya menggunakan KitaBisa dan saat ini sedang proses untuk memanfaatkan pelayanan dari Doku.

Banyaknya produk fintech tidak lantas membuat saya pusing. Justru asyik karena ternyata beberapa hal menjadi lebih mudah dan cepat. Apalagi mereka pasti menawarkan berbagai diskon, promo, hingga hadiah-hadiah yang menarik. Saya mengajak kamu, kamu, dan kamu untuk ikut merayakan perkembangan financial technology ini bersama. Saya memang belum ahli, tapi sedikit demi sedkit semakin paham dan saya melihat ada hal yang bisa kita capai bersama jika perkembangan fintech ini juga disambut dengan baik oleh masyarakat.

Untuk memahami lebih jauh soal fintech, sih, saya sarankan untuk mengikuti pertemuan atau kelas khusus fintech. Seperti yang saya ikuti di Blogger X Fintech Day, misalnya. Tapi bisa juga dengan memanfaatkan media sosial misalnya dengan terlibat aktif dalam diskusi keuangan yang selalu menarik diatawarkan oleh Jaouska. Atau bisa juga belajar dengan sederhana melalui situs-situ keuangan seperti Finansialku.com dan masih banyak lagi caranya.



Nah, itu saja, sih, cerita singkat saya soal fintech dan hal-hal menarik di dalamnya. Saya telah menjadi bagian dari perkembangan dunia keuangan ini. Kamu?


Image source:
1. Photo by Rawpixel from Pexels.com
2. Photo by Rawpixel from Pexels.com

20 Desember 2018



Tahun 2018 hanya tersisa beberapa hari lagi. Dan saya sedang ribet-ribetnya mengurus laporan tahunan kantor, khususnya pada divisi tempat saya bekerja. Untuk menghasilkan laporan yang bagus, saya pun belajar dari orang-orang lama di kantor tentang apa yang harusnya ada dan tidak. Gara-gara itu saya mulai berpikir pada isi kantong sendiri. Apa perlu membuat laporan akhir tahun terhadap keuangan diri sendiri, ya?

Tips Evaluasi Keuangan Akhir Tahun

Setelah berselancar di mesin pencari, saya pun jadi tahu kalau membuat laporan keuangan di akhir tahun itu perlu juga. Tidak hanya untuk perusahaan, tapi individu pun butuh. Dilansir dari moneysmart.id, disebutkan bahwa ada lima hal yang harus dievaluasi dalam pertumbuhan keuangan kita setiap tahunnya.

Pertama soal pertumbuhan aset. Ini menarik banget, sih. Pasalnya, saya pribadi bukan orang yang punya fokus mengelola aset yang berjalan secara berkesinambungan setiap tahunnya. Aset itu misalnya punya emas atau perhiasan. Tapi saya lebih tertarik soal aset usaha, seperti punya warung,
warnet, online shop, sampai penitipan sepeda pun termasuk aset usaha yang perlu dikontrol pertumbuhannya tiap tahun. Karena aset usaha itu tidak hanya menghasilkan bagi usaha itu sendiri tapi juga otomatis bagi pemiliknya.

Kedua soal tujuan finansial apa saja yang sudah tercapai. Kalau saya sih tahun ini alhamdulillah berhasil membeli laptop baru. Karena laptop lama sudah rusak parah, ya mau tidak mau harus beli baru, sih. Sayangnya ketika laptop saya rusak, kondisi keuangan saya sedang tidak baik. Akhirnya saya nabung selama tiga bulan untuk memperoleh laptop baru. Syukurlah, ada teman yang meminjamkan laptop selama saya menabung. Ya mau bagaimana lagi, laptop itu aset kerja. Kalau nggak ada laptop, apa yang bisa saya kerjakan?

Ketiga dan keempat bicara soal investasi dan dana pensiun. Saya lebih cenderung fokus ke investasi daripada dana pensiun. Saat ini saya memang belum mencoba berinvestasi. Target berinvestasi sepertinya bakal jadi resolusi saya di tahun depan. Hehehe. Sementara itu untuk saat ini saya baru memperdalam pengetahuan soal investasi. Ya, agar ketika memulainya tidak mengalami kecerobohan.

Nah, yang kelima itu soal rasio utang. Tahun ini memang jadi tahun yang cukup berat bagi saya dalam hal kemandirian finansial. Sebab tercatat beberapa kali saya terpaksa berutang pada kawan atau saudara saya untuk bertahan hidup di perantauan ibu kota. Syukurlah satu per satu utang bisa dicicil pelunasannya karena makin hari keuangan saya makin tertib keluar masuknya.

Menurut saya selain poin-poin itu ada satu hal lagi yang juga mesti diperhatikan. Yaitu, donasi. Meski pepatah mengatakan kalau bersedekah itu jangan diungkit-ungkit, tapi bagi saya melihat kembali ke mana kita berdonasi itu juga penting. Dewasa ini kan ada banyak sekali platform yang menyediakan ruang bagi masyarakat untuk berdonasi. Nah, saya rasa ke mana kita mendonasikan uang itu perlu dievaluasikan juga.

Agar kedepannya donasi tidak hanya sekadar melihat berapa uang "sisa" yang kita miliki untuk disumbangkan. Tapi juga bisa jadi pemicu untuk bertumbuh. Misalnya, tahun ini sudah mendonasikan 350ribu untuk UMKM perempuan. Terus tahun depan sudah ada target untuk berdonasi ke bidang pendidikan sebesar 600ribu. Dengan membuat target-target yang baik harapannya pertumbuhan finansial juga jadi baik.

Rencanakan Keuangan di Awal Tahun

Selain membuat evaluasi akhir tahun, keuangan juga perlu direncanakan untuk tahun berikutnya. Dalam merencanakan pertumbuhan finansial, sih, menurut saya tidak perlu matang dulu. Sebab yang penting adalah bagaimana bikin rencana keuangan itu realistis. Mau bikin rencana yang matang buat liburan ke Alaska dengan gaji sebulan 3juta tidak lebih baik daripada bikin rencana nyicil tabungan nikah buat beberapa bulan ke depan. Dan dalam urusan ini perlu diperhatikan pula kalau sebaiknya rencana yang dibuat bukan untuk kepentingan konsumtif, tapi untuk mengembangkan aset dan memenuhi siklus hidup yang berkualitas.

Di usia yang ke-25, saya masih belum baik dalam membuat perencanaan keuangan setiap tahunnya. Mulai dari saya bekerja sebagai freelancer hingga orang kantoran, pendapatan yang saya miliki tetap saja tidak terprogram dengan jelas. Hasilnya benar-benar mengecewakan. Awal-awal menerima gaji
langsung khilaf sampai terseok-seok di akhir bulan.

Dan ternyata setelah baca Moneysmart.id saya jadi ngerti bagaimana seharusnya mengelola gaji pertama. Salah satunya yaitu penerapan rumus 50-30-20, yang artinya setiap gaji yang kita terima dalam satu bulan mesti dipilah menjadi: 50% kebutuhan sehari-hari, 30% bayar hutang, dan 20% kepentingan pribadi.

Tidak puas dengan baca-baca artikel di Moneysmart.id, saya pun memberanikan diri untuk mengikuti workshop finansial yang mereka selenggarakan pada 15 Desember 2018. Dalam kesempatan itu saya belajar banyak secara langsung dengan ahlinya. Apalagi diberi sesi tanya jawab yang bisa saya manfaatkan untuk berkonsultasi. Saya sebenarnya merasa agak tikda pede lantaran peserta lain sibuk bertanya soal investasi, rekasa dana, tabungan emas, hingga saham, sementara pertanyaan saya masih seputar bagaimana bijak mengelola uang digital. Hehehehe.

Jika melihat pertengahan tahun 2019, saya jadi teringat betapa getirnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Padahal di usia seperti ini mestinya sudah punya kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan dengan sehat. Nah, tahun 2019 akan jadi titik balik saya dalam meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya dengan mengelola keuangan dengan baik dan benar. Sudah saatnya bisa #CerdasDenganUangmu agar tidak dibodohi utangmu.


Header: Lukas via pexel