18 Februari 2014

5 Kunci Penting dalam Menulis Cerita Fiksi



Disini siapa sih yang ingin membuat sebuah karya tulis berupa cerita fiksi gitu? Saya rasa banyak! Setiap orang dalam membuat karya fiksi pasti memiliki metodenya masing-masing. Tapi untuk memudahkan dalam menulis, perlu adanya metode. Terkait ini, berikut adalah yang ingin saya share kepada kawan-kawan semua, yuk simak.
"Cerita" adalah alasan kenapa tulisan kita dibaca. Cerita adalah akar dari tulisan yang kita buat. Untuk membuat cerita yang menarik kita harus menggunakan 5 kunci dasar. Tidak harus juga sih, hanya saja kelima kunci ini telah banyak menelurkan karya-karya fiksi yang luar biasa bagus. Kelima kunci tersebut adalah :

Karakter Utama

Untuk membuat karakter/tokoh utama jangan sembarangan. Kamu harus memperhatikan beberapa hal penting, diantaranya :
Memiliki ciri khas. Ciri khas dapat berupa fisik, sifat atau kebiasaan. Yang jelas buatlah tokoh yang mudah diingat pembaca karna ada sesuatu yang khas/unik dari dirinya. Coba sebutkan apa yang kamu ingat jika saya mengatakan Peter Parker? Ada yang kamu pikirkan dari sosok itu? Nah, sekarang giliran kamu membuat tokoh yang mudah diingat pembaca.
Dipercaya pembaca. Buatlah tokoh utama yang dapat dibayangkan oleh pembaca. Cara paling sederhana adalah dengan memperhatikan temanmu di dunia nyata. Deskripsikan bentuk tubuh, watak, gaya bicara temanmu dalam sebuah tulisan. Lalu olah lah menjadi tokoh utamamu dengan membumbuinya ciri khas. Seliar apapun imajinasimu cobalah untuk realistis agar pembaca percaya jika tokoh yang kamu buat benar-benar “nyata”.

Jika kamu sedang menulis fiksi untuk naskah novel maka sempatkanlah beberapa paragraf untuk menceritakan latar belakang dan masa lalunya. Hal ini akan menjawab pertanyaan para pembaca “siapa sih dia?”.
Tujuan

Saya yakin kamu tidak sedang membuat cerita sinetron yang berbelit-belit. 'Tujuan' yang dimaksud disini adalah alasan kenapa tokoh utama berjuang. Tentukan tujuan tokoh utama dengan kompleks, jangan terlalu global. Misalnya “tim Avenger ingin menyelamatkan dunia” tujuan ini terlalu global. Coba buat lebih detail lagi dengan pertanyaan “bagaimana cara mereka menyelamatkan dunia?” kita akan jawab dengan “tim Avenger harus mengalahkan Loki dan menutup portal”. Ketika tujuan itu spesifik kita juga akan lebih fokus dalam menulis, itulah mengapa tulisan kita menjadi menarik.

Risiko

Masih ingatkah dengan kata-kata dari Paman Ben ini : “seiring kekuatan yang besar, muncullah tanggungjawab yang besar”. Sama. Seiring tujuan yang besar muncullah risiko yang besar. Pembaca akan berhenti membaca ceritamu jika dalam tujuan tokoh utama tidak memiliki risiko yang besar. Risiko dan tujuan ini hendaklah kamu tulis sedini mungkin untuk menanamkan pada pembaca “wah, tujuannya tercapai gak ya”.

Rintangan

Jika dalam benak pembaca sudah tertanam pikiran “wah, tujuannya tercapai gak ya” maka selanjutnya kita tinggal memainkan emosi mereka. Ceritamu akan membuat pembaca tertidur pulas jika kamu tidak membuat rintangan. 
Dulu sewaktu pelajaran bahasa Indonesia di SMA saya masih ingat tentang unsur “konflik” dalam cerita. Nah konflik itu adalah benturan dari tujuan dan rintangan. Jadi dalam menggapai tujuan, tokoh utama harus melewati rintangan demi rintangan. Ingat, jangan membuat satu rintangan saja, bahkan cerpen sekalipun. Minimal dua. Buat apa? Tentu saja memainkan emosi para pembaca.

Dalam membuat rintangan kamu juga tidak diperbolehkan terlalu manis. Jadilah ibu tiri yang kejam. Siksalah tokoh utamamu. Jangan biarkan dia meraih tujuannya dengan mudah. Kenapa demikian? Karna saya yakin dengan begini kamu sedang membuat cerita yang menarik.
Resolusi
Oke, step terakhir. Disinilah kamu akan menentukan happy ending atau sad ending. Dan jika kamu ingin membuat ending luar biasa maka buatlah kedua-keduanya sekaligus. Bagaimana caranya? Sederhana sekali. Saya ambil contoh dari novel lawas Analogi Cinta Sendiri (Dara Prayoga). Ending ceritanya adalah si Oka (tokoh utama) gagal mendapatkan gadis yang selama ini ia perjuangkan dan cintai diam-diam. Sad ending bukan? Nah, dalam satu bab yang sama ia secara tak sengaja dipertemukan dengan teman wanitanya semasa SD dulu. Dalam pertemuan dengan obrolan singkat itu ia kembali merasakan sesuatu yang disebut “jatuh cinta”. Bisa dibilang ini happy ending karna kisah sedihnya berakhir melalui pertemuan itu. Dalam kasus ini juga sering disebut open ending, yaitu di mana pembaca dipersilahkan mengembangkan sendiri kelanjutan kisahnya bagaimana.

Dengan kelima elemen yang saya paparkan ini semoga memberi manfaat untuk semua. Sekarang yang harus kita lakukan adalah menulis. Yuk nulis sama-sama!
Tips-tips ini diilhami dari buku Creative Writing (AS. Laksana) dan Langkah Awal Menjadi Penulis Fiksi (Gari Rakai Sambu), semoga bermanfaat. Terimakasih sudah menyimak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar