15 Februari 2020

Film Toko Barang Mantan: Bukan Cuma Cewek yang Butuh Kepastian


Film drama Indonesia sepertinya punya satu format klise yang sering dipakai untuk memulai sebuah cerita. Biasanya, kisah asmara akan dimulai dari dua tokoh yang baru kenal, lalu pacaran, habis itu ada maslah, kemudian masalah selesai. Tamat.

Plot cerita yang seperti itu menurut saya sangat membosankan sebab sudah kerap dipakai berkali-kali. Bahkan sejak saya masih kecil; sejak saya menonton Cinta dan Rangga. Saya tidak banyak menonton film drama memang. Kebetulan saja beberapa film drama yang saya tonton belakangan ini sudah menggunakan cara bercerita yang berbeda. Termasuk film yang baru banget saya tonton, yaitu film “Toko Barang Mantan”.

Selayang Pandang

Poster Film Toko Barang Mantan
Film Toko Barang Mantan adalah film drama dengan sentuhan komedi yang dikemas dengan sederhana namun sarat makna. Film jebolan production house ternama, MNC Pinture Movie, ini mempertemukan dua aktor berbakat, yaitu Reza Rahadian dan Marsha Timothy sebagai sepasang mantan. Deretan aktor pendukungnya pun juga berperan dengan sangat baik. Hasilnya, film Toko Barang Mantan tidak membuat saya kecewa.

Saya akan sedikit menceritakan kisah dalam film besutan Viva Westi ini. Tenang, sebisa mungkin saya tidak akan spoiler. Kamu bisa membacanya sampai selesai.

Toko Barang Mantan adalah sebuah unit bisnis independen yang diinisiasi oleh Tristan (Reza), dan dikelola bersama kedua juniornya; Rio (Iedil Putra) serta Amel (Dea Panendra). Melalui toko ini, Tristan menjual aneka barang mantan yang merupakan koleksinya sendiri atau dari berbagai orang. Tristan orang yang idealis. Baginya, semua barang yang dijual harus memiliki sejarah yang menarik untuk diceritakan. Semakin tinggi nilai sejarahnya, semakin tinggi pula harga jualnya.

Suatu ketika, Tristan mendapat kunjungan dari mantan terbaiknya, Laras (Marsha). Walau sudah lama tidak bertemu, apalagi punya catatan sejarah yang emosional, namun mereka berinteraksi dengan sangat luwes seperti biasa. Tapi keluwesan itu berubah jadi canggung dan dingin ketika Laras memberi kabar bahwa dirinya akan menikah. Laras kemudian meninggalkan Tristan yang masih campur aduk.

Ketika cerita berjalan beberapa menit sampai sini, saya masih belum bisa menebak mau dibawa ke mana cerita ini. Hal ini yang membuat saya makin antusias untuk menontonnya lebih lama. Ternyata Laras datang kedua kalinya, ketiga kalinya, dan berkali-kalinya ke Toko Barang Mantan hingga akhirnya memberi kabar bahwa ia dan tunangannya punya masalah.

Dari sini baru terlihat konflik bermunculan dengan porsi yang tepat. Mulai dari konflik kecil-kecil hingga kemudian Tristan dan tokoh lainnya dibenturkan pada masalah yang rumit. Sebagai tokoh utama, Tristan harus mengambil keputusan yang tepat di tengah masalah-masalahnya.

Namun, hal itu tidak mudah. Tristan adalah karakter yang mudah marah, slengekan, dan egois. Ia harus menyelesaikan konflik batinnya terlebih dahulu sebelum bisa menangani masalah-masalah di luar dirinya.

Sebuah Kesan

Film Toko Barang Mantan merupakan refleksi bagi kita yang tengah bimbang antara karir, cinta, keluarga, persahabatan, dan diri sendiri. Saya rasa masalah yang mengitari Tristan adalah masalah-masalah yang dekat dengan kita. Sehingga orang-orang mungkin suka dengan film ini karena relevan bagi mereka.

Walau saya juga merasa ada beberapa hal yang relevan tapi bagi saya hal itu bukan lagi menjadi sesuatu yang mengejutkan. Saya lebih tertarik untuk memuji film ini dari penulisan naskah. Menurut saya, naskah ditulis dengan sangat rapi dan jeli menempatkan komedi. Beban masalah, porsi karakter, dan durasi pun disusun dengan tepat sehingga tidak melelahkan bagi saya sebagai penonton.

Penampilan para aktor juga tampak prima. Adanya Reza Rahadian tidak lantas membuat ia paling menonjol. Pemeran lain juga mampu berakting dengan imbang. Dan yang terpenting, tidak muncuk karakter yang kepribadiannya kelewatan aneh. Ada sih, tapi hanya sebagai figuran yang muncul beberapa menit saja sebagai pelanggan Toko Barang Mantan.

Dari dulu saya tidak suka dengan karakter yang berkepribadian lebay; ngomong lebay, berpikir lebay, bergerak lebay, dst. Untunglah di film ini tidak terlalu menonjolkan karakter-karakter seperti itu. Justru tanpa kepribadian lebay seperti itu, sosok Tristan juga bisa tampil komedik, kok.

Akhir kata, saya puas dengan film Toko Barang Mantan. Santapan yang nikmat buat kamu yang ingin menonton film bergenre drama dengan cerita yang tidak terlalu rumit. Walau film ini kental dengan pembahasan soal cinta, tapi kita bisa belajar hal-hal lain seperti persahabatan, karir, dan keluarga. Sebab masalah-masalah itu mungkin jadi masalah yang paling dekat dengan kita, kapan saja dan di mana saja.

Film Toko Barang Mantan bisa kamu tonton mulai 20 Februari 2020 di bioskop langgananmu. Sempatkan dirimu untuk nonton, ya.

Header: Photo by Kokil Sharma from Pexels

Tidak ada komentar:

Posting Komentar